Minggu, 14 Juni 2020
KETIKA CURHAT TIDAK PADA TEMPATNYA
OLeH : Ibu Irnawati Syamsuir Koto
💎M a T e R i💘
Sahabat-sahabatku yang dicintai Allah...
Setiap orang membutuhkan seseorang, tempat dimana ia dapat menyampaikan beban pikiran dan kegalauan hatinya.
Curhat, setidaknya akan membuat kita lega, walaupun tidak berarti dengan curhat, kita akan secara langsung terlepas dari persoalan.
Tapi sekurang-kurangnya, meringankan beban yang mungkin tidak dapat kita atasi sendiri.
Ketika kita curhat kita tanpa sadar membicarakan tentang kehidupan kita secara utuh dan tanpa ragu-ragu akan akibat dari pembicaraan tersebut.
Kadang kala kita curhat pada seseorang yang kita percayai sepenuhnya.
Namun ternyata disalah gunakan dengan menjadikannya bahan cerita.
Segala curahan hati kita padanya diceritakan lagi pada orang ketiga, sehingga sering terjadi kekacauan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
Berikut sebuah tulisan saya ambil yang telah ditulis oleh pakar keluarga yaitu ustadz Cahyadi Takariawan, kita simak baik-baik.
“Tidak ada keluarga yang tidak memiliki masalah”, demikianlah salah satu kata kunci dalam kehidupan keluarga. Masalah bisa menghinggapi siapa saja. Seorang pemuda lajang saja memiliki banyak masalah, apalagi ketika sudah berumah tangga dan memiliki anak, tentu akan bertambah banyak lagi permasalahannya. Yang membedakan antara satu keluarga dengan keluarga lainnya adalah bagaimana mereka bersikap dan keluar dari masalah tersebut.
Ada yang bersikap positif sehingga mudah mengurai permasalahan, bahkan mampu menjadikan permasalahan sebagai bagian dari pembaharu cinta kasih dalam keluarga. Suami isteri menjadi semakin mesra setelah ditimpa masalah dan berhasil menghadapi masalah dengan penuh kesabaran serta kearifan. Namun ada pula keluarga yang berantakan karena bersikap negatif dalam menghadapi problematika. Mereka tidak menyiapkan diri secara mental dan konsepsional, sehingga ketika bertemu masalah, tidak tahu bagaimana harus bersikap dan menyelesaikannya.
Dalam situasi menghadapi masalah tersebut, sering terpikir untuk melakukan curhat dalam rangka mencari penyelesaian masalah atau sekedar untuk meringankan beban perasaan. Namun tidak jarang, keinginan curhat ini justru menimbulkan masalah baru dalam kehidupan berumah tangga. Untuk itu, tahan keinginan anda untuk curhat tentang masalah keluarga. Jangan suka ‘mengobral’ masalah keluarga kepada sembarang orang, hingga akhirnya masalah mereka menyebar menjadi rahasia umum.
💎Lima Larangan Curhat
Agar curhat anda memberikan hasil seperti yang diharapkan, yaitu penyelesaian permasalahan, maka lakukan secara tepat dan benar. Jangan sembarangan melakukan curhat karena bisa menimbulkan persoalan baru yang lebih kompleks.
Berikut lima larangan curhat yang tidak boleh anda lakukan:
1. Jangan Curhat Terbuka di Televisi
Hindari curhat di televisi, apalagi disiarkan live, di-shoot wajahnya saat bercerita tentang aib pasangan. Jika pun ingin curhat di acara televisi saat mengikuti suatu acara yang ditayangkan live, hendaknya menggunakan kata ganti orang ketiga, atau membuat permasalahannya menjadi umum. Jangan menyebut identitas langsung, karena akan membuka aib pasangan secara terbuka.
√ Contoh salah:
“Mamah curhat dong.... Mamah, nama saya Ttitin, asal dari Bekasi, suami saya bernama Solihin. Yang ingin saya tanyakan, suami saya itu malas solat, sifatnya kasar dan tidak pernah lembut kepada saya. Hampir setiap hari bang Solihin suka marah-marah dan menampar wajah saya, tentu saja saya sakit hati Mamah. Jadi apa yang harus saya lakukan menghadapi bang Solihin?”
√ Contoh benar:
“Mamah, curhat dong... Bagaimana semestinya seorang istri bersikap, jika dia diperlakukan secara kasar oleh suami. Misalnya, ada istri yang setiap hari ditampar wajahnya, dan sering dimarahi suami tanpa sebab yang jelas. Sementara sang suami orangnya temperamental dan malas ibadah. Apa yang sebaiknya dilakukan oleh istri jika mendapatkan perlakuan seperti itu Mamah?”
2. Jangan Curhat Terbuka di Sosial Media
Hindari pula curhat di sosial media. Saya ngeri kalau membaca postingan di facebook atau media sosial lainnya, yang isinya curhat tentang masalah keluarga. Bukankah facebook itu media publik, bagaimana bisa masalah keluarga yang harusnya dijaga kerahasiaannya, justru disiarkan terbuka? Ini potensial menimbulkan masalah baru bersama pasangan.
facebook adalah media publik yang bisa diakses oleh siapa saja masyarakat di seluruh dunia. Walaupun ada pilihan setting di akun facebook tentang siapa yang bisa mengaksesnya, namun sangat jarang pemilik akun facebook yang mensetting pembatasan pihak yang bisa mengakses. Akhirnya facebook kita menjadi media terbuka dan bisa dibaca oleh siapa saja. Saat menulis status di facebook, hendaknya kita sadar bahwa tulisan itu sama seperti di koran atau media massa pada umumnya. Sifatnya terbuka, bukan tertutup.
Oleh karena itu, sama seperti di televisi, kalaupun ingin curhat di media sosial, gunakan kata ganti orang ketiga, atau gunakan ungkapan yang bersifat umum. Tidak mempersonifikasi kepada seseorang.
Contoh salah, status di facebook yang membuka aib pasangan:
“Suamiku memang brengsek. Dulu pernah berjanji tidak akan mengulangi lagi kesalahannya, ternyata ia selingkuh lagi. Dasar laki-laki mata keranjang...”
Contoh benar, status di facebook yang berupa nasihat:
“Hendaknya para suami selalu menjaga kesetiaan terhadap istri. Jangan pernah mengkhianati kesetiaan istri dengan selingkuh, karena itu akan bisa menghancurkan bahtera rumah tangga.”
3. Jangan “Curhat Jalanan”
Hindari “curhat jalanan”, karena hal ini tidak akan menyelesaikan masalah anda, bahkan berpotensi menimbulkan masalah baru. Curhat jalanan adalah curhat kepada sembarangan orang yang ditemui, kepada teman kerja, kepada tetangga, kepada saudara, bahkan kepada teman perjalanan di kereta api yang baru saja dikenalnya. Mereka itu belum tentu memiliki kompetensi untuk menyelesaikan masalah keluarga anda, dan justru bisa berkembang menjadi masalah baru.
Kebiasaan curhat jalanan ini tidak patut dilakukan, walaupun kenyatannya hal ini sangat banyak terjadi. Di kantor, di tempat arisan, di restoran, di tempat pertemuan, kadang dijumpai para istri yang suka curhat kepada teman-temannya sesama perempuan, mengenai masalah dengan suaminya. Karena merasa jenuh dan penat menghadapi masalah dengan suami dan tidak mendapat tempat penyaluran, akhirnya keluar di sembarang tempat.
4. Jangan Curhat kepada “Orang Lain”
Yang saya maksud “orang lain” di sini adalah seseorang yang berpotensi menjadi “wanita idaman lain” atau “pria idaman lain”. Misalnya seorang istri curhat kepada seorang laki-laki, mungkin teman lama, mungkin mantan pacar di masa lalu, mungkin teman baru, namun konsisten curhat kepada satu orang yang sama. Atau seorang suami curhat kepada seorang perempuan, mungkin teman lama, mungkin mantan pacar di masa lalu, mungkin teman baru, namun konsisten curhat kepada satu orang yang sama.
Hal ini berpotensi menimbulkan benih-benih kedekatan perasaan yang bisa berkembang menjadi hubungan lebih khusus. Jika curhat dilakukan dengan rutin, membuat intensitas hubungan di antara mereka menjadi semakin kuat. Dari mengobrol ringan, berkembang menjadi curhat, berkembang menjadi kenyamanan dan kedekatan perasaan. Apabila hal seperti ini dibiarkan berlarut-larut, sangat potensial memunculkan ikatan hati yang rumit dan menjadi masalah baru dalam rumah tangga mereka.
5. Jangan Curhat Kepada Orang Tua atau Mertua
Ketika anda sudah hidup berumah tangga, hendaknya menanggung beban permasalahan bersama pasangan. Jangan curhat kepada orang tua atau mertua, terutama ketika mereka sudah berusia lanjut. Berikan kesempatan kepada orang tua dan mertua untuk menikmati masa tua mereka dalam ketenangan dan kedamaian. Mereka sudah banyak mengurus kita sejak dalam kandungan sampai dewasa dan saatnya menikah. Mereka sudah banyak berkorban mengurus anak dengan segala kerepotan dan kesulitannya. Maka jangan lagi dibebani dengan masalah-masalah kehidupan keluarga anak-anaknya saat mereka sudah berumah tangga.
Ketika ada masalah keluarga, jangan memudahkan diri untuk cepat-cepat curhat kepada orang tua atau mertua. Selain hal itu akan menjadi beban bagi orang tua dan mertua, hal itu juga menandakan sikap ketidakdewasaan pasangan suami dan istri tersebut. Semestinya orang tua dan mertua tinggal menyaksikan kebahagiaan saja dari anak-anak dan menantunya. Bukan menjadi limpahan segala bentuk permasalahan yang muncul dalam kehidupan berumah tangga anak-anaknya.
Nah... Akan timbul pertanyaan,
√ Kepada Siapa Curhat?
Curhat terbuka hanya bisa dibenarkan kepada tiga pihak berikut:
◼️Pertama, Curhat Kepada Pasangan.
Ini yang seharusnya anda lakukan. Pada prinsipnya, masalah keluarga harus diselesaikan berdua antara suami dan istri. Di rumah, suami dan istri harus membiasakan curhat kepada pasangan. Para suami hendaknya menjadi tempat curhat yang paling baik bagi istrinya, dan para istri hendaknya menjadi tempat curhat yang paling baik bagi suaminya. Jika hal ini sudah bisa terwujud, maka mereka akan menjadi keluarga harmonis yang mampu menyelesaikan berbagai persoalan dalam kehidupan berumah tangga.
◼️Kedua, Curhat Kepada Pihak Yang Memiliki Kompetensi Untuk Menyelesaikan Masalah Keluarga Anda.
Hal ini dilakukan jika permasalahan tidak bisa lagi diselesaikan berdua dengan pasangan, sehingga memerlukan intervensi pihak lain yang memiliki kompetensi. Contoh pihak yang memiliki kompetensi ini adalah seorang psikolog, psikiater, konselor atau seorang ustadz dan ustadzah yang terpercaya. Curhat dilakukan di ruang konseling yang bercorak privat, bukan di ruang publik, bukan di televisi dan sosial media. Langsung kepada pihak-pihak tersebut, tanpa ada pihak lainnya yang tidak memiliki kompetensi untuk menyelesaikan masalah.
◼️Ketiga, Curhat Kepada Allah.
Ini adalah curhat yang selalu benar. Jika kita memiliki masalah apapun dalam kehidupan, curhat kepada Allah adalah cara yang menenteramkan hati. Pada sepertiga malam yang terakhir, bangun untuk melakukan shalat malam dan munajat memohon pertolongan kepada-Nya. Mintalah kekuatan, kemudahan dan keberkahan dari Allah dalam menyelesaikan masalah keluarga. Mintalah petunjuk dan bimbingan kepada Allah dalam menghadapi setiap persoalan kehidupan. Mintalah kepada Allah agar memberikan kelembutan hati dan kelapangan hati kepada pasangan sehingga bisa keluar dari permasalahan.
Ayo duduk berdua. Selesaikan sendiri masalah keluarga anda bersama pasangan, jangan disebar kemana-mana. Cari solusi dan jaga nama baik pasangan anda. Mendekat kepada Allah agar mendapat kemudahan dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan berkeluarga.
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💎TaNYa JaWaB💘
0️⃣1️⃣ Eva ~ Cianjur
Bismillah...
Bagaimana kalau Curhat ke Orang Tua niatnya bukan mau membebani mereka tapi mau minta do'anya biar masalah kita bisa cepat selesai. Karena do'a orang tua untuk anaknya itu Insyaa Allah diijabah sama Allah.
🌷Jawab:
Meminta doa itu hal yang biasa dan disuruh, tapi bukan berarti kita harus menceritakan masalah yang ada kepada mereka.
Minta saja didoakan semoga dilancarkan semua urusan.
Wallahu a'lam
0️⃣2️⃣ Riyanti ~ Yogja
Materinya Masya Allah bunda. Syukron.
1. Curhat ke orang lain apa ada Batasnya?
2. Jika curhat sudah menjadi rahasia umum, apa yang mesti dilakukan oleh "korban kebocoran"?
🌷Jawab:
1. Cukup membatasi sendiri, kita pasti tahu batas-batasnya.
2. Itu namanya korban ghibah bu. Sesuatu yang bukan menyangkut kepada kehidupan kita secara langsung sebaiknya tidak dibicarakan. Stop dan tinggalkan sesuatu yang sia-sia.
Wallahu a'lam
🔹Untuk Nomor 1. Mohon dijelaskan batas-batasnya bund.
🌷Batasnya juga tergantung kepada siapa dan apa masalah kita.
Misal jangan bicara masalah ranjang kepada teman, jika ada masalah maka bicaralah kepada ahlinya yaitu seksolog.
Jangan bicara hukum halal haram kepada pakar tata negara. Begitu bu. Jadi batasnya itu tergantung yaa...
0️⃣3️⃣ Adhry ~ Makassar
1. Bagaimana kalau curhatnya ke teman yang bisa dipercaya tapi lawan jenis? Dan dia selalu bisa membuat beban di hati dan pikiran adem ayem!
2. Bagaimana jika ada teman kita yang selalu curhat ke kita, dan sudah diberikan nasihat, tetapi selalu mengulang masalah itu terus dan curhatnya melulu soal yang sama. Apa bisa dihindari untuk tidak menerima curhat dia?
🌷Jawab:
1. Hukumnya dalam Islam itu jelas, pembicaraan yang melibatkan 2 insan yang berlainan jenis itu dilarang. Tidak ada alasan apakah membuat adem atau tidak, bisa memberikan solusi atau tidak. Jika sudah masuk kepada khalwat itu terlarang.
2. Kalau kita keberatan tentu bisa dihindari, silakan cari alasan, atau kalau memang memungkinkan silakan katakan secara langsung kalau kita keberatan dengan segala masalah yang dia bawa ke kita.
Wallahu a'lam
0️⃣4️⃣ Tatik ~ Cikarang
Bagaimana menanggapi tetangga atau saudara yang curhat masalah kesulitannya atau kebahagiannya?
🌷Jawab:
Kalau kita bisa memberi solusi, silakan diberikan solusi jika dia sedang dalam masalah. Tapi jika bisa diingatkan agar dia tidak cerita masalahnya ke sembarang orang, karena kita tahu tidak semua orang adalah baik. Dan tidak semua orang bisa dipercaya. Tapi kalau dia bicarakan kebahagiaannya maka ikutlah berbahagia.
Wallahu a'lam
0️⃣5️⃣ Riyanti ~ Yogja
Assalamualaikum,
Ini ada kasus seperti ini.
Ada pasutri, suaminya itu seperti tidak punya perhatian kepada istrinya. Dia cuek & masa bodoh saja dengan urusan istrinya.
Pokoknya, intinya suaminya tidak punya inisiatif, cuek, kalau berbuat sesuatu harus disuruh dan juga tidak punya empati.
Pertanyaannya, berdosa tidak kalau istri ngediamin karena jengkel.
Dia tidak mau negur suaminya. Juga kalau mau berbuat sesuatu tidak pernah bilang suaminya.
Dia malas ngomong karena efek suaminya cuek. Istri lagi bingung nih ustadzah.
Baiknya selain curhat ke Alloh ﷻ, istri curhat ke siapa yang kedua?
Karena mau bulan puasa dia takut menahan dendam terus. Mohon bantuannya.
Wasalam
🌷Jawab:
Wa'alaikumsalam,
Kalau memang sudah menjadi sifat pasangan, yaa itulah kekurang yang harus kita terima bunda, tapi tetap yaa diusahakan memberi pengertian apa dan bagaimana seharusnya sepasang suami istri tersebut. Tapi untuk sementara sebelum pasangan berubah kita harus bisa menerima bahwa itulah sifatnya yang harus kita terima, mau tidak mau, kita harus mau, tidak bisa menghindar. Sampai kapan mau kesal-kesalan? Kita nyaris 24 jam akan bersama dia. Mau kesal terus setiap hari?
Mendiamkan, marah itu jelas berdosa. Tidak boleh itu, tidak baik. Seorang istri tetap harus berkhidmat kepada suaminya bagaimanapun kesal hatinya.
Malas ngomong? Sampai kapan???
Dia setiap hari cuek, setiap ketemu cuek. Ketemu sering, karena bukan LDR an. Mau dibawa kemana rumah tangganya?
Terimalah sifatnya apa adanya. Resiko rumah tangga adalah kita harus menyayangi kekurang pasangan kita, jangan kekurangannya menjadi sebab tidak harmonisnya hubungan rumah tangga.
Wallahu a'lam
🔹Teknik curhat ke suami yang pendiam bagaimana ya bunda?
🌷Ngomong saja sendiri didepan dia, tidak peduli dia menanggapi atau tidak, lama-lama dengar dia akan tau kalau istrinya sedang dalam masalah.
0️⃣6️⃣ iiN ~ Boyolali
Bila suaminya itu orangnya tidak antusias, tidak memberi inisiatif, dan setiap dimintai masukan atau di curhati, dia hanya bersikap dan menjawab "terserah", kadang juga hanya menjawab seperlunya saja. Sebagai seorang istri kadang tidak puas dengan jawaban itu.
Bagaimana cara membuat suami bisa lebih terbuka dan bisa memberikan unek-uneknya, sudah coba di korek biar bisa lebih terbuka pun sulit.
Tapi disisi lain istri pernah mendengar bila suami, lebih terbuka dengan rekan kerja laki-lakinya.
🌷Jawab:
Tidak puas dengan jawaban suami. Ajak dia berkomunikasi, dan katakan bahwa istri butuh masukan, butuh bimbingan, butuh suami saat itu. Nampak kan bahwa kita sungguh-sungguh butuh dengannya.
Nah untuk perihal urusan suami. Memang jarang suami yang mau terbuka dengan istrinya, bukan tak mau, tapi seorang suami biasanya tak ingin membebani istri dengan segala masalahnya. Itu rata-rata laki-laki, dia punya jiwa melindungi, karna itu dia tak ingin membuat susah. Dan dia punya "harga diri" yang harus dia jaga didepan istrinya, dia tak ingin terlihat lemah dengan segala masalahnya didepan istri. Bukan karena dia tertutup pada istri dan lebih terbuka kepada orang lain. Tapi rata-rata hal diatas tadilah yang menjadi masalahnya.
Wallahu a'lam
0️⃣7️⃣ Wandira ~ Depok
Assalamualaikum wr wb.
Umi, jika seorang wanita itu belum menikah, sedang dia banyak persoalan hidup, kesedihannya tak kunjung reda. Sedangkan dia tidak mampu curhat kepada orang tuanya. Bagaimana curhat yang benar dan baik baginya?
Jazakumullah khairan ummi.
🌷Jawab:
Wa'alaikumussalam mba Wandira.
Meski curhat yang utama adalah kepada Allah, namun sebagai manusia kita butuh teman bicara yang hadir didekat kita, karena itu carilah ustadzah pendamping untuk curhat. Kalau yang ikut liqo biasa ada murobby, kalau tidak ikut liqo, silakan cari ustadzah diseputaran tempat tinggal yang kira-kira bisa sreg untuk curhat.
Atau bisa juga narasumber kajian online yang mungkin bisa melayani konsultasi online.
Wallahu a'lam
0️⃣8️⃣ Eva ~ Cianjur
Bismillah....
Sekarang kalau dibalik bagaimana ummi...
Ketika orang lain atau sahabat atau orang tua melihat kita sedang dalam kesusahan (mungkin bisa dilihat dari gelagat kita yang murung). Lantas mereka bertanya dengan niat mau menolong kita minimalnya ya bersedia menjadi teman curhat, apakah kita harus pura-pura bahagia tidak punya masalah, ataukah harus curhat menceritakan masalah kita?
🌷Jawab:
Intinya adalah amanah, kalau mereka adalah orang-orang yang amanah untuk masalah masalah kita, tidak masalah, silakan curhat, tapi yang perlu menjadi catatan adalah orang lain tak perlu tahu apapun masalah kita, tak perlu berwajah murung dihadapan manusia. Orang yang tidak seharusnya tahu akan jadi tahu, orang-orang yang memang ingin mengorek-ngorek dan menunggu kesedihan kita akan bersorak melihat raut wajah sedih kita. Sembunyikanlah semua masalah kita dihadapan manusia. Pilihlah orang-orang amanah yang pantas kita berbagi masalah dengannya.
Wallahu a'lam
0️⃣9️⃣ Afni ~ Garut
Assalamu'alaikum...
Ustadzah, bagaimana hukumnya seorang ikhwan curhat kepada akhwat yang bukan mahramnya?
Dan bagaimana cara menolaknya?
🌷Jawab:
Wa'alaikumsalam,
Curhat dengan lawan jenis yang bukan mahram sama halnya dengan berbicara melalui telepon, SMS, berkirim surat dan chatting.
Semuanya ada persamaan, yaitu sama-sama berbicara antara lawan jenis yang bukan mahram.
Persamaan ini juga mengandung adanya persamaan hukum.
Berbicara antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram pada dasarnya tidak dilarang apabila pembicaraan itu memenuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan oleh syara’. Seperti pembicaraan yang mengandung kebaikan, menjaga adab-adab kesopanan, tidak menyebabkan fitnah dan tidak khalwat.
Begitu jika hal yang penting atau berhajat umpamanya hal jual beli, kebakaran, sakit dan seumpamanya maka tidaklah haram.
Nah biasanya kalau sudah curhat, tentunya ada 1 syariat yang dilanggar, yaitu berkhalwat. Islam nyata-nyata telah melarang khalwat tersebut.
Bagaimana menolaknya?
Bicarakan saja baik-baik, bukan tidak ingin membantu dan mendengar, tapi apa yang dilakukan tidak sesuai dengan syariat, maka lebih baik cari ustadz untuk curhat.
Wallahu a'lam
1️⃣0️⃣ May ~ Jakarta
Bagaimana menyikapi Mertua yang kepo? Dan maunya ikut campur urusan keluarga anaknya.
🌷Jawab:
Beritahu saja hal-hal yang menyenangkan dan yang bersifat umum.
Tidak perlu kesal menghadapi orang tua atau mertua, mereka melakukan itu karena mereka merasa menjadi bagian dari keluarga. Jadi pandai-pandai kita saja untuk mengatur bagian mana yang boleh dan mana yang tidak harus mereka tahu.
Wallahu a'lam
1️⃣1️⃣ Fatimah ~ Bandung
Ustadzah, kalau saya sering curhat kepada kakak, tapi alhamdulilah sering ada solusi dari beliau di samping karena suami takut sama beliau juga karena sejak awal kakak lah yang menekan kami menikah. Bagaimana bunda, salahkah saya?
🌷Jawab:
Kalau seseorang itu amanah, itu tidak masalah, apalagi kepada kakak sendiri, tapi kadang ada juga keluarga ini yang tidak amanah, ember pecah. Makanya hati-hati memilih orang untuk curhat.
Wallahu a'lam
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💎CLoSSiNG STaTeMeNT💘
Masalah adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan, namun dari masalah juga, kita berkesempatan menggembleng diri menjadi tangguh. Kalau kita bisa mengelola masalah dengan baik, akan melahirkan sikap berserah pada Sang Pencipta, membuat diri lebih arif memandang hidup.
Namun manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, keberadaannya membutuhkan orang, untuk berkumpul, berkomunitas, berinteraksi dan berbagi. Berbagi bisa dalam banyak hal, misalnya berbagai harta kepada yang membutuhkan, berbagi ilmu, berbagi kisah yang dialami atau curhat.
Selain kepada Tuhan, curhat dilakukan kepada orang dipercaya, yang dianggap mampu memberi jalan keluar. Sehingga beban pikiran lebih ringan. Orang yang bisa melepaskan masalah, pikiran menjadi lebih tentram, bersemangat saat beraktifitas dan lebih leluasa dalam berkarya.
Kalau salah memilih teman tempat curhat, bisa-bisa berakibat fatal, berpengaruh pada nama baik dan persepsi orang lain. Sifat manusia sangat mudah berubah, hubungan pertemanan bisa saja cepat berakhir, sahabat karib bisa berubah menjadi musuh.
Berhati-hatilah mencari tempat curhat.
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar