OLeH: Ustadz M. Lukmanul Hakim, S.Pd.I
•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•
🌸MAKNA SEBUAH KEHILANGAN
Kehilangan adalah lenyapnya sebuah kepemilikan dari tangan seseorang berupa personil keluarga, harta benda, sebuah perlakuan, berkas-berkas, jabatan, kehormatan, gelar, rasa percaya diri dan lain-lain.
Kehilangan merupakan suatu momok yang menakutkan yang selalu dihindari, karena manusia berpikir dengan hilangnya sebuah benda dari kepemilikannya, secara logika akan hilang atau berkurang kekayaan dan perhatian orang dalam lingkungannya. Disinilah setan memiliki celah yang paling andal untuk menjerumuskan manusia agar menjadi pengikutnya dengan menciptakan dan memelihara rasa takut pada manusia, sehingga lambat laun manusia akan lupa pada Qodho dan Qodar nya sebagai makhluk ciptaan Alloh ﷻ, yang semuanya telah diatur baik kebahagiaan, perjodohan, rezeki dan Alloh ﷻ pun menciptakan cobaan berupa kesedihan, kehilangan, penyakit dan lain sebagainya. Semua itu diatur agar terjadi keseimbangan dalam kehidupan manusia agar manusia bersyukur dan belajar dari pengalaman yang telah lalu.
Alloh ﷻ berfirman:
وَلَـنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَـوْفِ وَالْجُـوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِ ۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,”
(QS. Al-Baqarah: 155)
★ Contoh Kasus 1 :
Seseorang memiliki data puluhan giga byte pada hardisk, umur data tersebut sudah puluhan tahun sebagai backup data apabila suatu saat diperlukan. Suatu waktu secara tidak sengaja menghapus partisi hardisk tersebut dengan wipe data secure. Otomatis data dalam hardisk tersebut tidak bisa dikembalikan lagi atau ”HILANG”. Tentu akan panik dan mencari berbagai cara agar data itu kembali. Setelah berusaha ternyata data itu tidak bisa dikembalikan, maka akan pasrah dan mengukur kembali tingkat kegunaan data-data yang ada dalam hardisk. Ternyata 90% hanya disimpan tidak pernah digunakan, sisa 10% data yang digunakan sehari-hari, dan ternyata masih sebagian besar masih ada dalam flashdisk yang biasa digunakan transfer data ke komputer lain.
Secara tidak langsung telah terjadi pemborosan ruang hardisk yang jadi mubadzir, dan tidak menyimpan data ditempat yang aman.
Alloh ﷻ berfirman :
وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’: 26-27).
Apa makna di balik itu?
Ketika selesai menginstal ulang komputer tersebut, komputer perfomanya jadi lebih cepat dan bisa menyimpan program-program komputer dan file-file baru yang lebih update. Dan ternyata kebanyakan kasus sama setelah dianalisa data yang tersimpan lama itu, hanya dipindah sana sini, jarang digunakan sehingga fungsinya hanya memenuhi ruangan tanpa manfaat, walaupun settingan otak mengatakan itu manfaatnya besar tapi kenyataannya tidak demikian. Sama halnya dengan sebuah keluarga yang sayang mendermakan pakaian atau barang bekasnya dan lebih memilih disimpan sampai bertahun-tahun tanpa menimbulkan manfaat, padahal jika berpikir cerdas lebih baik di sedekahkan kepada orang yang membutuhkan selagi kondisinya masih layak pakai. Bukankah sedekah itu tidak akan membuat seseorang jadi miskin? Justru akan membuat harta orang tersebut bertambah berkali-kali lipat.
★ Contoh Kasus 2 :
Pemuda A dan Pemudi B berta’aruf satu sama lain, dan sepakat masing-masing lulus akan menikah. Karena sang pemuda A lulus duluan maka orang tua B mengijinkan untuk menikahi putrinya, tapi apa yang terjadi? Ketika Si B telah pindah ke lain hati baru jadian dengan pemuda C. Hubungan yang dirintis selama hampir 4 tahun kandas, Si A kehilangan si B. Otomatis si A sangat kecewa. Kemudian dalam perjalanan dia bertemu dengan seorang Akhwat yang menanyakan alamat, kebetulan satu arah dan dekat dengan rumahnya, diantar lah akhwat tersebut, berbagi no HP, selanjutnya si A mendatangi orang tua si D langsung melamar dan diterima, sampai menikah dan menjadi keluarga SAMAWA (sakinah, mawadah, warahmah)
Apa hikmah dibalik itu?
Tanpa di sadari si A Alloh ﷻ telah memilihkan jalan yang terbaik untuk menghindari perbuatan yang mendekati zina seperti pertemuan dan lain-lain, juga karena si A rajin beribadah maka Alloh ﷻ menyiapkan jodoh yang istimewa buat si A, yaitu si D yang lebih cantik dan sholehah yang akan dipertemukan pada waktu dan tempat yang tepat.
◼️HIKMAH KEHILANGAN: TERNYATA HIDUP ITU UNTUK HARI INI DAN MASA MENDATANG
Masa lalu adalah kenangan hidup sebagai cermin untuk lebih baik di masa mendatang agar tidak akan terulang lagi kejadian yang buruk dan dapat meningkatkan kualitas untuk pencapaian di masa mendatang. Jadi jika kita kehilangan sesuatu pada dasarnya itu adalah ujian dari Alloh ﷻ supaya kita bisa “move on”, bersyukur, dan berfikir ke depan karena hakekat hidup itu untuk hari ini dan masa mendatang. Semua apa yang kita kita kerjakan untuk memenuhi kebutuhan kita hari ini dan masa mendatang, bukan untuk membiayai masa lalu, karena tak ada seorangpun manusia yang bisa kembali ke masa lalu. Bersyukur berarti menghargai apa yang telah kita terima di masa lalu, bekerja lebih baik hari ini dan meningkatkan kinerja yang lebih excelent di masa mendatang. Sehingga dengan bersyukur kesuksesan senantiasa menghampiri kita kapanpun.
Lalu apa pengaruh masa lalu terhadap kesuksesan masa kini dan mendatang?
Sebenarnya pengaruh masa lalu itu tidak terlalu signifikan, baik sukses maupun gagal. Karena semangat hari ini yang menjadi patokan seseorang bisa mendapatkan kesuksesan atau tidak di masa mendatang. Pola berfikir positif dan inovasi hari ini yang bisa melejitkan karir seseorang di masa mendatang, tentunya dengan pola kerja yang mengikuti sifat-sifat Rasulullah ﷺ yaitu :
✓ Siddik (Benar) : Selalu berkata dan bertindak benar sesuai norma yang berlaku dalam al Qur’an dan As Sunnah.
✓ Amanah( Dapat dipercaya) : Bertanggung jawab penuh terhadap tugas yang diberikan dan menjalankannya dengan baik karena Alloh ﷻ.
✓ Tabligh (Menyampaikan) : Dapat menyampaikan kebenaran tanpa takut ancaman karena hanya takut kepada Alloh ﷻ.
✓ Fathonah (cerdas) : Cerdas dalam menyikapi sebuah persoalan yang disandarkan pada Alloh ﷻ.
Akhlakul karimah yang didasari 4 sifat di atas dapati fundamendal kesuksesan kita hari ini dan masa mendatang.
★ Contoh Kasus 3:
Mari simak kisah seorang OB yang menjadi Dirut Perusahaan.
Slamet (nama samaran) adalah bekerja sebagai office boy di sebuah perusahaan, dengan tekun dan rajin dia bekerja walaupun gajinya pas-pasan. Berkat kejujuran, kesopanan dan amanah dalam bekerja setiap hari dia selalu mendapatkan tips dari atasannya, sehingga dia bisa menabung dari gaji pokoknya, sehari-hari sudah tercukupi dari uang tips. Tahun pertama dia ingin meningkatkan pendidikannya diapun mengikuti ujian PAKET C (setara SMA) biaya dari uang tabungannya, karena ketika bekerja rajin, ada salah satu staf yang mengajarkannya office di komputer sampai bisa mengetik lancar, mulai tugas-tugas atasannya dalam pengetikan di kerjakan di waktu senggang. Bahkan sering atasannya menyuruh membawa pulang laptop nya jika ada pekerjaan. Motivasinya semakin tumbuh, Slamet pun cari perguruan tinggi yang belajarnya malam hari, 4 tahun lulus di jurusan manajemen di fakultas ekonomi sebuah perguruan tinggi swasta. Sejak semester 3 dia diangkat menjadi staf personalia sebagai pembantu umum. Menjelang semester 7 dia diangkat di bagian keuangan, karena pemilik perusahaan melihat kejujuran dan amanah selama bekerja. Tetapi mulailah petaka muncul, manager lama yang mengetahui karir mantan OB ini bagus sehingga akan mengancam posisinya di masa mendatang, maka di buatlah skenario sehingga Slamet mendapatkan sanksi dari perusahaan, dan berhasil, akhirnya sang manager memanggil slamet, slamet ditempatkan kembali sebagai OB dengan gaji sama dengan personalia. Slamet mengikuti sangsi itu, diapun selama bulan kembali menjadi OB. Dia jalani dengan senang hati, tanpa menaruh dendam dan kebencian. Ketika pemilik perusahaan datang mendadak dari dari luar negeri, terheran-heran kok si Slamet staf personalia kerjanya mengepel dan menyapu berbagai ruangan di kantor itu. Akhirnya terkuaklah niat buruk sang manager. Dipanggilah keduanya Slamet sang OB dan Manajer Personalia. Pemilik perusahaan sangat marah terhadap perlakuan sang manager sehingga sangsi terbalik, ditukar lah posisi Slamet jadi manager personalia dan sang manager jahat itu menjadi OB tapi gaji manager. Ternyata sang manager hanya kuat dua hari, dia pun mengundurkan diri dan meminta maaf kepada slamet. Sang Manager baru pun (Slamet) memaafkan semua kesalahannya. Tak lama dari kejadian itu slamet lulus menjadi sarjana ekonomi dan menjadi menager personalia, karena kinerja bagus dan inovatif 1 tahun kemudian menjadi manager produksi dan akhirnya 3 tahun kemudian menjadi Direktur Utama perusahaan itu. Subhanallah, ternyata masih banyak slamet yang lain yang menjadi orang sukses dengan bermodalkan kejujuran, ketekunan dan kesabaran yang berbuahkan sebuah pencapaian kesusksesan yang luar biasa.
Hikmah yang diambil dari cerita di atas, ternyata walaupun seseorang kehilangan jabatan akibat di zholimi seseorang jika menerima dengan hati ikhlas dan tetap istiqomah berperilaku baik (akhlaqul karimah) Alloh ﷻ akan menunjukkan jalan terbaik menuju puncak kesuksesan sesuai yang di cita-citakan.
Rasulullah ﷺ Bersabda :
“Sungguh mengagumkan keadaan orang Mukmin. Sesungguhnya semua urusannya baik, dan karakter itu tidak dimiliki oleh siapapun kecuali orang Mukmin. Jika dia mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, dan demikian itu lebih baik baginya. Jika ditimpa kesusahan, dia akan bersabar, dan demikian itu lebih baik baginya.” (HR. Muslim, al Baihaqi dan Ahmad)
Di hadits lain Rasulullah ﷺ bersabda :
“Tidak ada satu musibah yang menimpa setiap muslim, baik rasa capek, sakit, bingung, sedih, gangguan orang lain, resah yang mendalam, sampai duri yang menancap di badannya, kecuali Alloh ﷻ jadikan hal itu sebagai sebab pengampunan dosa-dosanya.” (HR. Bukhari 5641)
Lalu bagaimana kita akan memaknai kehilangan yang pernah terjadi pada diri kita?
Mudah-mudahan Alloh ﷻ selalu memberikan jalan terbaik bagi kita semua dan dapat memaknai dan mengambil hikmah dari cobaan yang Alloh ﷻ berikan sehingga keteduhan iman tetap terjaga hingga akhir hayat.
Wallahu a’lam bish showab….
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
0️⃣1️⃣ Cucu Cudliah ~ Tasikmalaya
Syukron Ustadz juga Moderator.
1. Secara manusiawi memang kehilangan adalah sesuatu yang sangat menyakitkan. Tetapi apabila dikembalikan kepada Yang Maha Punya Segalanya Allah 'Azza Wazalla semua itu terasa sangat ringan.
2. Apakah kita perlu berusaha semaksimal mungkin untuk mencari barang atau sesuatu yang hilang dari kita?
2. Usaha-usaha apa saja yang sesuai dengan Syariat?
🌸Jawab:
1. Berusaha mencari itu merupakan ikhtiar kita.
2. Jangan panik, berdoalah kepada Alloh ﷻ, "Ya Alloh ﷻ, jika barang tersebut baik bagi hamba, maka kembalikanlah, jika tidak baik bagi hamba lembut kan hati hamba-Mu untuk ikhlas agar menjadi sedekah hamba bagi orang yang menemukan."
3. Ingatkah hakikatnya semua barang milik Alloh ﷻ, hanya berpindah kepemelikan saja, Tetaplah optimis setelah ikhtiar dilakukan yakinlah bahwa Alloh ﷻ akan ganti yang lebih baik.
Wallahu a’lam bishawab
0️⃣2️⃣ Widia ~ Bekasi
Assalamualaikum ustadz,
Bagaimana menyikapi hati kehilangan sahabat yang tiba menjauh dan menghilang. Tiba hadir disaat butuh.
Jazakallah khairan
🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
Sabar dan ikhlaskan hati. Selalu berpikir positif. Yakinlah apa yang datang dan yang pergi itu semua atas kehendak-Nya. Bila memang hadir saat butuh, berarti shalihah adalah yang dipilih dan dipercaya untuk membantu kesulitannya. Karena segala kebaikan yang kita lakukan akan kembali kepada kita. Begitupun sebaliknya. Kalaupun tidak bisa membantu, berbicara secara baik tanpa menyakiti perasaannya.
Wallahu a’lam bishawab
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
Kehilangan yang menimpa kita, semua pasti atas kehendaknya dan yakinlah akan segala ketetapan-Nya.
Selalu berpikir positif, sabar dan ikhlas dalam menghadapinya.
Wallahu a’lam bishawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar