Senin, 10 Februari 2020
DARURAT VIRUS CORONA
OLeH: Bunda Rizki Ika Sahana
💘M a T e R i💘
Dilansir dari situs update data peta online 2019-nCoV Global Cases dari John Hopkins CSSE, pada Selasa (11/2/2020) pukul 09.43 pagi, jumlah kematian akibat virus corona telah mencapai 1.016 di seluruh dunia.
Subhanallah, angka yang sangat besar, bahkan lebih besar dari korban SARS.
Dalam 24 jam terakhir, Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) menyatakan sedikitnya 108 orang meninggal akibat virus corona pada Senin (10/2).
Karakteristik genetik 2019-nCoV (virus Corona) sudah terkonfirmasi menular kepada sesama manusia.
Seluruh dunia, juga Indonesia hari ini, berisiko mengalami nasib serupa dengan masyarakat Kota Wuhan.
Kota Wuhan di Provinsi Hubei yang merupakan pusat industri dan riset terluas di Tiongkok berubah seperti kota mati sejak diisolasi pihak otoritas Tiongkok pada tanggal 23 Januari 2020.
Dimuat dalam laman WHO, bahwa dalam sebulan (hingga Jumat, 31/1/2020), virus Corona ini sedikitnya sudah tersebar ke 18 negara, menginfeksi sedikitnya 7.794, dan membunuh ratusan di antaranya. Para ahli bahkan memperkirakan, angka sesungguhnya jauh lebih besar.
Dari data peta online digital John Hopkins CCSE, terdapat 43.099 kasus yang terinfeksi virus corona dari seluruh dunia. Termasuk ditemukan di negara tetangga kita, Singapura, Malaysia, Filipina, juga Australia.
Ya, benar. Angkanya bisa lebih besar karena orang yang terinfeksi tidak lantas langsung bisa terdeteksi. Sebab, orang-orang yang terinfeksi bisa saja belum menunjukkan tanda-tanda sudah terjangkit virus ini ya.
Dan kewaspadaan itu tidak bisa hanya oleh kita sebagai individu, HARUS ada upaya sistematis oleh negara untuk mencegah wabah Corona masuk ke Indonesia.
Terlebih, 2019-nCoV terindikasi dapat menular antarmanusia dan mungkin menjadi lebih ganas.
Sangat disesalkan, pemerintah lalai dan tampak gagap terhadap wabah yang menyebar sangat cepat.
1. Pemerintah agaknya ceroboh terhadap sumber wabah.
2. Bergantung pada WHO.
3. Tidak serius mengupayakan pencegahan dan pengobatan.
Kecerobohan terhadap sumber wabah tampak dari tidak adanya keputusan pemerintah melarang pendatang dari China masuk ke Indonesia, sejak dari terjadinya wabah di Wuhan hingga saat ini.
Memang, pemeriksaan suhu di bandara serta pelabuhan dan berbagai tindakan, apapun itu, telah dilakukan. Akan tetapi dengan tetap mengizinkan pendatang dari China masuk ke Indonesia justru memfasilitasi terjadinya wabah di Indonesia.
Sebab, riset terkini yang dimuat di The Lancet, menunjukkan penderita infeksi 2019-nCoV bisa hanya dengan gejala ringan bahkan tanpa gejala.
Karena begitu sulitnya mendeteksi pengidap infeksi 2019-nCoV, maka yang harus dilakukan pemerintah adalah pencabutan visa bebas kunjung bagi warga negara China.
🔷🌷🔷
Berikutnya, pemerintah begitu bergantung kepada WHO pada kasus 2019-nCoV dengan menyatakan wabah 2019-nCoV belum menjadi persoalan dunia sementara indikasi ke arah itu begitu kuat.
Meski pada akhirnya WHO mengakui kesalahan fatal tersebut sebagaimana diwartakan Channel News Asia, Selasa (28/1/2020), dan pada Kamis (30/1/2020) dinyatakannya dunia dalam bahaya (Forbes.com, Kamis, 30/1/2020).
Ini menunjukkan ketidak mandirian pemerintah dalam merespon wabah, sehingga nyawa masyarakat menjadi taruhannya.
Juga, yang ketiga, sangat disesalkan ketidaksungguhan pemerintah dalam upaya pencegahan dengan peningkatan imunitas masyarakat melalui asupan bergizi. Sebab, nyaris tanpa tindakan, jauh dari langkah antisipatif, praktis, juga produktif yang berbuah kebaikan pada setiap individu masyarakat.
Pemerintah menyatakan, “Ini termasuk self-limited disease’ artinya bisa disembuhkan sendiri, karena itu jaga nomor satu jaga imunitas tubuh itu yang paling penting.” Sembari menyampaikan beberapa hal yang bisa menurunkan daya tahan tubuh seperti asupan gizi (Antaranews.com).
Sementara itu, di saat yang bersamaan ada puluhan bahkan ratusan juta penduduk Indonesia yang miskin. Dan, kemiskinan itu sendiri identik dengan buruknya akses pada segala aspek yang penting bagi peningkatan daya tahan tubuh. Seperti asupan bergizi, sanitasi dan air bersih, tempat tinggal dan perumahan yang sehat.
Jadi pernyataan pemerintah sangat bertolak belakang dengan kenyataan yang sedang berlangsung di tengah kehidupan masyarakatnya...
Kelalaian itu juga tampak pada upaya pengobatan. Karena efektivitas kemampuan fasilitas kesehatan di Indonesia terbatas pada jumlah tertentu. Sebagaimana ditegaskan Tri Yunis Miko Wahyono, Ketua Departemen Epidemiologi di Universitas Indonesia, “Dari 100 rumah sakit, paling banyak rata-rata masing-masing merawat 3 pasien, jadi sekitar 300 pasien yang mampu di rawat di rumah sakit isolasi itu.”
Lebih lagi, tambah Miko, jika jumlah pasien terus bertambah, ada kemungkinan pihak rumah sakit mengalami kekurangan peralatan bagi petugas kesehatan, seperti pakaian pelindung. (bbc.com).
Dengan demikian dari aspek manapun, jelas sekali pemerintah lalai dan tidak siap menghadapi wabah 2019-nCoV.
Semua itu terjadi karena pemerintah kita mengadopsi cara pandang kapitalisme yang sekular dalam meriayah (mengurus) rakyatnya. Yakni menjadikan untung-rugi sebagai asas dalam mengurus kepentingan publik.
Dalam sudut pandang Islam, negara dan pemerintah adalah pihak yang paling bertanggung jawab melakukan tindakan pencegahan bahaya apapun termasuk wabah virus mematikan 2019-nCoV.
Yang demikian itu karena fungsinya yang begitu vital, sebagaimana ditegaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya, “Imam (Khalifah) yang menjadi pemimpin manusia, adalah (laksana) penggembala. Dan hanya dialah yang bertanggungjawab terhadap (urusan) rakyatnya.” (HR. Al- Bukhari).
🔷🌷🔷
Sementara kemudaratan atau bahaya itu sendiri apapun bentuknya wajib dicegah, sebagaimana tutur Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, dari Abu Sa’id bin Malik bin Sinan Khudri ra, artinya: “Tidak ada mudarat (dalam Islam) dan tidak boleh menimbulkan mudarat (penderitaan).”
Negara juga wajib melarang masuk warga negara yang terbukti menjadi tempat wabah.
Pada kasus ini adalah China– karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bertutur melalui lisannya yang mulia, “Jika kalian mendengar suatu negeri dilanda wabah, maka jangan kalian memasukinya. Jika wabah itu terjadi di negeri yang kalian berada di dalamnya, maka jangan kalian keluar darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Berikutnya, negara harus bebas dari agenda imperialisme karena diharamkan Allah subhanahu wa ta’ala apapun bentuknya.
“Allah sekali-kali tidak akan memberikan jalan kepada orang kafir untuk menguasai orang-orang mukmin.” (QS. An-Nisa: 141).
Sehingga, wajib mandiri dalam menyikapi wabah, tidak bergantung pada negara kafir penjajah dan lembaga yang menjadi kuda tunggangannya, yakni WHO.
Negara harus terdepan dalam riset dan teknologi tentang kuman-kuman penyebab wabah, alat kedokteran, dan obat-obatan.
Baik untuk tujuan pencegahan dan mengatasi wabah sesegera mungkin, maupun untuk tujuan menimbulkan rasa sungkan dan takut bagi negara kafir penjajah pelaku kejahatan agenda hegemoni senjata biologi, sebagaimana diperintah Allah subhanahu wa ta’ala, yang artinya, “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu…”.
🔷🌷🔷
Negara wajib melakukan langkah praktis produktif untuk peningkatan daya tahan tubuh masyarakat.
Berupa pembagian segera asupan bergizi kepada setiap individu masyarakat terutama yang miskin. Di samping menjamin pemenuhan kebutuhan pokok individu dan publik yang semua itu penting bagi terwujudnya sistem imun yang tangguh.
Negara menjamin dengan baik, pangan bergizi, sanitasi dan air bersih hingga perumahan dan pemukiman yang sehat.
“Imam (Khalifah) yang menjadi pemimpin manusia, adalah (laksana) penggembala. Dan hanya dialah yang bertanggungjawab terhadap (urusan) rakyatnya.” (HR. Al- Bukhari).
Negara juga harus menjamin ketersediaan fasilitas kesehatan terbaik dengan jumlah yang memadai lagi mudah diakses kapanpun, di manapun, oleh siapapun.
Negara menyiapkan anggaran berbasis baitulmal dan bersifat mutlak. Artinya, untuk perkara yang dharuriyah (urgen) maka tidak boleh membatasi jumlah anggarannya.
Pelaksanaan prinsip-prinsip Islam yang sahih ini beserta keseluruhan ketentuan syariat Islam secara kaffah hanya bisa diwujudkan dalam bingkai Khilafah, yang dengannya Indonesia dan dunia akan bebas dari serangan berbagai wabah mematikan.
Selanjutnya akan terwujud kesejahteraan bagi seluruh alam, sebagaimana janji yang pasti dari Allah subhanahu wa ta’ala, artinya, “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al An-Anbiyaa: 107).
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘TaNYa JaWaB💘
0⃣1⃣ Darul ~ Madiun
بسم الله الرحمن الرحيم
Banyak warga negara asing yang bertempat tinggal di WUHAN rata-rata ada yang terinfeksi virus tersebut, sedangkan WNI yang berjumlah 243 orang alhamdulillah dinyatakan NEGATIF, ada apakah sebenarnya? Ini menjadi salah satu pertanyaan dunia.
🌸Jawab:
Jazakillah khairan pertanyaannya Ukhti Darul.
Beberapa waktu lalu saya lewat Madiun, loh.
Memang benar, ada sekitar 245 WNI yang dievakuasi dari Wuhan. Namun tidak semua tinggal di Wuhan, mereka tersebar di berbagai wilayah di propinsi Hubei. Mereka berkumpul di Wuhan saat evakuasi.
Analisa saya, mereka tidak mudah terinfeksi karena gaya hidup mereka secara umum berbeda dengan gaya hidup warga atau masyarakat China yang Komunis, yang tak mengenal halal-haram dalam mengkonsumsi makanan, misalnya. Mereka juga kebanyakan adalah mahasiswa yang tinggal di kawasan kampus yang lebih sehat, dari sisi sanitasi, dan seterusnya dibanding kehidupan di luar semacam di sekitar pasar tradisional Wuhan yang menjual dan menyembelih beragam hewan tak lazim sehingga menjadi atmosfer yang baik bagi pertumbuhan kuman maupun virus.
Berikutnya, mahasiswa juga terdidik oleh pengetahuan yang baik, termasuk soalan virus, bagaimana menjaga daya tahan tubuh, dan sebagainya. Menurut info yang saya baca, 80% WNI yang dievakuasi adalah mahasiswa kedokteran. Jadi ini menjadi salah satu sebab, mereka bisa melakukan handling dan antisipasi secara personal.
Disamping itu, tentu ini merupakan bagian dari ketentuan Allah (qadha) yang wajib kita syukuri.
Tapi, di sisi lainnya, tidak boleh kita berdiam diri dan menyepelekan wabah ini. Sebab potensi bahayanya sangat besar. Maka upaya pencegahan dan tanggap bencana atau wabah wajib dilakukan utamanya oleh penguasa.
Begitu ya, Ukhti.
🔷Naam ustazah.
Virus ini bisa tertular lewat saluran hidung, mata, rongga tenggorokan, serta rangsangan kulit dan sangat berpengaruh ke paru-paru yang bisa tumbuh menjadi bibit virus yang dalam waktu jangka pendek.
Apakah ini suatu tanda akhir zaman?
🌸Saya pernah membaca bahwa salah satu tanda dekatnya kiamat adalah munculnya kematian massal, yang bisa berarti terjadinya wabah penyakit.
Namun, kita tidak tahu persis berapa lama lagi kiamat tiba. Yang jelas, kita saat ini memang berada di akhir zaman, sebagaimana yang disabdakan Nabi, bahwa kita berada di fase keempat kepemimpinan yakni fase kepemimpinan diktator. Setelahnya, akan ada Khilafah 'ala minhajin nubuwwah, yang akan menyelimuti bumi dengan kemuliaan dan kesejahteraan.
0⃣2⃣ Phity ~ Yogja
Beberapa waktu yang lalu sempat lihat judul di youtube "warga china sengaja meludahi meja makan, gagang pintu dan lain-lain milik tetangga untuk menularkan penyakitnya."
Bisakah seperti itu menularkan virusnya?
🌸Jawab:
Benar sekali, Ukhti...
Ada juga pasien yang sengaja membuka maskernya untuk menularkannya kepada paramedis.
Ini menunjukkan betapa kepanikan dan tekanan yang demikian hebat melanda masyarakat, termasuk para pasien pengidap virus Corona. Saking putus asanya, juga depresi, mereka ingin orang lain merasakan hal yang sama. Mereka ingin orang lain mati bersama mereka.
Subhanallah, sungguh situasi yang sangat mengerikan.
Ini karena pemerintah China juga lamban merespon wabah tersebut. Pemerintah China bahkan baru merilis penyebaran virus Corona setelah 2 bulan lamanya sejak kejadian pertama. Bahkan dalam beberapa video penduduk dan paramedis Wuhan meminta bantuan kepada dunia dan mengutuk pemerintah China yang lambat memberi bantuan.
Tentang penularannya, yang saya pahami virus ini umumnya menular melalui udara. Namun penelitian terkini menyebutkan bisa juga menular melalui fases, droplet (tetesan), dan aerosol.
Pakar menyebutkan penularan bisa dari faces oral, yang artinya seseorang dapat tertular apabila mengonsumsi sesuatu yang terkontaminasi kotoran manusia yang terinfeksi.
Bentuk penularan lainnya adalah melalui tetesan. Artinya, dapat menyebar ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin, seperti halnya penyebaran influenza dan penyakit pernapasan lainnya.
Sedangkan aerosol, pada dasarnya adalah partikel kecil tempat tetesannya menguap dan dapat bertahan di udara untuk waktu yang lama, menurut Mount Sinai Hospital’s e-portal.
Tidak hanya tahan dengan udara kering, patogen ini juga dapat melakukan perjalanan lebih jauh dari tetesan yang lebih besar.
Jadi, virus corona baru dapat ditransmisikan ketika orang menghirup udara yang telah tercampur patogen ini.
Jadi wabah ini sungguh sangat mengancam manusia di dunia.
0⃣3⃣ Erni ~ Yogja
Assalamualaikum Ustadzah,
Ada virus kok ujudnya rumus ya?
Adakah indikasi semacam senjata pemusnah masa, yang pada awalnya saingan dagang dengan negara barat?
Adakah indikasi agar kita ada semacam ketergantungan pangan dengan negara China walau kita negara agraris?
Buktinya petani kita tanam tanaman transgenik tidak boleh dilepas di pasaran, tapi negara malah impor produk transgenik. Sewaktu wabah H5N1 semua unggas di musnahkan, apakah maunya agar kita kehabisan modal hingga kulakan ke China?
Setuju dengan khilafah, karena saat ini sepertinya penguasa di dekte sama saudagar licik yang mendanai kampanye mereka.
Terus kita selaku rakyat jelata harus bagaimana donk?
Akankah pasrah dalam tawakal dimatikan akal karena diakali sama kelompok yang pegang kuasa negara?
🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullah..
Yang pertama, tentang penamaan virus. Memang ragam virus diberi nama khusus semacam kode-kode agar mudah diidentifikasi, termasuk ke dalam spesies apa, genom apa, misalnya, sehingga memudahkan pula menemukan antivirusnya dengan melakukan riset tidak dari nol lagi, tapi pengembangan dari riset antivirus sebelumnya yang spesiesnya dekat dengan spesies virus baru. Itu analisa saya.
Tentang senjata biologis, sepertinya belum ada indikasi ke sana. Karena pengembangan senjata biologis berupa virus sangat sulit dikendalikan, padahal yang namanya senjata kan untuk menyerang lawan sementara biological weapon berupa virus ini bisa menjadi senjata makan tuan. Bunuh diri namanya.
Kemungkinan yang lebih realistis adalah, pengembangan antivirus yang tentu saja menjadi komoditas bisnis yang menggiurkan. Saat ini, jumlah yang sembuh setelah treatment oleh China semakin bertambah. Kemungkinan jika China berhasil menemukan antivirus nya, maka permintaan terhadap antivirus ini akan berbuah keuntungan yang fantastis bagi China. Maka China bisa di atas angin menghadapi perang dagang terhadap AS. Kita tunggu saja, siapa yang berhasil menemukan antivirus nya pertama kali, China atau AS.
Kalau ketergantungan terhadap China, sudah terjadi hari ini. Produk-produk China membanjiri Indonesia. Termasuk proyek-proyek kerjasama dengan China laris manis di Indonesia.
Jadi kita melihat, dalam kasus ini, Indonesia hanyalah obyek bagi negara-negara Kapitalis raksasa semacam AS maupun China. Obyek untuk memasarkan produk-produk mereka, termasuk produk antivirus atau vaksin Corona nantinya.
Kita sebagai rakyat, tidak boleh diam. Kita harus membangkitkan kesadaran di tengah masyarakat agar kembali kepada ajaran Islam yang kaffah. Karena hanya dengan syariah yang kaffah-lah, Indonesia dan dunia selamat.
Begitu ukhti shalihah.
0⃣4⃣ Safitri ~ Banten
Harus dengan cara apa sih supaya pemerintah itu sadar mereka memperbolehkan warga asing untuk datang ke negara kita karena menghindari virus itu malah warga negara kita sendiri yang terancam bahkan sekarang negara Indonesia sudah terisi sama orang-orang dari negara asing?
Berarti memang kita harus punya kesadaran diri sendiri untuk mencegah virus itu yah bun dengan menjaga kebersihan dan menghindari hal-hal yang dapat memicu virus tersebut.
🌸Jawab:
Benar sekali, Ukhti cantik shalihah.
Untuk saat ini, yang bisa kita lakukan adalah handling secara personal, melakukan pencegahan dengan menjaga kebersihan, menjalani pola hidup yang sehat, olah raga teratur.
Tentang sikap pemerintah, memang harus ada upaya untuk memuhasabahi penguasa. Karena mereka juga bagian dari umat ini, yang berhak atas amar ma'ruf nahi munkar. Karena kebijakan pemerintah sangat menentukan, maka memuhasabahi pemerintah juga perkara yang penting.
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘
Darurat Corona membutuhkan solusi yang mendesak lagi tuntas. Solusi tersebut haruslah solusi yang sahih, yang berasal dari PENCIPTA manusia, alam semesta, termasuk virus itu sendiri.
Solusi yang menjaga fitrah manusia, serta melahirkan ketinggian peradaban. Solusi tersebut tidak lain adalah syariah kaffah yang diemban oleh institusi Khilafah.
Sebab Sosialisme-Komunis dan Kapitalisme-Sekular telah nyata gagal menyelesaikan problem dunia.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar