OLeH: Ustadzah Azizah, S.Pd
•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•
🌸PERSIAPAN MENJADI IBU
بسم الله الرحمن الرحيم
اَلسَّلَامُے عَلَيْكُمْے وَرَحْمَةُ اللَّهےِوَبَرَكاَتُهْے
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آله سيدنا محمد
Sayidina Umar bin Khothob pernah ditanya oleh seseorang, apa hak anak atas ayahnya. Jawab Umar r.a:
🔸1. Memilihkan Ibunya
Menurut Ustadz Farid Nu'man Hasan, S.S.
Merencanakan anak shalih sudah dimulai sejak memilih pasangan hidup.
Ini salah satu keistimewaan Islam di antara keistimewaan lainnya. Mendidik anak itu sudah dimulai sejak memilih suami atau istri, begitu dini dan antisipatif. Sebab, semua teori pendidikan anak -sehebat apapun- tidak akan efektif dan berdaya di tangan orang tua yang tidak mampu memerankan dirinya sebagai pendidik; sebagai ayah dan ibu. Apa gunanya pedang tajam jika dipegang oleh orang yang tidak bisa membedakan mana kayu dan besi? Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " تُنْكَحُ المَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ، تَرِبَتْ يَدَاكَ "
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, dari Nabi ﷺ, Beliau bersabda: “Wanita dinikahi karena empat hal: karena kekayaannya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka, pilihlah karena agamanya niscaya kamu akan beruntung.” (HR. Bukhari no. 5090)
Dari empat kriteria ini, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menekankan “agama” sebagai kriteria utama dalam memilih istri (tentu juga suami). Maksud agama di sini bukan sekedar dia seorang muslim, tapi bagaimana kualitasnya. Sebab, kualitas agama seseorang baik pemahaman dan amalan merupakan pangkal dari semua keshalihan, termasuk keshalihan keluarga mereka nantinya.
Imam an Nawawi Rahimahullah mengatakan:
وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ الْحَثُّ عَلَى مُصَاحَبَةِ أَهْلِ الدِّينِ فِي كُلِّ شَيْءٍ لِأَنَّ صَاحِبَهُمْ يَسْتَفِيدُ مِنْ أَخِلَاقِهِمْ وَبَرَكَتِهِمْ وَحُسْنِ طَرَائِقِهِمْ وَيَأْمَنُ الْمَفْسَدَةَ من جهتهم
Dalam hadits ini terdapat dorongan untuk berdekatan dengan ahli agama dalam segala hal. Sebab, berdekatan dengan mereka akan mendapatkan manfaat baik dari sisi akhlaknya, keberkahan, bagusnya jalan mereka, serta aman dari kerusakan dari sisi mereka. (Syarh Shahih Muslim, 10/52)
Allah Ta'ala sendiri mengajarkan agar memilih teman hidup yang beriman, sebab merekalah sebaik-baiknya perhiasan, walau yang kafir itu begitu menawan dan menarik perhatian.
Allah Ta'ala berfirman:
وَلَا تَنْكِحُوا الْمُشْرِكَاتِ حَتَّى يُؤْمِنَّ وَلَأَمَةٌ مُؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكَةٍ وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ
"Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu." (QS. Al Baqarah: 221)
Keshalihan orang tua, memang belum tentu lantas bisa diwariskan ke anaknya. Kisah keluarga Nabi Nuh ‘Alaihissalam bisa menjadi contoh. Tapi, yang menjadi umumnya adalah orang tua yang shalih yang mampu menciptakan lingkungan yang shalih, begitu besar pengaruhnya dalam melahirkan anak-cucu yang shalih pula. Hal ini terlihat dari ayat berikut:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
"Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya." (QS. Ath Thur: 21)
Menarik kisah dari Syaikh DR. Ishom Abdul Aziz Abdul Qodir dari Mesir tentang kisah wanita.
"Saya katakan kepada kalian, jika lelaki sholih mendapat istri tidak sholihah maka rusaklah anaknya, tapi jika istri sholihah, kalaupun bapaknya tidak sholih maka baiklah anaknya" beliau kisah kan perempuan-perempuan sholihah dalam al Qur'an. Diantaranya, Asiyah, ibunda nabi Musa, Bunda anas bin malik atau yang lebih kita kenal dgn nama besarnya sebagai imam madzhab yaitu imam malik.
Al kisah, bapak imam malik ini sangat mengidamkan memperistri perempuan yang cantik rupawan, maka ketika pernikahan terjadi, dan hijab sang istri dibuka ternyata dijumpainya wajah sang istri tidak semenarik yang dia dambakan.
Sang suami pun marah dan kecewa, namun ibu imam malik ternyata perempuan yang cerdas dan beriman sempurna, terlihat dari saat menjawab kekecewaan suami yang baru dinikahinya. "Sesungguhnya hitamnya wajah ini, tidaklah mencerminkan apa yang ada pada diriku, jika dapat kau lihat dalamnya hati dan isi kepalaku, dalamnya imanku sungguh akan kau ketahui secerah mentari bersinar...."
Perempuan mulia hati itupun hamil dan melahirkan seorang putra yang diberi nama anas bin malik, malik disini dinisbahkan pada kakeknya dan bukan bapaknya. Ketika mendekap bayinya, sang ibu berkata "Aku tidak ingin menjadikanmu manusia terkenal, tetapi aku akan mendidik mu dengan pendidikan Nabi."
Dan kemudian jaman dibuat takjub dengan kebesaran nama Imam malik dengan madzhab maliki-nya. (Wallahu a'lam).
🔸2. Memberi Nama Yang Baik
Memberinya nama (bisa dilakukan pada hari lahirnya, hari ketiga atau hari ketujuh), dan hendaknya seorang bapak memilih nama yang baik untuk anaknya. Ciri nama yang baik adalah enak didengar, mudah diucapkan oleh lisan, mengandung makna yang mulia dan sifat yang benar dan jujur, jauh dari segala makna dan sifat yang diharamkan atau dibenci agama, seperti nama asing yang tidak jelas, tasyabbuh (menyerupai) nama orang-orang kafir dan nama yang memiliki arti buruk.
★Tingkatan nama-nama yang dicintai,
a) Menamai anak dengan nama Abdullah atau Abdurrahman. Ini adalah nama yang paling dicintai اللّهُ Ta’ala. Rasulullah ﷺ bersabda, “Inna ahabba asmaa’ikum ilallah Abdullah wa Abdurrahman,” (artinya: Sesungguhnya namamu yang paling dicintai Alloh ﷻ adalah ‘Abdullah dan Abdurrahman)." (HR. Muslim).
b) Nama “abdu..(penghambaan)” yang disambungkan dengan Asma’ul Husna selain yang tersebut di atas. Seperti Abdul ‘Aziz, Abdul Malik, dan sebagainya.
c) Menamai anak dengan nama-nama Nabi dan rasul. Nabi ﷺ pernah menamai sebagian sahabat dengan nama Nabi dan rasul.
d) Menamai anak dengan nama orang-orang salih, seperti dengan nama sahabat, tabi’in dan imam kaum muslimin.
e) Segala nama yang mencerminkan kejujuran dan kebaikan manusia.
🔸3. Mengajarinya Al Qur'an
Syaikh Ishom melanjutkan
"Anda tahu? Perempuan itu الله ciptakan lebih kuat dri pada lelaki, dia temani anaknya sehari semalam sambil mengerjakan pekerjaan lain dan dia bisa, kalaupun marah hanya sekejap dia masuk kamar, lalu keluar lagi membersamai anak-anaknya."
Beda dengan bapak, mengajari sedikit jika anak tidak kunjung bisa maka hilanglah kesabaran. Perempuan itu telaten dan sabar.
"Itulah kenapa Islam begitu meninggikan derajat perempuan..."
"Letak kekuatan ummat dimasa depan ada pada darah yang mengalir dalam diri kalian, jika darah yang mengalir dipenuhi dengan bacaan-bacaan al Qur'an maka akan menghasilkan anak-anak yang berisi al Qur'an sejak lahir. Kelak mereka jika terus dididik dan dipenuhi dengan al Quran maka akan menjadi generasi unggulan. Kuatnya bangsa dan agama ada ditangan perempuannya."
Lalu,
"Kalian tahu, tidak berdaya para lelaki di dunia ini tanpa perempuan" semua tergelak dan kompak bilang "cieeee" syaikh pun tertawa.
"Haqiqan", (ini benar). Kalian lihat saya, tak akan ada di dunia ini jika tidak dilahirkan oleh ibu saya."
"Maka tugas kalian di Sekolah ini benar-benar sungguh berat. Tidak hanya al Qur'an yang harus kalian hafalkan dan pelajari. Tetapi ilmu fiqih, hadits, warits, akidah dan sebagainya, harus kalian kuasai, itulah bekal menjadi ibu,."
Beliau berumpama kembali,
"Perempuan itu bagaikan bumi, bagaikan tanah, jika tanah itu bagus kualitasnya, bersih, subur tidak tercemar maka hasil bumi darinya jua akan menjadi hasil unggulan, jika kotor, tidak subur dan tercemar maka.... rusaklah hasil buminya."
Naah, yuuk jadi wanita yang terpilih karena kualitas agama dan kualitas akhlak. Bukan karena kecantikan dan penampilan semata.
Noted,
Dari berbagai sumber.
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب
وَبِا اللهِ اتَّوْ فِقْ وَ الْهِدَيَةْ
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
جزاكم الله خيرا
بارك الله فیکم و أهلیکم و في أموالکم
Kraksaan, 21 Desember 2021
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
0️⃣1️⃣ Kiki ~ Dumai
1. Bunda, bagaimana tips nya bun, untuk menjadi istri ataupun ibu yang baik menurut agama ya?
2. Apakah ada syarat-syarat tertentu yang membolehkan untuk istri berkarier diluar rumah kah bunda? Misalnya diluar faktor kurangnya ekonomi.
🔷Jawab:
Bismillahirohmanirohim...
1. Menjadi ibu yang baik itu adalah sebuah utama. Karena peran seorang ibu dan istri itu berbeda dalam arti peran istri adalah bentuk jawabnya pada suaminya dan semua yang dilakukan atas keridhaan dari suaminya, maka surga yang dia dapatkan. Istri harus pandai memahami hak dan kewajibannya. Apa hak untuk suami dan sebagai kewajibannya sebagai istri. Jangan sampai hanya menuntut hak saja dan mengabaikan kewajiban sebagai seorang istri. Begitu juga dengan seorang suami tunaikan juga kewajiban bagai suami agar tidak ada yang merasa tidak terpenuhi.
Nah, sebagai ibu yang baik perlu ilmu karena anak terus bertumbuh dan berkembang. Sungguh tidak mudah menjadi seorang ibu apalagi di zaman sekarang ini. Di mana perkembangan tehnologi ikut serta mempengaruhi pola pikir anak zaman sekarang.
Sebagai ibu tentunya menginginkan anak-anaknya jadi anak yang berpikir positif pikir dewasa berperilaku baik. Maka dperlukan mendidik anak-anak dengan baik.
Seorang ibu memberi pemahaman yang kuat tentang akidah anak-anaknya. Karena ibu adalah guru pertama buat anak-anaknya.
Bukan semata ilmu akademik juga tentang ilmu agama, adab, perilaku etika dan semua itu dimulai di rumah. Dan itu adalah tugas seorang ibu dari anak masih kecil ketika hingga dewasa. Ibu harus terus belajar untuk pemahaman tentang akidah dan tanggungjawab juga dalam hal-hal positif lainnya agar anak tidak melakukan kesalahan kehidupannya kelak ketika dia dewasa.
2. Syarat untuk seorang wanita berkarir adalah:
✓ Minta keridhoan suami untuk bekerja di luar rumah.
✓ Usahakan tempat bekerja dapat memberi kenyamanan dalam hal aqidah dalam hal ini berhijab.
✓ Tetap menjaga adab pergaulan dengan lingkungan kerja.
Pada dasarnya semua perlu pemahaman tentang pekerjaan yang ditekuni apa yang menjadi tugas dari pekerjaan tersebut apa yang menjadi pondasi utama.
Wallahu a'lam
0️⃣2️⃣ Kiki ~ Dumai
Jika ada seorang istri, yang setelah menyelesaikan pendidikannya dan setelah menikah memutuskan untuk menjadi fullltime ibu rumah tangga.
Apakah itu termasuk suatu kesia-siaan kah? (misal suami dan orang tuanya juga sudah ijin)
🔷Jawab:
Bismillahirohmanirohim...
Seseorang sudah memutuskan untuk menikah dan memilih untuk menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya untuk keluarga maka hal ini tidak ada yang sia-sia sepanjang ikhlas dilakukan dan dilakukan dengan sepenuh hati dan bukan berarti perempuan yang keluar rumah itu ibu yang gagal. Ini semua tergantung bagaimana dia memposisi dirinya serta tanggung jawabnya yang pastinya akan berat
tugasnya.
Jangan juga membanggakan diri karena telah memilih menjadi ibu rumah tangga dan menyelepekan wanita yang bekerja diluar rumah. Bagaimana pun seorang perempuan harus pandai mengoptimalkan waktu agar semua fase tumbuh kembang anak menjadi benar karena itu adalah tugas seorang ibu, baik itu ibu yang di luar rumah ataupun yang tidak bekerja.
Wallahu a'lam
0️⃣3️⃣ Aisya ~ Cikmpek
Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jadi bukan sibuk nya setelah anak lahir ya bunda....
Malah si calon ayah atau calon suami yang harus mempersiapkan.
🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
Bismillahirohmanirohim...
Jadi sebelum menikah setiap calon istri dan calon suami sangat memerlukan kesiapan sebagai seorang calon ayah dan juga sebagai seorang calon ibu bagi seorang laki-laki itu penting sekali karena setelah menikah kelak dia akan dikaruniakan anak keturunan yang akan lahir maka kesiapan itu penting karena dia akan membimbing istri juga anak-anaknya dan memberi keteladanan seperti yang dicontohkan Rasulullah ﷺ dan sahabat-sahabatnya.
Begitupun bagi seorang perempuan harus punya pondasi kuat dan kesiapan menjadi seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya kelak. Ada sebuah tulisan Parenting yang berkata seribu kata dari seorang ibu atau dari orang tua belum tentu akan memberi pengaruh pada anak karena anak akan meniru apa yang dia lihat dari orang tuanya, bukan hanya pengaruh daripada ucapan dari orang tuanya saja.
Jadi sebelum menuju gerbang pernikahan siapkan bekal menjelang memasukinya. Untuk itu kita harus belajar agar kelak anak-anak kita dapat kita beri pemahaman tentang ilmu dan tentang kehidupan baik itu ilmu agama tanggung jawab dan akhlak juga adab kehidupan sehari-hari.
Wallahu a'lam
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
Menjadi ibu adalah anugerah. Tidak semua wanita bisa merasakan menjadi ibu tersebab banyak hal. Maka teruslah mengasah diri. Membekali diri menjadi ibu yang pembelajar. Karena menjadi ibu artinya siap untuk mengabdikan diri melahirkan generasi Rabbani.
Sungguh indah saat diakhir kehidupan kita kelak. Kita tinggalkan anak-anak yang Sholih.
Anak yang sadar bahwa dia adalah tabungan amal bagi kedua orang tuanya
Dan betapa beratnya kelak sebuah pertanggungjawaban, saat generasi yang kita titipkan adalah generasi yang lemah dan labil.
Teruslah menjadi ibu yang tak pernah berhenti belajar untuk menjadi ibu yang dirindukan.
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar