Selasa, 23 Oktober 2018
MUHASABAH MUSIBAH
Oleh Ustadz Dr. H. Wido Supraha
💎M a T e R i💎
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
Sahabat semua pada malam hari ini, materi yang akan kita diskusikan bertemakan Muhasabah Musibah.
Sebagaimana yang kita pahami bahwa Allah SWT mengulang-ulangi kalimat musibah ini di dalam beberapa tempatnya. Yakni misalkan di dalam Surat Al baqarah (2) ayat 156. Ketika Allah berfirman:
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
"(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)."
Ayat ini menunjukkan bahwa setiap manusia insya Allah akan diberikan musibah, betapapun atau bagaimanapun besarnya atau kecilnya dan dalam bentuk apapun, meskipun kita sadar betul bahwa Musibah terbesar dalam agama ini sesungguhnya adalah keluarnya kita dari syariat Islam, keluarnya kita dari keyakinan hanya pada Allah SWT semata. Maka itu sebenarnya adalah musibah dan bencana terbesar dalam kehidupan kita.
Namun begitu Allah SWT ingatkan kepada kita bahwa musibah itu adalah sebuah kepastian.
Namun begitu, dalam perspektif secara umum, kita seluruhnya ini berada di atas dunia. Dunia bermakna dekat, hina.
Allah SWT katakan dalam Surat Al A'raf ayat ke-24:
قَالَ اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَىٰ حِينٍ
"(Allah) berfirman, "Turunlah kamu! Kamu akan saling bermusuhan satu sama lain. Bumi adalah tempat kediaman dan kesenanganmu sampai waktu yang telah ditentukan."
Ayat ini menegaskan bahwa di atas muka bumi ini kita dapat berdiam dengan tenang dan juga dapat menemukan kebahagiaan kita, kesenangan-kesenangan kita. Namun ayat ini juga menegaskan bahwa kenikmatan itu tidaklah bersifat abadi. Ada saatnya Allah SWT akan hilangkan dan cabut.
Persoalannya bukan pada datang atau tidak datangnya musibah itu kapan, tapi persoalannya adalah ada pada bagaimana kita mensikapi musibah itu tatkala ia datang. Dan dari ayat yang pertama tadi saya sebutkan, surat Al Baqarah ayat 156 tadi bahwa Allah SWT bimbing pada kita suatu teori hidden, konsep amal praktik dimana manakala kita mendapatkan ujian musibah itu hendaklah kita mengucapkan suatu kalimat yang menunjukkan ketauhidan kita sekaligus keprasahan diri kita yang besar hanya kepada Allah SWT "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un".
Maka, kalau ini yang dilakukan, Allah katakan:
أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
"Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. 2: 157).
🌸🌷🌸
Sahabat rahimakumullah...
Coba lihat dalam Al Qur'an surat As Sajdah (32) ayat 21:
وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَىٰ دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
"Dan pasti Kami timpakan kepada mereka sebagian siksa yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
Ayat ini mengingatkan pada kita semua bahwa hendaknya kita memandang suatu musibah yang ditimpakan pada kita selalu dengan meluruskan ilmu. Karena ada bencana sebagai bentuk musibah. Terkadang sebagian orang senantiasa menyalahkan orang lain atas kesalahan-kesalahannya.
Boleh jadi itu benar karena terdapat banyak dalil dalam Al Quran dan As Sunnah terkait hal itu. Namun penting bagi kita untuk melihat hikmah selainnya. Misalkan yang kita bacakan pada Surat As Sajdah ayat 21. Pada ayat ini justru musibah atau bencana itu cara Allah untuk mencintai umatNya yang terkadang terlalu cepat atau terlalu bersemangat menuju selain Allah.
Mereka terlalu bersemangat sehingga semakin jauh dari Allah. Namun kemudian karena cintanya Allah, mereka masih diberi kesempatan di atas dunia ini untuk kembali di jalan Allah. Seandainya mereka mendapat azab dan diwafatkan Allah dengan musibah itu, maka yang jelas adalah mereka tidak lagi memiliki waktu barang sehari pun untuk sekedar memperbaiki timbangan kebaikan mereka.
Namun dengan adanya azab dunia ini, ia berfungsi semacam rem, semacam alat untuk menahan semangat memberontak manusia, semangat keduniaan manusia. Dan hal ini persis seperti mobil, yang kalau kita asumsikan mobil itu punya pedal agar kemudian drivernya dapat berjalan dengan begitu kencang. Namun mengapa dia memiliki rem, rem depan maupun rem belakang.
Hal ini untuk mengingatkan bahwa jalan terkadang tidak semudah atau semulus yang kita duga karena banyak cobaan, halangan dan rintangan yang membuat kita mau tak mau harus menekan tombol rem. Demikian juga dengan azab Allah yang diberikan di dunia. Dalam perspektif ayat ini, hendaknya ia menjadi suatu pelecut pada hambaNya yang masih hidup atau yang diberikan kehidupan untuk menguatkan cara pandangnya agar kembali kepada Allah SWT kelak dalam kondisi keimanan dan ilmu yang jauh lebih baik dari hari ini.
🌸🌷🌸
Sahabat rahimakumullah...
Semakna dalam satu bagian yakni orang-orang yang tidak pernah merasa cukup pada dunia ini. Boleh jadi ia kaya tapi terus menerus merasa kehausan dengan dunia. Maka dengan bencana ini mengingatkan kepada umatNya untuk merawat kembali semangat bahwa manusia itu butuh Allah SWT. Dan sehingga dengan musibah itu memperbaiki kualitas kebutuhannya pada Allah SWT.
Jangan pernah ada merasa aman dan nyaman atas azab di dunia. Azab itu sesuai kehendak Allah, ada yang tertulis di Lauh Mahfudz.
Dan saat itu, saya ingin menasehati diri saya pribadi dan orang lain, jangan kita berprasangka buruk pada Allah. Apa yang kita pahami dalam suatu hadits, jangan sampai kita mati dalam keadaan berprasangka buruk pada Allah dan jagalah prasangka baik itu.
Itu nasehat bagaimana kemudian sebagian golongan pernah membuat satu tuduhan terhadap umat yang lain, suatu keburukan pada orang lain. Dan dalam jaman Rasulullah SAW ada yang seperti itu. Nabi mendapat fitnah keji dan itu musibah. Tapi, apa kata Allah SWT pada Nabi pada surat An Nuur ayat 11:
إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ ۚ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ ۖ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۚ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ ۚ وَالَّذِي تَوَلَّىٰ كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ
"Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu (juga). Janganlah kamu mengira berita itu buruk bagi kamu bahkan itu baik bagi kamu. Setiap orang dari mereka akan mendapat balasan dari dosa yang diperbuatnya. Dan barang siapa di antara mereka yang mengambil bagian terbesar (dari dosa yang diperbuatnya), dia mendapat azab yang besar (pula)."
Janganlah kamu mengira berita itu buruk bagi kamu bahkan itu baik bagi kamu. Tergantung cara pandang kita. Kemudian pada hal ini penting bagi kita untuk melengkapi cara pandang kita terhadap musibah dengan ihsan bahwa segala sesuatu sudah ditimbang dengan timbangan ilmu, bukan timbangan hawa nafsu.
Mudah-mudahan dengan musibah ini dan jika kita terus bersemangat di jalan Allah dengan menuntut ilmu sya'i, beramal jama'i, mudah-mudahan Allah mengganjar dengan surgaNya Allah.
Aamiin...aamiin...aamiin ya Robbal Alamiin.
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎TaNYa JaWaB💎
0⃣1⃣ Nurfalah
Apakah musibah yang menimpa seseorang muslim itu dengan bertubi-tubi adalah azab atas dosa-dosanya atau suatu ujian karena Allah mencintainya?
Dan apa tanda kalau itu suatu azab atau ujian ustadz?
🌷Jawab :
Baik, bismillahirrahmaanirrahiim.
Musibah datang dari Allah dapat mengenai muslim shalih maupun muslim thalih. Seorang muslim bertaqwa yang senang beramal salih maupun senang beramal fasik. Seorang muslim maupun musyrik.
Apapun penyebabnya boleh saja disebabkan kedzaliman sebagian orang dan seburuk-buruk kedzaliman yang besar adalah syirik kepada Allah SWT. Maka kemudian jika ada kedzaliman-kedzaliman di sekitar kita, Allah inginkan agar orang-orang bertaqwa itu bergerak, karena musibah itu akan datang kepada siapapun tanpa melihat ketaqwaan. Lihat surat Al Anfal (8) ayat 25:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
"Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya."
Suatu ketika Aisyah pernah bertanya kepada Nabi SAW: ya Rasulullah apakah semua akan dibenamkan ke dalam tanah?
Kata Rasulullah: Semuanya dan mereka dibangkitkan di atas niat-niat mereka. Orang-orang bertaqwa akan dikembalikan kepada ketaqwaan mereka dan dibangkitkan sesuai ketaqwaan mereka. Ini cara pandang yang pertama.
Tapi cara pandang kedua Allah SWT juga katakan bahwa musibah ini adalah bagian dari pada cara Allah untuk mengcreate kehidupan kita yang mungkin terlalu lupa pada Allah dan memberikan kesempatan pada kita untuk menyusun ulang bagaimana cara pandang kita pada Allah dan amal apa yang kita siapkan untuk bertemu Allah SWT.
Demikian, wallahu a'lam bis showab.
0⃣2⃣ Evi
Assalamualaikum.
1. Bahwasanya musibah itu adalah teguran Allah terhadap manusia yang lalai, zholim kepada sesama atau alam sekitar. Bagaimana dengan makhluk Allah yang Lain yang tidak melakukan hal demikian. Misalnya disatu kampung ada sekelompok orang jahat yang menghancurkan masjid, berbuat maksiat tapi banyak pula orang-orang yang senantiasa beribadah, berdoa, berzikir. Tapi musibah tetap menimpa semua. Bagaimana sikap kita sebagai makhluk ciptaan Allah untuk menerima semua takdir Allah atas musibah ini?
2. Adakah doa-doa yang sebaiknya kita senantiasa panjatkan dikala kita sedih atau ketika kita ditimpa kemalangan,musibah?
Terimakasih.
🌷Jawab :
1. Silahkan menyimak jawaban pertanyaan pertama karena sejenis.
2. Doa yang dipanjatkan terbaik adalah doa yakni yang diajarkan dalam surah Al Baqarah ayat 156 untuk senantiasa mengingat bahwa kita adalah milik Allah.
"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" adalah doanya.
Dan dikuatkan juga dengan doa-doa yang lain seperti yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim AS ketika hendak dibakar, doa Nabi Muhammad ketika menghadapi perang badar:
Hasbunallahu wa ni'mal wakill, ni'mal maulaa wa ni'man nasiir. Hasbiyallahu laa ilaha illa huwa
Dan kemudian bacalah doa penguat komitmen bagi kita semuanya seperti doanya para penyihir yakni dengan serta mertanya mereka melawan Nabi Musa dalam bentuk kesombongan tapi Allah masih ijinkan mereka bertaubat. Dan ketika mereka mampu dikalahkan Nabi Musa AS mereka benar-benar bertaubat pada Allah dan menutup kehidupan di dunia dengan cara dibunuh oleh firaun dengan cara yang sadis, dengan warisan doa untuk kita semua begini doanya:
وَمَا تَنْقِمُ مِنَّا إِلَّا أَنْ آمَنَّا بِآيَاتِ رَبِّنَا لَمَّا جَاءَتْنَا ۚ رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ
"...dan engkau tidak melakukan balas dendam kepada kami, melainkan karena kami beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami." (Mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan matikanlah kami dalam keadaan muslim (berserah diri kepada-Mu)." (QS. Al A'raf: 126)
Demikian, wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh
0⃣3⃣ Neng Ella
Apakah jika suatu kota mendapatkan musibah seperti halnya kota Palu. Katanya Kota Palu kena Musibah diakibatkan kedzaliman pemimpinnya, seperti contoh kesyirikan yang memberi sesajen kata orang sini namanya Balia. Makanya Palu kena Adzab dari Allah dengan mendatang Gempa Tsunami. Mungkin karena orang Palu Lalai dengan Karunia Nikmat dari Allah.
Pertanyaannya:
Bagaimana Muhasabahnya agar kita bisa tegar menghadapi musibah yang berat ini. Karena sepertinya neng kena musibah berturutan. Kota kena musibah, beberapa Konsumen tidak jadi beli rumah di Palu karena takut tsunami. Jadi neng bilang, sekarang neng kena musibah berturutan, istilahnya Seperti habis jatuh tertimpa tangga!!!
🌷Jawab:
Adil Memandang Musibah
Bagi orang beriman dan berakal meyakini bahwa Bencana Alam Terjadi Karena Dua Sebab:
1. As Sabab Asy Syar'iyyah
Yaitu sebab yang difaktori oleh pelanggaran syariat. Hal ini jelas disebutkan dalam Al Quran, penjelasan dalam hadits, beserta para ahli ilmu. Bagi orang yang mengaku mengimani Al Qur'an akan membenarkan ini sebab memang dijelaskan dibanyak ayat. Allah Ta'ala adalah pemilik jagat raya, angin, air, gunung, tanah, dll, semua tunduk kepada Nya dan semua adalah tentaraNya.
Di antaranya:
A. Meninggalkan Amar Ma'ruf Nahi Munkar
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
"Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya."
(QS. Al-Anfal, Ayat 25)
Imam Ibnu Katsir Rahimahullah - salah satu mufassir paling otoritatif- berkata:
يُحَذِّرُ تَعَالَى عِبَادَهُ الْمُؤْمِنِينَ فِتْنَةً أَيِ اخْتِبَارًا وَمِحْنَةً يَعُمُّ بِهَا الْمُسِيءَ وَغَيْرَهُ لَا يَخُصُّ بِهَا أَهْلَ الْمَعَاصِي وَلَا مَنْ بَاشَرَ الذَّنْبَ بَلْ يَعُمُّهُمَا حَيْثُ لَمْ تُدْفَعُ وَتُرْفَعُ
"Allah Ta'ala memberikan peringatan kepada orang-orang beriman tentang datangnya FITNAH, yaitu ujian, yang akan ditimpakan secara merata baik orang yang buruk atau yang lainnya, tidak khusus pada pelaku maksiat saja dan pelaku dosa, tetapi merata, yaitu di saat maksiat itu tidak dicegah dan tidak dihapuskan."
(Tafsir Al Qur'an Al Azhim, 4/32)
Ayat lain:
وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ
"Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang mengajak kebaikan.” (QS Hud: 117).
Jadi, ayat ini mempertegas lagi, bahwa kebinasaan sebuah negeri Allah Ta'ala tahan, selama masih ada orang baik yang melakukan nahi munkar.
Jika 10 orang naik perahu, ada 1 yg melubangi, tapi yang 9 diam saja, maka yang tenggelam bukan 1 orang, tapi semuanya. Inilah pentingnya pencegahan kepada kemungkaran, yang dengannya menjadi salah satu sebab syar'iy tertahannya musibah. Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.
Ada pun dalam hadits:
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ
Dari Huzhaifah bin Al-Yaman dari Nabi Sholallohu alaihi wasallam bersabda: ”Demi dzat yang jiwaku ditangan-Nya hendaknya engkau melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, atau jika tidak, maka Allah hampir mengirim azabnya, kemudian engkau berdo’a tetapi tidak dikabulkan.” (HR At-Tirmidzi dan Ahmad).
Dalam kitab Fawaidul Fawaid, Hal. 46, Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah menceritakan sebuah riwayat dari para ulama salaf tentang seorang ahli ibadah yang cuek kepada kerusakan di sekelilingnya :
وذكر الحميدي عن سفيان بن عيينة: قال: حدثني سفيان بن سعيد عن مسعر: أن ملكا أمر أن يخسف بقرية، فقال: يا رب، إن فيها فلانا العابد، فأوحى الله إليه: أن به فابدأ
Al Humaidiy menceritakan dari Sufyan bin 'Uyainah, dia berkata: berkata kepadaku Sufyan bin Sa'id, dari Mas'ar;
Bahwa malaikat akan menemggelamkan sebuah negeri. Dia berkata: "Ya Allah, di negeri itu ada si Fulan, dia ahli ibadah." Lalu Allah Ta'ala mewahyukan kepadanya: "Justru dia duluan yang ditenggelamkan!"
B. Merajalela khamr, zina, musik, dan riba.
Dari Ibnu ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Nabi ﷺ bersabda:
إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَالرِّبَا فِي قَرْيَةٍ فَقَدْ حَلُّوا بِأَنْفُسِهِمْ كِتَابَ اللهِ
"Jika zina dan riba sudah muncul di sebuah negeri maka mereka telah menghalalkan azab Allah ﷻ ."
(HR. Al Baihaqi, Syu’abul Iman No. 5416. Al Hakim, Al Mustadrak No. 2261, kata Al Hakim: shahihul isnad - autentik teks. Syaikh Al Albani menshahihkan dalam Shahihul Jami’ No. 679).
Dalam kitab Fawaidul Fawaid:
وذكر ابن أبي الدنيا عن أنس بن مالك: أنه دخل على عائشة، هو ورجل آخر، فقال لها الرجل: يا أم المؤمنين حدثينا عن الزلزلة، فقالت: إذا استباحوا الزنا، وشربوا الخمر، وضربوا بالمعازف، غار الله عز وجل في سمائه، فقال للأرض تزلزلي بهم، فإن تابوا ونزعوا، وإلا هدمها عليهم، قال: يا أم المؤمنين، أعذابا لهم؟ قالت: بلى، موعظة ورحمة للمؤمنين، ونكالا وعذابا وسخطا على الكافرين
Ibnu Abi Dunya menceritakan dari Anas bin Malik, bahwa Beliau dan seorang laki-laki menemui Aisyah Radhiyallahu Anha. Laki-laki itu bertanya:
"Wahai ummul mu'minin, ceritakan kepada kami tentang gempa bumi!"
Aisyah Radhiyallahu Anha menjawab: "Saat mereka membolehkan zina, meminum khamr, merajalela musik, maka Allah Ta'ala cemburu di langitNya, dan berkata kepada bumi "guncangkanlah mereka!" Jika mereka berhenti dan bertobat maka berhentilah, tapi jika tidak maka hancurkanlah!"
Dia berkata lagi, "Wahai Ibu, apakah itu azab?"
Aisyah menjawab: "Tentu, tapi bagi orang beriman itu adalah rahmat dan pelajaran, bagi orang kafir itu adalah murka dan azab."
(Fawaidul Fawaid, Hal. 46)
Apa yang disampaikan oleh Aisyah Radhiyallahu Anha, menjadi pelajaran buat kita untuk tidak gampang menyebut AZAB. Mesti dirinci sesuai kondisi orangnya. Jika dia mukmin yang baik, maka itu adalah rahmat yang menjadi penghapus dosa mereka. Jika menimpa muslim yang ahli maksiat, maka itu adalah peringatan dan pelajaran. Jika itu menimpa orang kafir maka itu adalah azab.
C. Penyimpangan seksual
Allah Ta'ala berfirman tentang siksaan untuk kaum Nabi Luth 'Alaihissalam:
إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ ، فَأَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ مُشْرِقِينَ ، فَجَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ
“Sungguh mereka terombang-ambing dalam kemabukan mereka (kesesatan). Maka mereka dibinasakan oleh suara keras ketika matahari akan terbit. Maka Kami jadikan bagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari sijjil.” (QS. Al-Hijr : 72-74).
Orang-orang liberal bertanya: "Kalau memang pelaku homo dan lesbi itu layak disiksa, kenapa sampai saat ini mereka tidak dihujani batu dari langit dan semisalnya ?" Ini pertanyaan yang keliru, apakah dikira penyakit kelamin atau AIDS yang diderita mereka bukan sebuah hukuman dan siksa? Gambaran siksa harus sama dengan umat terdahulu, menunjukkan "liberal" tapi tekstualis.
2. As Sabab Al Kauniy
Yaitu sebab yang difaktori oleh tangan kotor manusia dan gejala yang sifatnya natural (Kauniyah) dan rasional. Ini pun diakui dalam Islam.
Sebagaimana ayat:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
(QS. Ar-Rum, Ayat 41)
Banjir... Memang reaksi dan bencana alam, tapi ada sebab rasional manusia, seperti penggundulan hutan, buang sampah sembarang, membuat pemukiman di daerah resapan air, dan sebagainya.
Bencana kemiskinan... Ada sebab rasional manusia, baik peperangan, kemalasan, budaya korupsi, dan sebagainya.
Tsunami dan gempa memang perilaku alam, secara kauniyah benar adanya, semuanya tunduk padaNya.
Maka, meyakini HANYA AS SABAB ASY SYAR'IY saja, maka dia akan menjadi Jabbariyah, sekte yang menganggap manusia dan alam tidak ada peran, semuanya Allah Ta'ala yang lalukan.
Kebalikannya, meyakini As SABAB AL KAUNIY saja, maka dia akan menjadi Qadariyah, sebuah sekte yang menganggap Allah Ta'ala tidak ada peran sama sekali, semuanya adalah dari manusia.
Dua sikap ini sama-sama ekstrim, dan keluar dari kebenaran.
Ibaratnya, yang satu meyakini orang mati hanyalah karena Allah Ta'ala saja, bukan karena dia sakit, atau kecelakaan, padahal faktanya memang dia sakit atau kecelakaan.
Sementara yang satu meyakini kematian itu adalah dari sebab manusianya, bukan karena Allah mentakdirkan wafatnya. Keduanya sama-sama keliru. Yang benar adalah kematian bagian dari takdir Allah, dengan cara dia dibuat sakit, atau karena kecelakaan karena kelalaiannya.
Demikian. Wallahu a'lam.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar