OLeH: Ummu Azkia Fachrina
•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•
🔷MERANGKAI SIFAT MALU MENEGUHKAN KETAKWAAN
Malu (al-haya') didefinisikan sebagai suatu sifat dalam jiwa manusia yang mampu mendorong manusia untuk melakukan kebaikan, dan ketaatan, serta mencegahnya dari perilaku buruk, tercela, dan yang memalukan.
Tanpa rasa malu, manusia tidak memiliki kontrol diri, sehingga berbuat apa saja tanpa peduli apakah yang dilakukan itu perbuatan tercela, perbuatan sia-sia, merugikan diri sendiri, atau merugikan orang lain. Rasa malu adalah pengendali nafsu. Rasa malu mencegah kita dari perbuatan yang melampaui batas.
Dan tentunya dalam Islam, malu menjadi sifat yang dituntut Alloh ﷻ pada manusia, agar manusia menumbuhkan dalam dirinya.
Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
“Hendaklah kalian malu kepada Alloh ﷻ dengan sebenar-benar malu. Barang siapa yang malu kepada Alloh ﷻ dengan sebenar-benar malu, maka hendaklah ia menjaga kepala dan apa yang ada padanya, hendaklah ia menjaga perut dan apa yang dikandung di dalamnya, dan hendaklah ia selalu ingat kematian dan busuknya jasad.” (HR. at-Tirmidzi, Ahmad, al-Hakim, dan al-Baghawi).
“Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa malu.” (HR. Ibnu Majah no.4181)
“Malu dan iman itu bergandengan bersama, bila salah satunya diangkat maka yang lain pun akan terangkat.” (HR. Al Hakim)
"Dan sebagaimana pula yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ, bahwa salah satu cabang dari keimanan, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ, adalah rasa malu." (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Banyak pula kisah yang terkait dengan rasa malu.
★ Nabi Yusuf yang tak terjebak pada hasrat Zulaikha karena malu kepada Alloh ﷻ.
★ Umar bin Khattab bersua anak penggembala. Umar meminta anak itu menjual seekor kambingnya. Si anak penggembala berucap, “Kambing-kambing ini bukan milikku, dan majikanku tidak mengizinkan aku menjualnya.”
Umar menjawab, “Juallah satu ekor saja, aku akan memberimu uang. Katakan kepada majikanmu, serigala telah memakan seekor kambingnya.” Si anak penggembala pun menjawab, “Kalau begitu, di mana Alloh ﷻ?”
Ucapan, “Kalau begitu, di mana Alloh ﷻ?” selayaknya terhunjam dalam jiwa kita. Betapa malunya apabila kita arogan, melakukan korupsi, mendzalimi orang lain, dan perbuatan bejat lainnya. Malulah kepada Alloh ﷻ yang senantiasa melihat keburukan yang kita lakukan.
★ Asma’ binti Abu Bakar ra. Ia pernah menghindar bertemu sekelompok sahabat dari kalangan Ansar lantaran malu. Rasulullah ﷺ pun menyarankannya agar mengambil arah lain.
Dan bagi kita kaum perempuan. Salah satu ciri perempuan salihah ialah memiliki sifat malu. Jika sifat malu bagi perempuan hilang maka ini adalah pertanda kemaksiatan, salah satunya perzinaan akan terus berlangsung. Dalam Islam perempuan dididik dengan sifat malu.
Sungguh... Perempuan memiliki peran strategis dan penting di tengah-tengah peradaban, karena rahim yang taat akan melahirkan janin yang taat. Pahlawan Islam tidak pernah jauh dari rahim yang taat kepada Alloh ﷻ. Sebaliknya, jika muslimah nya “bengkok” maka yang dilahirkannya pun juga “bengkok.”
Sifat malu bagi perempuan merupakan perhiasan serta kehormatan dirinya. Salah satu bukti kecintaan terhadap Alloh ﷻ dan para Rasul-Nya adalah dengan memiliki rasa malu. Sifat malu bagi perempuan akan membentengi dirinya dari tindakan yang tercela.
Sifat malu merupakan bagian dari akhlak Islam. Sementara bagi perempuan ia merupakan mahkota kemuliaan. Sifat malu menjadikan dirinya terhormat dan dimuliakan. Hendaknya menjadi peringatan bagi kaum muslimah hadis Rasulullah ﷺ, “Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat, Pertama. Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan keduapara wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim)
Betapa dahsyatnya bila rasa malu hilang dalam hati dan dalam diri seseorang, bayangkan kalau kendali dalam dirinya tidak ada sama sekali, perbuatan mungkar seperti korupsi, menipu berzina dan perbuatan keji lainnya sangat sulit terkendali, yang ada dalam pikirannya adalah akal-akalan untuk memenuhi hasrat nafsu dan tak ubahnya seperti hewan yang tidak punya rasa malu.
Apabila rasa malu telah hilang dalam hati dan dalam diri seseorang, maka sesungguhnya merupakan bencana pada dirinya. "Sesungguhnya Alloh ﷻ apabila hendak membinasakan seseorang, maka dicabut rasa malu dari orang itu. Bila sifat malu sudah dicabut darinya, maka ia akan mendapatinya dibenci orang, malah dianjurkan orang benci padanya. Jika ia telah dibenci orang, dicabutlah sifat amanah darinya. Jika sifat amanah telah dicabut darinya, kamu akan mendapatinya sebagai seorang pengkhianat. Jika telah menjadi pengkhianat, dicabutlah sifat kasih sayang. Jika telah hilang kasih sayangnya, maka jadilah ia seorang yang terkutuk. Jika ia telah menjadi orang terkutuk, maka lepaslah tali Islam darinya." (HR. Ibnu Majah)
Jadi, rangkailah sifat malu dalam diri kita. Pelihara dengan baik agar mampu meninggikan derajat kita di hadapan Alloh ﷻ dengan takwa.
◼️Bagaimanakah kita bisa merangkai rasa malu?
✓ Rangkai rasa malu dengan tidak melanggar aturan Alloh ﷻ atau berbuat dosa. Sedikitpun.
✓ Rangkai rasa malu jika kita tidak bersyukur kepada Alloh ﷻ. Malu jika bersyukur karena
manusia adalah makhluk yang paling sempurna memperoleh nikmat Alloh ﷻ.
✓ Rangkai rasa malu jika selalu memiliki ketergantungan pada orang lain.
✓ Rangkai rasa malu jika mengatakan sesuatu tetapi kita tidak melakukannya, tidak menegakkannya padahal Alloh ﷻ sudah memerintahkan.
Dengan merangkai rasa malu dan taqarrub Ilallah. In syaaAllaah ketakwaan akan terus meningkat seiring dengan setiap amal yang dilakukan yang tidak pernah lepas dari ajaran dan aturan-Nya.
Wallaahu a'laam bisshawab.
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
0️⃣1️⃣ Kiki ~ Dumai
Ummu, bagaimana maksud dari hadist di materi ini umm,
"...barangsiapa yang malu kepada Alloh ﷻ dengan sebenar-benarnya malu, maka kendaklah ia menjaga kepala dan apa yang ada padanya, hendaklah menjaga perut dan apa yang dikandung di dalamnya,... "
Jazakillah ummu
🔷Jawab:
Bismillaah...., saya coba menjawabnya yaa ukhtiiy shalihah.
Makna dari matan hadis menjaga kepala adalah menjaganya dari kebiasaan berpikir buruk (negative thinking), menjaganya dari pengetahuan atau informasi palsu, dan kritis terhadap pengetahuan atau informasi yang diterima.
Ini maksud dari menjaga kepala dengan segala isi yang dikandungnya.
Dan, menjaga perut dengan segala isinya... yakni menjaga perut dari makanan haram yang sudah jelas terlarang, baik zat atau cara memperolehnya, dan menjaganya agar tidak diisi secara berlebihan, sekalipun oleh makanan yang halal.
Demikian ukhtiiy shalihah.
Wallaahu a'laam.
0️⃣2️⃣ Aisya ~ Cikampek
Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh.
Untuk hal ini.
1. Apakah no. 4 masuk ke dalam munafij? Bagian yang, "rangkai rasa malu umm."
2. Seorang yang ‘afif adalah yang menjauhkan diri dari perkara-perkara yang diharamkan Alloh ﷻ walaupun jiwanya cenderung kepada perkara tersebut.
Bagaimana penjelasan mengenai ini umm?
3. Bolehkah malu dalam perkara yang baik?
Misal malu untuk share-share materi dakwah?
🔷Jawab:
Wa'alaikumussalam warohmatullah wabaarokatuh.
Bismillaah....
1. Na'am ukhtiy.
2. Dalam diri manusia kecenderungan untuk melakukan baik dan buruk itu ada. Hanya saja bagi seseorang yang selalu iffah dalam iman takwa, dia selalu berusaha sekuat kuatnya untuk selalu jauhkan diri dari berbagai keharaman. Baik sedikit ataupun banyak.
3. Malu tidaklah untuk melakukan kebaikan. Karena jika malu, maka kebaikan akan digantikan posisinya oleh keburukan. Dan itu tidak boleh dibiarkan.
Demikian ukhtiiy shalihah.
Wallaahu a'laam bisshawaab.
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
Bismillaah...
Sifat malu merupakan bagian dari akhlak Islam. Sementara bagi perempuan ia merupakan mahkota kemuliaan. Sifat malu menjadikan dirinya terhormat dan dimuliakan. Hendaknya menjadi peringatan bagi kaum muslimah hadis Rasulullah ﷺ, “Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat, Pertama. Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan keduapara wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.”
Semoga kita mampu untuk selalu merangkai rasa malu dalam diri kita. Malu jika kita tidak membuktikan ketakwaan pada Allah ta'ala.
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar