Minggu, 14 Juni 2020
TERTIPU WAKTU
OLeH : Ummi Yulianti
💎M a T e R i💎
بِسْــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمن الرَّحِيْمُ
السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
الحمد لله
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ...
ام بعد
Segalanya milik Alloh ﷻ apa yang ada di langit dan bumi, kenikmatan dan kesusahan asalnya dari Alloh ﷻ sudah selayaknya kita panjatkan puji dan syukur hanya kepada Alloh ﷻ.
Agama Islam adalah agama yang mengangkat dan membebaskan manusia dari jaman jahiliah jaman kegelapan menuju ke jaman yang terang benderang, sudah selayaknyalah kita sebagai umatnya senantiasa menghaturkan sholawat dan salam hanya kepada Nabi Muhammad ﷺ.
🌸Tertipu Waktu
Menghitung nikmat yang telah Alloh ﷻ berikan adalah sebuah pekerjaan yang sulit. Bagaimana tidak, Alloh ﷻ mengatakan bahwa jika seorang hamba ingin menghitung nikmat tersebut, maka tidak akan sanggup menghitungnya. Allah Ta’ala berfirman:
وَإِن تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ اللهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menghitung jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl: 18).
Mayoritas manusia banyak yang tertipu jika Alloh ﷻ berikan nikmat, padahal nikmat yang diberi akan dipertanggung jawabkan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ
“Kedua kaki seorang hamba tidaklah berpindah pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai umurnya, dimanakah ia habiskan; ilmunya, dimanakah ia amalkan; hartanya, bagaimana cara ia mendapatkannya dan ia infakkan; dan mengenai badannya, di manakah usangnya.” (HR. At-Tirmidzi, shahih).
Ingatlah bahwa 4 hal di atas akan ditanya kelak pada hari kiamat, yaitu umur, ilmu, harta dan badannya. Oleh karena itu, ketika seorang mendapatkan nikmat namun tidak ia gunakan tuk taat, maka itu adalah musibah. Sebagaimana perkataan Abu Hazim dalam Hilyatul Auliya, “Setiap nikmat yang tidak digunakan untuk taat, maka itu adalah musibah.”
Di antara sekian banyak nikmat yang telah Alloh ﷻ berikan, ada 2 nikmat yang manusia lalai darinya. Nikmat tersebut adalah kesehatan dan waktu luang.
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Dua nikmat, kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari)
◼️1. Kesehatan
Banyak manusia yang sehat, namun tertipu dengan kesehatannya. Ia tidak gunakan kesehatannya untuk taat, namun untuk maksiat. Sementara di luar sana ada sebagian orang yang ingin melakukan ketaatan, namun tidak mampu melakukannya dikarenakan sakit yang di derita.
Padahal badan yang sehat akan ditanyakan, digunakan untuk apa. Apakah digunakan untuk mendatangi majelis ilmu ataukah mendatangi tempat-tempat maksiat. Barulah ia tersadar ketika terbaring lemah tidak berdaya karena sakit, sehingga sesal pun tidak terelakkan.
◼️2. Waktu Luang
Waktu adalah sesuatu yang terus berputar dan tak akan kembali lagi. Oleh karena itu betapa banyak manusia yang tersesali oleh waktu. Waktunya hanya berlalu begitu saja, tanpa ada manfaat dan faidahnya. Hidupnya hanya menghabiskan waktu dan menyisakan penyesalan umur.
Waktu ibarat pedang bermata 2, jika digunakan untuk kebaikan, maka baik pula. Sebaliknya, jika digunakan untuk keburukan, maka dampak buruk akan terjadi di kemudian hari.
Betapa tidak, sebagian orang menghabiskan waktunya untuk maksiat, namun tatkala ia sudah senja, maka ia akan menangisi masa tuanya karena ia tidak menghabiskan waktu dan umurnya untuk taat.
Ketahuilah bahwa 2 hal di atas adalah nikmat yang patut disyukuri tatkala terkumpul di dalam diri seorang muslim. Karena tatkala seorang itu bersyukur, maka Alloh ﷻ akan tambah nikmat tersebut.
Allah Ta’ala berfirman
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu mengatakan; “Sungguh jika kamu bersyukur, pasti Aku akan tambah (nikmat) kepadamu, tapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7).
Rasulullah ﷺ bersabda, ''Ada dua nikmat, di mana banyak manusia tertipu di dalamnya, yakni kesehatan dan kesempatan.'' (HR Bukhori).
Hadis di atas menjelaskan pentingnya memanfaatkan kesempatan (waktu), karena tanpa disadari banyak orang terlena dengan waktunya. Imam Al-Ghazali dalam bukunya Khuluqul Muslim menerangkan waktu adalah kehidupan.
Karena itu, Islam menjadikan kepiawaian dalam memanfaatkan waktu termasuk di antara indikasi keimanan dan tanda-tanda ketakwaan. orang yang mengetahui dan menyadari akan urgennya waktu berarti memahami pula nilai hidup dan kebahagiaan.
Sebaliknya, orang yang tidak mengenal pentingnya waktu, ia seakan-akan hidup dalam keadaan mati, meski hakikatnya ia bernafas di muka bumi. ''Allah bertanya, berapa tahun kah lamanya engkau tinggal di bumi? Mereka menjawab, kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyalah kepada orang-orang yang menghitung.'' (QS Al-Mu'minun: 112- 113).
Ayat di atas menunjukkan orang-orang yang tidak mengetahui pentingnya waktu seakan-akan hanya hidup sehari atau setengah hari, karena mereka tidak memahami arti umur, tidak mampu menguasai dan mengisinya dengan berbagai aktivitas yang bermanfaat.
Membiarkan waktu terbuang sia-sia dengan anggapan esok masih ada waktu merupakan salah satu tanda tidak memahami urgensi waktu, padahal ia tidak pernah datang untuk kali kedua.
Dalam pepatah Arab disebutkan ''Tidak akan kembali hari-hari yang telah lampau.''
Sementara Ibnu Qoyyim al-Jauziyah dalam bukunya Al-Fawaid menerangkan, ''Menyia-nyiakan hati disebabkan sikap yang lebih memprioritaskan kehidupan dunia dari akhirat, dan membiarkan waktu terbuang dengan anggapan esok masih ada waktu.''
Salah satu cara memanfaatkan waktu adalah menggunakannya untuk taat dan beribadah kepada Alloh ﷻ. Dalam kitab Fathul Baari diterangkan,
''Barangsiapa menggunakan kesempatan dan kesehatannya untuk taat kepada Allah, dialah orang yang amat berbahagia. Dan barangsiapa menggunakannya dalam bermaksiat kepada-Nya, dialah orang yang tertipu. Karena kesempatan senantiasa diikuti kesibukan dan kesehatan akan diikuti masa sakit."
Wallohu A'lam
Demikian Paparan kali ini.
Yang benar datangnya dari اللّه
Yang salah dari ketidaktahuan ana yang masih fakir ilmu agama.
Mohon maaf jika ada salah-salah kata dalam penulisan.
العلم بلاعمل كا لشجر بلا ثمر
Ilmu itu apabila tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah.
جزاكم الله خير جزاء شكرا وعفوا منكم...
فا استبقوا الخيرات...
والسلام عليكم ورحمة الله و بر كاته
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎TaNYa JaWaB💎
0️⃣1️⃣ Ridha ~ Bekasi
Ummu, terkadang saya merasa repot dan sibuk dengan rutinitas sehari-hari, anak banyak kerjaan banyak urusan sana sini. Bahkan merasa waktu kurang untuk saya.
Subhanallah...
Jangankan yang sunnah, yang wajib saja berjuangnya berasa sekali.
Terkadang merasa teman lebih beruntung punya anak 1 atau 2 ibadahnya nyaman, dan banyak waktu untuk yang sunnah-sunnah. Alhamdulillah.. Saya ikhlas jalani semua, umm.
Yang saya tanyakan,
1. Apakah setiap nilai ibadah dengan perjuangan yang berbeda itu, nilainya beda?
2. Jika seorang ibu rumah tangga yang hobi masak, hobi berbenah urus anak-anak dan lain-lain sehingga untuk urusan ngaji, belajar dan lain-lain terabaikan.
Bagaimana pandangan Islam, umm?
Syukron
🌷Jawab:
1. "Amalannya semakin sulit dan banyak, semakin besar pahala.”
Kaedah fikih di atas sangat bermanfaat bagi yang ingin mengetahui keutamaan amalan yang satu dibanding lainnya.
Dalam kaedah yang dibawakan oleh As-Suyuthi dalam Al-Asybah wa An-Nazhair (hlm. 320) disebutkan,
مَا كَانَ أَكْثَرُ فِعْلاً كَانَ أَكْثَرُ فَضْلاً
“Amalan yang lebih banyak pengorbanan, lebih banyak keutamaan.”
Imam Az-Zarkasi berkata dalam Al-Mantsur,
العَمَلُ كُلَّمَا كَثُرَ وَشَقَّ كَانَ أَفْضَلُ مِمَّا لَيْسَ كَذَلِكَ
“Amalan yang semakin banyak dan sulit, lebih afdhal daripada amalan yang tidak seperti itu.”
Dasar kaedah di atas disimpulkan dari hadits ‘Aisyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَلَكِنَّهَا عَلَى قَدْرِ نَصَبِكِ
“Akan tetapi, pahalanya tergantung pada usaha yang dikorbankan.” (HR. Muslim, no. 1211).
Demikian dikatakan oleh As-Suyuthi ketika menyebutkan kaedah di atas dalam Al-Asybah wa An-Nazhair (hlm. 320).
2. Islam mengajarkan kita untuk tawazzun, kalau kita hanya fokus ke urusan ke rumah tanggaan dan mengabaikan ruhiyah kita, lama kelamaan jiwa kita akan kering, akan ada pada masa mencapai titik jenuh. Nah ini yang bahaya, ketika mencapai titik jenuh, ruhiyah kita kering.
Ruhiyah itu kekuatan kita, ngaji anggap saja itu sebagai me time nya kita. Kan bawa anak rempong, nanti malah tidak dapat apa-apa. In syaa Allah Tetap dapat, dapat pahala silaturahim dan langkah-langkah kita dihitung pahala.
Wallohu A'lam
0️⃣2️⃣ Safitri ~ Banten
Assalamualikum ustadzah,
Kenapa ya kalau kita tuh suka punya pemikirin kenapa teman-teman Fitri sepertinya hidupnya enak, serba mudah terus happy saja mereka bisa asyik main sama pacar, teman-teman, kenapa Fitri tidak
Kenapa ya, Ustadzah? Apa keimanan Fitri masih jauh dari Alloh ﷻ?
🌷Jawab:
Wa'alaikumsalam,
Rumput tetangga memang suka terlihat lebih hijau, setiap orang punya masalah. Hanya mungkin tidak kita ketahui. Ketika teman-teman bersama pacar, alhamdulillah ukhti tidak sampai begitu, karena dijaga Alloh ﷻ dari perbuatan maksiat.
Jangan fokus dengan kekurangan atau masalah kita, tapi sadarilah kita punya banyak kelebihan dan nikmat yang Alloh ﷻ berikan. Kalau dalam masalah dunia lihatlah yang lebih susah dari kita, sehingga kita selalu bersyukur.
Sementara dalam masalah akhirat lihatlah yang lebih dari kita baik dari segi ilmu ataupun amalannya, sehingga kita termotivasi untuk melakukan hal yang sama.
Wallohu A'lam
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎
Usia adalah sebuah misteri. Tidak ada seorang pun yang tahu berapa jatah usia yang dimilikinya.
Ada yang usianya mencapai hingga ratusan ratusan tahun, tapi tidak sedikit juga yang bahkan menjemput ajal di usia muda.
Namun yang terpenting adalah bagaimana seseorang mampu memanfaatkan nikmat umur yang diberikan oleh Alloh ﷻ dengan memperbanyak amal saleh dan beribadah kepada-Nya.
Begitulah sikap yang seharusnya ditampilkan oleh seorang muslim sebagai bentuk syukur kepada Alloh ﷻ atas nikmat umur yang masih ia miliki.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar