OLeh : Ustadz Jayyad Al Faza
Bismillahirrohmanirrohim.
Alhamdulillah, kita dapat dipertemukan kembali di dunia maya ini :) dalam rangka mencari dan menggapai ridho Allah subhanahu wa ta'ala. Semoga kita termasuk dari orang-orang yang dirahmati oleh Allah. Aamiin.
Pada kesempatan malam ini saya akan berbagi berkaitan tentang ilmu.
Kali ini saya hanya menyalin tulisan Guru saya dari buku *Tangga-tangga Kesuksesan* karya Dr. Ahmad Zain An Najah, MA
๐ธKeutamaan ILmu dan Penuntutnya.
๐ท๐ธ๐ท
▶Pertama : Allah akan Mengangkat Derajat Penuntut Ilmu.
▶Pertama : Allah akan Mengangkat Derajat Penuntut Ilmu.
Allah akan mengangkat derajat para penuntut ilmu di atas manusia yang lain. Ini sesuai dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala :
َูุฑَْูุนِ ุงُููู ุงَّูุฐَِْูู ุขู
َُููุง ู
ُِْููู
ْ َูุงَّูุฐَِْูู ุฃُูุชُูุง ุงْูุนِْูู
َ ุฏَุฑَุฌุงَุชٍ
“Allah mengangkat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu dengan beberapa derajat.” (Qs. al-Mujadalah: 11)
Bahkan para malaikatpun diperintah sujud kepada Adam sebagai bentuk penghormatan kepadanya, karena Allah telah mengajarkan kepadanya ilmu. Ini sebagaimana firman Allah :
َูุฅِุฐْ َُْูููุง ِْููู
ََูุงุฆَِูุฉِ ุงุณْุฌُุฏُูุง ِูุขุฏَู
َ َูุณَุฌَุฏُูุง ุฅَِّูุง ุฅِุจِْููุณَ ุฃَุจَู َูุงุณْุชَْูุจَุฑَ ََููุงَู ู
َِู ุงَْููุงِูุฑَِูู
“ Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” ( Qs. al-Baqarah : 34 )
Berkata Ibnu Katsir menerangkan dua ayat sebelumnya di dalam tafsirnya ( 1/ 222 ) :
ูุฐุง ู
ูุงู
ุฐูุฑ ุงููู ุชุนุงูู ููู ุดุฑู ุขุฏู
ุนูู ุงูู
ูุงุฆูุฉ، ุจู
ุง ุงุฎุชุตู ุจู ู
ู ุนِูู
ุฃุณู
ุงุก ّูู ุดูุก ุฏูููู
“ Ini kedudukan dimana Allah menyebutkan kemuliaan Adam terhadap Malaikat, karena Allah mengajarkan kepadanya nama-nama segala sesuatu yang tidak diajarkan kepada makhluq lainnya.”
๐ท๐ธ๐ท
▶Kedua : Orang-Orang Berilmu Ikut Mempersaksikan Ke-Esaan Allah bersama Para Malaikat.
๐ท๐ธ๐ท
▶Kedua : Orang-Orang Berilmu Ikut Mempersaksikan Ke-Esaan Allah bersama Para Malaikat.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
ุดَِูุฏَ ุงُููู ุฃََُّูู ูุงَ ุฅََِูู ุฅِูุงَّ َُูู َูุงْูู
َูุงَุฆَِูุฉُ َูุฃُُูููุง ุงْูุนِْูู
ِ َูุงุฆِู
ุงً ุจِุงِْููุตْุทِ
“Allah telah mempersaksikan bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah melainkan Dia dan para malaikat dan orang yang berilmu (ikut mempersaksikan) dengan penuh keadilan.” (Qs. Ali ‘Imran: 18)
Berkata Imam al-Qurthubi di dalam al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an (4/41 ) :
ูู ูุฐู ุงูุขูุฉ ุฏููู ุนูู ูุถู ุงูุนูู
ูุดุฑู ุงูุนูู
ุงุก ููุถููู
؛ ูุฅูู ูู ูุงู ุฃุญุฏ ุฃุดุฑู ู
ู ุงูุนูู
ุงุก ููุฑููู
ุงููู ุจุงุณู
ู ูุงุณู
ู
ูุงุฆูุชู ูู
ุง ูุฑู ุงุณู
ุงูุนูู
ุงุก.
“Di dalam ayat ini terdapat dalil tentang keutamaan ilmu dan kemuliaan ulama serta keutamaan mereka. Jika ada seseorang yang lebih mulia dari ulama, niscaya Allah akan menggandengkan nama mereka dengan nama–Nya dan nama malaikat-malaikat-Nya sebagaimana Allah menggandengkan nama ulama.”
๐ท๐ธ๐ท
▶Ketiga : Allah Membedakan antara Orang-Orang yang Berilmu dengan Orang - Orang yang tidak Berilmu.
๐ท๐ธ๐ท
▶Ketiga : Allah Membedakan antara Orang-Orang yang Berilmu dengan Orang - Orang yang tidak Berilmu.
Ini sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala :
ُْูู َْูู َูุณْุชَِูู ุงَّูุฐَِْูู َูุนَْูู
َُْูู َูุงَّูุฐَِْูู ูุงَ َูุนَْูู
َُْูู ุฅَِّูู
َุง َูุชَุฐََّูุฑُ ุฃُُููู ุงูุฃْูุจَุงุจِ
“Katakan apakah sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (Qs. az-Zumar: 9)
Berkata Syekh Abdurrahman as-Sa’di di dalam Taisiri al-Karim ar-Rahman ( 1/720) : “ Katakanlah apakah sama orang – orang yang mengetahui Rabb mereka dan mengetahui ajaran agamanya yang syar’i dan pembalasannya, serta rahasia-rahasia dan hikmah-hikmah di dalamnya dengan orang-orang yang tidak mengetahuinya sama sekali ? Maka tidaklah sama antara mereka ( yang tahu ) dengan mereka ( yang tidak tahu ), sebagaimana tidak sama antara malam dan siang, antara terang dan gelap, antara air dan api. Hanyasaja yang mau mengambil pelajaran jika diingatkan adalah mereka yang Ulul Albab, yaitu mereka yang mempunyai akal yang bersih dan cerdas. Yang lebih mengutamakan sesuatu yang tinggi daripada sesuatu yang rendah. Mereka lebih mengutamakan ilmu daripada kebodohan, mengutamakan taat kepada Allah daripada bermaksiat kepada-Nya. Hal itu karena mereka mempunyai akal yang menunjukkan agar mereka melihat akibat dari segala sesuatu. Berbeda dengan orang yang tidak mempunyai kecerdasan dan akal, maka dia akan menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan. “
๐ท๐ธ๐ท
▶Keempat : Orang Berilmu dijadikan Rujukan Utama Masyarakat dalam Masalah Agama. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
๐ท๐ธ๐ท
▶Keempat : Orang Berilmu dijadikan Rujukan Utama Masyarakat dalam Masalah Agama. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
َูุงุณْุฃَُููุง ุฃََْูู ุงูุฐِّْูุฑِ ุฅِْู ُْููุชُู
ْ ูุงَ ุชَุนَْูู
َُْูู
“Maka bertanyalah kepada ahli dzikir (orang-orang berilmu ) jika kalian tidak mengetahui.” (Qs. an-Naml: 43) Ayat yang sama juga tersebut di dalam ( Qs. al-Anbiya’ : 7 )
Berkata Imam al-Qurthubi di dalam al-Jami’li Ahkami al-Qur’an (11/272) :
ูู
ูุฎุชูู ุงูุนูู
ุงุก ุฃู ุงูุนุงู
ุฉ ุนูููุง ุชูููุฏ ุนูู
ุงุฆูุง، ูุฃููู
ุงูู
ุฑุงุฏ ุจููู ุงููู ุนุฒ ูุฌู:" َูุณْุฆَُููุง ุฃََْูู ุงูุฐِّْูุฑِ ุฅِْู ُْููุชُู
ْ ูุง ุชَุนَْูู
َُูู" ูุฃุฌู
ุนูุง ุนูู ุฃู ุงูุฃุนู
ู ูุฃุจุฏ ูู ู
ู ุชูููุฏ ุบูุฑู ู
ู
ู ูุซู ุจู
ูุฒู ุจุงููุจูุฉ ุฅุฐุง ุฃุดููุช ุนููู، ููุฐูู ู
ู ูุง ุนูู
ูู ููุง ุจุตุฑ ุจู
ุนูู ู
ุง ูุฏูู ุจู ูุง ุจุฏ ูู ู
ู ุชูููุฏ ุนุงูู
ู، ููุฐูู ูู
ูุฎุชูู ุงูุนูู
ุงุก ุฃู ุงูุนุงู
ุฉ ูุง ูุฌูุฒ ููุง ุงููุชูุง، ูุฌูููุง ุจุงูู
ุนุงูู ุงูุชู ู
ููุง ูุฌูุฒ ุงูุชุญููู ูุงูุชุญุฑูู
“ Para ulama tidak berbeda pendapat bahwa orang awam harus mengikuti para ulama mereka, dan merekalah yang dimaksud (pada ayat di atas). Dan mereka sepakat bahwa orang buta jika bingung, maka dia harus mengikuti orang lain yang dia percayai tentang arah kiblat. Begitu juga orang yang tidak mempunyai ilmu dan tidak mengetahui tentang agamanya, maka dia harus mengikuti orang yang tahu. Begitu juga para ulama tidak berbeda pendapat bahwa orang awam tidak boleh berfatwa, karena mereka bodoh terhadap hal-hal yang seseorang bisa mengetahui yang halal dan yang haram."
๐ท๐ธ๐ท
▶Kelima : Orang Berilmu Memahami Perumpamaan-Perumpamaan yang disebutkan Allah.
๐ท๐ธ๐ท
▶Kelima : Orang Berilmu Memahami Perumpamaan-Perumpamaan yang disebutkan Allah.
Ini sesuai dengan firman Allah :
َูุชَِْูู ุงْูุฃَู
ْุซَุงُู َูุถْุฑِุจَُูุง َِّูููุงุณِ َูู
َุง َูุนَُِْูููุง ุฅَِّูุง ุงْูุนَุงِูู
َُูู
“Dan tidak ada yang mengetahuinya (perumpamaan-perumpamaan yang dibuat oleh Allah) melainkan orang-orang yang berilmu.” (Qs. al-’Ankabut: 43)
Berkata Ibnu Katsir di dalam tafsirnya (6/279) :
ุฃู: ูู
ุง ูููู
ูุง ููุชุฏุจุฑูุง ุฅูุง ุงูุฑุงุณุฎูู ูู ุงูุนูู
ุงูู
ุชุถูุนูู ู
ูู
“ Yaitu tidak ada yang bisa memahami permitsalan-permitsalan tersebut dan bisa merenunginya kecuali orang-orang yang kuat ilmu mereka dan sangat menguasainya. “
Diriwayatkan bahwa Amru bin Ash radhiyallahu ‘anhu berkata :
ุนََْููุชُ ุนู ุฑุณูู ุงููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
ุฃูู ู
ุซู
“ Saya bisa memahami dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam 1000 permitsalan “( AR.Ahmad. Berkata al-Haitsami di dalam al-Majma’ ( 8/264) : Isnadnya Hasan )
๐ท๐ธ๐ท
▶Keenam: Orang-Orang Berilmu Adalah Orang-Orang Yang Takut Kepada Allah.
๐ท๐ธ๐ท
▶Keenam: Orang-Orang Berilmu Adalah Orang-Orang Yang Takut Kepada Allah.
Ini sesuai dengan firman Allah :
ุฅَِّูู
َุง َูุฎْุดَู ุงَููู ู
ِْู ุนِุจَุงุฏِِู ุงْูุนَُูู
ุขุกُ
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya hanyalah para ulama.” (Qs. Fathir: 28)
Berkata Ibnu Katsir di dalam tafsirnya ( 6/544 ) :
ุฅูู
ุง ูุฎุดุงู ุญู ุฎุดูุชู ุงูุนูู
ุงุก ุงูุนุงุฑููู ุจู؛ ูุฃูู ููู
ุง ูุงูุช ุงูู
ุนุฑูุฉ ููุนุธูู
ุงููุฏูุฑ ุงูุนููู
ุงูู
ูุตูู ุจุตูุงุช ุงููู
ุงู ุงูู
ูุนูุช ุจุงูุฃุณู
ุงุก ุงูุญุณูู -ููู
ุง ูุงูุช ุงูู
ุนุฑูุฉ ุจู ุฃุชู
ّ ูุงูุนูู
ุจู ุฃูู
ู، ูุงูุช ุงูุฎุดูุฉ ูู ุฃุนุธู
ูุฃูุซุฑ.
“ Hanyasaja yang takut kepada-Nya dengan sebenar-benar takut adalah para ulama yang mengetahui tentang Allah. Hal itu karena pengetahuan terhadap Allah yang Maha Agung, Maha Kuasa, Maha Mengetahui Yang mempuyai sifat yang sempurna dan mempunyai nama-nama yang Baik, setiap pengenalan terhadap-Nya lebih sempurna dan pengetahuan terhadap-Nya lebih lengkap, maka rasa takut kepada-Nya lebih besar dan lebih banyak “
๐ท๐ธ๐ท
▶Ketujuh : Allah Memerintahkan Untuk Terus Menambah Ilmu.
๐ท๐ธ๐ท
▶Ketujuh : Allah Memerintahkan Untuk Terus Menambah Ilmu.
Ini sesuai dengan firman Allah :
َُْููู ุฑَุจِّ ุฒِุฏِْูู ุนِْูู
ًุง
“Dan katakanlah: “Wahai Rabb-ku tambahkanlah kepadaku ilmu” (Qs.Thaha: 114)
Berkata Imam al-Qurthubi di dalam al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an ( 4/41 ) :
ููู ูุงู ุดูุก ุฃุดุฑู ู
ู ุงูุนูู
ูุฃู
ุฑ ุงููู ุชุนุงูู ูุจูู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
ุฃู ูุณุฃูู ุงูู
ุฒูุฏ ู
ูู ูู
ุง ุฃู
ุฑ ุฃู ูุณุชุฒูุฏู ู
ู ุงูุนูู
“ Seandainya ada sesuatu yang lebih mulia dari ilmu, maka Allah akan meemerintahkan nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta tambahan dari-Nya sebagaimana Dia memerintahkan untuk meminta tambahan ilmu.”
๐ท๐ธ๐ท
▶Kedelapan : Ilmu adalah Pemimpin Sedang Amal adalah Pengikutnya.
๐ท๐ธ๐ท
▶Kedelapan : Ilmu adalah Pemimpin Sedang Amal adalah Pengikutnya.
Allah berfirman :
َูุงุนَْูู
ْ ุฃََُّูู َูุง ุฅََِูู ุฅَِّูุง ุงَُّููู َูุงุณْุชَุบِْูุฑْ ِูุฐَْูุจَِู
“Ketauhilah, sesungguhnya tidak ada Ilah yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah dan mintalah ampun atas dosa-dosamu.” (Qs. Muhammad: 16).
Imam Bukhari di dalam kitab Shahihnya (1/24), beliau mengatakan,
ุงูุนِْูู
ُ َูุจَْู ุงَِْูููู َูุงูุนَู
َِู
“ Ilmu dulu sebelum ucapan dan amal perbuatan.”
Berkata al-Hasan al-Bashri :
ุงูุนَุงู
ُِู ุนََูู ุบَْูุฑِ ุนِْูู
ٍ َูุงูุณَّุงِِูู ุนََูู ุบَْูุฑِ ุทَุฑٍِูู، ูุงูุนَุงู
ُِู ุนََูู ุบَْูุฑِ ุนِْูู
ٍ ُْููุณِุฏُ ุฃَْูุซَุฑُ ู
ِู
َّุง ُูุตِْูุญُ، َูุงุทُْูุจُูุง ุงูุนِْูู
َ ูุง ุชَุถُุฑُّูุง ุจِุงูุนِุจَุงุฏَุฉِ ูุงุทُْูุจُูุง ุงูุนِุจَุงุฏَุฉَ ุทََูุจุงً ูุง ุชَุถُุฑُّูุง ุจِุงูุนِْูู
ِ َูุฅَِّู َْููู
َุงً ุทََูุจُูุง ุงูุนِุจَุงุฏَุฉَ َูุชَุฑَُููุง ุงูุนِْูู
َ ุญَุชَّู ุฎَุฑَุฌُูุง ุจِุฃَุณَْูุงِِููู
ْ ุนََูู ุฃُู
َّุฉِ ู
ُุญَู
َّุฏٍ ุตََّูู ุงููู ุนََِْููู َูุณََّูู
َ ََْููู ุทََูุจُูุง ุงูุนِْูู
َ َูู
ْ َูุฏََُّููู
ْ ุนََูู ู
َุง َูุนَُููุง
“ Orang yang beramal tanpa ilmu, seperti orang yang meniti di luar jalan. Orang yang beramal tanpa ilmu lebih banyak merusak daripada memperbaiki. Maka tuntutlah ilmu dengan tidak merusak ibadah, dan beribadahlah dengan tidak merusak ilmu. Karena sesungguhnya terdapat suatu kaum yang banyak beribadah tetapi meninggalkan ilmu, sehingga mereka keluar dengan pedang-pedang mereka untuk memerangi umat Muhammad. Seandainya mereka mau menuntut ilmu, maka ilmu tersebut tidak akan menunjukkan kepada perbuatan tersebut. “
๐ท๐ธ๐ท
▶Kesembilan : Orang-Orang Berilmu adalah Pewaris Para Nabi.
๐ท๐ธ๐ท
▶Kesembilan : Orang-Orang Berilmu adalah Pewaris Para Nabi.
Ini sebagaimana di dalam hadits Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
َูุฅَّู ุงูุนَُูู
َุงุกَ َูุฑَุซَุฉُ ุงูุฃْูุจَِูุงุกِ ، َูุฅَّู ุงูุฃْูุจَِูุงุกَ َูู
ْ ََููุฑِّุซُูุง ุฏَِููุงุฑุงً َููุงَ ุฏِุฑَْูู
ุงً َูุฅَّูู
َุง َูุฑَّุซُูุง ุงูุนِْูู
َ ، َูู
َْู ุฃَุฎَุฐَُู ุฃَุฎَุฐَ ุจุญَุธٍّ َูุงِูุฑٍ
“ Dan sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil bagian ilmu maka sungguh dia telah mengambil bagian yang banyak.” ( HR. at-Tirmidzi, 3643. Hadist ini Hasan sebagaimana dalam Misykatu al-Mashabih, 212 )
Berkata Imam al-Qurthubi di dalam al-Jami’ li Ahkami al-Qur’an (11/78) :
ูุฐุง ุงูุญุฏูุซ ูุฏุฎู ูู ุงูุชูุณูุฑ ุงูู
ุณูุฏ ؛ ููููู ุชุนุงูู : {ََููุฑِุซَ ุณَُْููู
َุงُู ุฏَุงُูุฏَ} ูุนุจุงุฑุฉ ุนู ููู ุฒูุฑูุง : {ََููุจْ ِูู ู
ِْู َูุฏَُْูู َِّูููุงً َูุฑِุซُِูู ََููุฑِุซُ ู
ِْู ุขِู َูุนُْููุจَ} ูุชุฎุตูุต ููุนู
ูู
ูู ุฐูู ، ูุฃู ุณููู
ุงู ูู
ูุฑุซ ู
ู ุฏุงูุฏ ู
ุงูุง ุฎููู ุฏุงูุฏ ุจุนุฏู ؛ ูุฅูู
ุง ูุฑุซ ู
ูู ุงูุญูู
ุฉ ูุงูุนูู
، ููุฐูู ูุฑุซ ูุญูู ู
ู ุขู ูุนููุจ ؛ ููุฐุง ูุงู ุฃูู ุงูุนูู
ุจุชุฃููู ุงููุฑุขู… ูุงูุฃุธูุฑ ุงูุฃููู ุจุฒูุฑูุง ุนููู ุงูุณูุงู
ุฃู ูุฑูุฏ ูุฑุงุซุฉ ุงูุนูู
ูุงูุฏูู.
“ Hadits di atas masuk di dalam tafsir yang bersanad, ini berdasarkan firman Allah (Qs.27:16.“Dan Sulaiman telah mewarisi Daud ) begitu juga apa yang disampaikan nabi Zakariya (Qs. 19:5-6. “ Maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub ) dan ini merupakan pengkhususan dari keumuman (warisan ). Dan Nabi Sulaiman tidaklah mewarisi dari Nabi Daud harta yang ditinggalkan sesudah kematiannya. Tetapi beliau mewarisi darinya hikmah dan ilmu. Begitu juga Nabi Yahya mewarisi dari keluarga Ya’qub ( hikmah dan ilmu ). Inilah pendapat para ulama di dalam menafsirkan ayat di atas…Dan tafsir yang lebih tepat dan sesuai bahwa Nabi Zakariya ingin mewariskan ilmu dan agama “
Pendapat Imam al-Qurthubi di atas sesuai dengan hadist :
ุฅูุง ู
ุนุดุฑ ุงูุฃูุจูุงุก َูุง ُููุฑَุซُ ู
َุง ุชَุฑََْููุง ุตَุฏََูุฉٌ
“ Sesungguhnya kami para Nabi tidak diwarisi, apa yang kami tinggalkan adalah sedekah “ ( HR. Bukhari, 6726 dan Muslim, 4501 dari hadist Abu Bakar as-Siddiq tanpa “ Sesungguhnya kami para Nabi “. Adapun tambahan lafadh ini ada dalam as-Sunan al-Kubra karya Imam an-Nasai dengan sanad sesuai syarat Muslim )
๐ท๐ธ๐ท
Berbicara tentang Ilmu tidak ada habisnya, mungkin malam ini cukup dulu silahkan dibaca direnungi akan keutamaan ilmu.
๐ท๐ธ๐ท
Berbicara tentang Ilmu tidak ada habisnya, mungkin malam ini cukup dulu silahkan dibaca direnungi akan keutamaan ilmu.
Dan pembahasan ini harus berkelanjut, karena nantinya ada tentang adab dalam menuntut ilmu, penghalang ilmu, serta tata cara dalam menuntut ilmu.
๐ธ๐ธ๐ท๐ท๐ท๐ธ๐ธ
❤TaNYa JaWaB❤
❤TaNYa JaWaB❤
1⃣Desy
izin bertanya:
1. Apa syaratnya seseorang bisa di sebut sebagai ulama?
2. Apakah termasuk orang yg berilmu, orang2 yg melakukan maksiat tp tetap tobat dari maksiatnya?
izin bertanya:
1. Apa syaratnya seseorang bisa di sebut sebagai ulama?
2. Apakah termasuk orang yg berilmu, orang2 yg melakukan maksiat tp tetap tobat dari maksiatnya?
Jawab:
๐น1. Syaratnya:
1. Ulama ialah para ahli fikih Islam, yang ucapan-ucapannya senantiasa menjadi dasar fatwa-fatwa yang beredar di tengah manusia, yang dianugerahi kekhususan dalam menyimpulkan hukum-hukum, dan diberi inayah untuk meletakkan (secara benar dan tepat) kaedah-kaedah halal dan haram. ( I’lamul Muwaqqi’in 1/7).
๐น1. Syaratnya:
1. Ulama ialah para ahli fikih Islam, yang ucapan-ucapannya senantiasa menjadi dasar fatwa-fatwa yang beredar di tengah manusia, yang dianugerahi kekhususan dalam menyimpulkan hukum-hukum, dan diberi inayah untuk meletakkan (secara benar dan tepat) kaedah-kaedah halal dan haram. ( I’lamul Muwaqqi’in 1/7).
2. Ulama adalah orang-orang yang memiliki lisan yang jujur dalam umat ini, di mana mereka mendapat pujian dan disanjung dalam semua level masyarakat, mereka itulah imam-imam (pembawa) hidayah, para penerang kegelapan. ( Majmu’ al-Fatawa 11/43).
3. Ulama adalah mereka yang memenuhi syarat-syarat ijtihad dan ketentuannya, dan apabila mereka mengeluarkan fatwa dalam suatu masalah bencana, mereka mengumpulkan segala perangkat-perangkat hukum, secara matang, dan berhati-hati, serta bersungguh-sungguh terhadap maslahat agama dan maslahat kaum muslimin.
Di antara jalan mengetahui seorang yang berilmu adalah kesaksian para gurunya terhadapnya, di mana sesungguhnya telah berjalan kebiasaan ulama Islam dari ulama salaf umat ini dan siapa pun yang mengikuti mereka dengan baik dalam mewariskan ilmu-ilmu mereka untuk murid-murid mereka, demikian juga telah berlaku kebiasaan mereka untuk mencegah secara sehat setiap orang yang belum mencapai kedudukan mujtahid agar tidak berfatwa atau mengeluarkan pertanyaan, maka murid-murid tidak dapat mengeluarkan pernyataan mereka, hingga mereka melihat adanya pengakuan syaikh-syaikh mereka untuk mereka dari segi ilmu, dan mengizinkan mereka untuk mengeluarkan pernyataan memberi fatwa atau bahkan mengajar.
๐น2.Termasuk orang yang berilmu, jika dia pernah melakukan kemaksiatan dan bertaubat dengan taubatan nashuha. Karena ia telah mengetahui bahwa apa yang dilakukan salah. Dan tetap menuntut ilmu. Allahu a'lam.
ILmu-Ilmu Yang Harus Dikuasai Oleh Ulama,,
Idealnya, ilmu syariah dan cabang-cabangnya itu harus secara mendalam dikuasai, terlebih olehpara ulama. Sekedar gambaran singkat, di antaranya ilmu-ilmu syariah dan keIslaman yang harus dikuasai seorang ulama antara lain:
1. Ilmu Yang Terkait Dengan Al-Quran
Ilmu tajwid yang membaguskan bacaan lafadz AL-Quran
Ilmu qiraat (bacaan) Al-Quran, sepertiqiraah-sab’ah yang bervariasi dan perpengaruh kepada makna dan hukum.
Ilmu tafsir, yang mempelajari tentang riwayat dari nabi SAW tentang makna tiap ayat, juga dari para shahabat dan para tabi’in dan atbaut-tabi’in.
Ilmu tentang asbababun-nuzul, yaitu sebab dan latar belakang turunnya suatu ayat.
Ilmu tentang hakikat dan majaz yang ada pada tiap ayat Quran
Ilmu tentang makna umum dan khusus yang dikandung tiap ayat Quran
Ilmu tentang muhkam dan mutasyabihat dalam tiap ayat Quran
Ilmu tentang nasikh dan mansukh dalam tiap ayat Quran
Ilmu tentang mutlaq dan muqayyad, manthuq dan mafhum
Ilmu tentang i’jazul quran, aqsam, jadal, qashash dan seterusnya
Ilmu qiraat (bacaan) Al-Quran, sepertiqiraah-sab’ah yang bervariasi dan perpengaruh kepada makna dan hukum.
Ilmu tafsir, yang mempelajari tentang riwayat dari nabi SAW tentang makna tiap ayat, juga dari para shahabat dan para tabi’in dan atbaut-tabi’in.
Ilmu tentang asbababun-nuzul, yaitu sebab dan latar belakang turunnya suatu ayat.
Ilmu tentang hakikat dan majaz yang ada pada tiap ayat Quran
Ilmu tentang makna umum dan khusus yang dikandung tiap ayat Quran
Ilmu tentang muhkam dan mutasyabihat dalam tiap ayat Quran
Ilmu tentang nasikh dan mansukh dalam tiap ayat Quran
Ilmu tentang mutlaq dan muqayyad, manthuq dan mafhum
Ilmu tentang i’jazul quran, aqsam, jadal, qashash dan seterusnya
2. Ilmu Yang Terkait dengan Hadits Nabawi
Ilmu tentang sanad dan jalur periwayatan serta kritiknya
Ilmu tentang rijalul hadits dan para perawi
Ilmu tentang Al-Jarhu wa At-Ta’dil
Ilmu tentang teknis mentakhrij hadits
Ilmu tentang hukum-hukum yang terkandung dalam suatu hadits
Ilmu tentang mushthalah (istilah-istilah) yang digunakan dalam ilmu hadits
Ilmu tentang sejarah penulisan hadits yang pemeliharaan dari pemalsuan
Ilmu tentang rijalul hadits dan para perawi
Ilmu tentang Al-Jarhu wa At-Ta’dil
Ilmu tentang teknis mentakhrij hadits
Ilmu tentang hukum-hukum yang terkandung dalam suatu hadits
Ilmu tentang mushthalah (istilah-istilah) yang digunakan dalam ilmu hadits
Ilmu tentang sejarah penulisan hadits yang pemeliharaan dari pemalsuan
3. Ilmu Yang Terkait dengan Masalah Fiqih dan Ushul Fiqih
Ilmu tentang sejarah terbentuknya fiqih Islam
Ilmu tentang perkembangan fiqh dan madzhab
Ilmu tentang teknis pengambilan kesimpulan hukum (istimbath)
Ilmu ushul fiqih (dasar-dasar dan kaidah asasi dalam fiqih)
Ilmu qawaid fiqhiyah
Ilmu qawaid ushuliyah
Ilmu manthiq (logika)
Ilmu tentang iIstilah-istilah fiqih istilah fiqih madzhab
Ilmu tentang hukum-hukum thaharah, shalat, puasa, zakat, haji, nikah, muamalat, hudud, jinayat, qishash, qadha’, qasamah, penyelenggaraan negara dan seterusnya.
Ilmu tentang perkembangan fiqh dan madzhab
Ilmu tentang teknis pengambilan kesimpulan hukum (istimbath)
Ilmu ushul fiqih (dasar-dasar dan kaidah asasi dalam fiqih)
Ilmu qawaid fiqhiyah
Ilmu qawaid ushuliyah
Ilmu manthiq (logika)
Ilmu tentang iIstilah-istilah fiqih istilah fiqih madzhab
Ilmu tentang hukum-hukum thaharah, shalat, puasa, zakat, haji, nikah, muamalat, hudud, jinayat, qishash, qadha’, qasamah, penyelenggaraan negara dan seterusnya.
4. Ilmu Yang Terkait dengan Bahasa Arab
Ilmu Nahwu (gramatika bahasa arab)
Ilmu Sharaf (perubahan kata dasar)
Ilmu Bayan
Ilmu tentang Uslub
Ilmu Balaghah
Ilmu Syi’ir dan Nushus Arabiyah
Ilmu ‘Arudh
Ilmu Sharaf (perubahan kata dasar)
Ilmu Bayan
Ilmu tentang Uslub
Ilmu Balaghah
Ilmu Syi’ir dan Nushus Arabiyah
Ilmu ‘Arudh
5. Ilmu Yang Terkait dengan Sejarah
Tentang sirah (sejarah nabi Muhammad SAW)
Tentang sejarah para nabi dan umat terdahulu dan bentuk-bentuk syariat mereka
Sejarah tentang Khilafah Rasyidah
Sejarah tentang Khilafah Bani Umayyah, Bani Abasiyah, Bani Utsmaniyah dan sejarah Islam kontemporer.
Tentang sejarah para nabi dan umat terdahulu dan bentuk-bentuk syariat mereka
Sejarah tentang Khilafah Rasyidah
Sejarah tentang Khilafah Bani Umayyah, Bani Abasiyah, Bani Utsmaniyah dan sejarah Islam kontemporer.
6. Ilmu Kontemporer
Ilmu politik dan perkembangan dunia
Ilmu ekonomi dan perbankan
Ilmu sosial dan cabang-cabangnya.
Ilmu psikologi dan cabang-cabangnya
lmu hukum positif dan ketata-negaraan
Ilmu-ilmu populer
Di masa lampau, orang yang disebut dengan ulama adalah orang-orang yang menguasai dengan ahli cabang-cabang ilmu di atas tadi. Namun di zaman sekarang ini, nyaris kita tidak lagi menemukannya.
Ilmu ekonomi dan perbankan
Ilmu sosial dan cabang-cabangnya.
Ilmu psikologi dan cabang-cabangnya
lmu hukum positif dan ketata-negaraan
Ilmu-ilmu populer
Di masa lampau, orang yang disebut dengan ulama adalah orang-orang yang menguasai dengan ahli cabang-cabang ilmu di atas tadi. Namun di zaman sekarang ini, nyaris kita tidak lagi menemukannya.
Maka di zaman sekarang ini, para ulama dari beragam latar belakang keilmuwan yang berbeda perlu duduk dalam satu majelis. Agar mereka bisa melahirkan ijtihad jama’i (bersama), mengingat ilmu mereka saat ini sangat terbatas. Sementara ilmu pengetahuan berkembang terus.
2⃣Rismarini
Mau Tanya
Apakah setiap yg Kita amalkan perlu Kita pahami dgn detail ilmunya, krna pernah dengar "jangan bicara tanpa ilmu"
Mau Tanya
Apakah setiap yg Kita amalkan perlu Kita pahami dgn detail ilmunya, krna pernah dengar "jangan bicara tanpa ilmu"
Jawab:
Adakalanya perlu, dan di pada sisi lain ada juga yg tidak perlu.
Adakalanya perlu, dan di pada sisi lain ada juga yg tidak perlu.
3⃣iis
Mau tanya, bagaimana kita menyikapi suatu ilmu yg katakanlah ilmu itu baru kita ketahui agar kita mampu memahami dan tidak salah dalam menafsirkan?
Mau tanya, bagaimana kita menyikapi suatu ilmu yg katakanlah ilmu itu baru kita ketahui agar kita mampu memahami dan tidak salah dalam menafsirkan?
Jawab:
Mintalah keterangan ilmu yang engkau pelajari kepada seorang guru yang baik, ahli, dan amanah. Hal ini agar lebih selamat dari penyimpangan pemahaman. Juga, engkau akan lebih mudah dalam memahami dan lebih cepat.
Mintalah keterangan ilmu yang engkau pelajari kepada seorang guru yang baik, ahli, dan amanah. Hal ini agar lebih selamat dari penyimpangan pemahaman. Juga, engkau akan lebih mudah dalam memahami dan lebih cepat.
4⃣Dyandra
[11/10 20.51] USTaDZ JaYYaD: 4⃣Dyandra
Assalamua'alaikum , ana ingin bertanya apakah hukumnya wajib mengkaji Ilmu Agama di Majelis Ilmu secara langsung bersama Murobbinya ? krn sependek pengetahuan saya ketika menuntut ilmu saat kajian ada adabnya, apakah boleh tholabul ilmi via online dan baca buku dirumah saja ? ManaKah yang lebih Baik diantara itu..
Syukron Katsiran...
[11/10 20.51] USTaDZ JaYYaD: 4⃣Dyandra
Assalamua'alaikum , ana ingin bertanya apakah hukumnya wajib mengkaji Ilmu Agama di Majelis Ilmu secara langsung bersama Murobbinya ? krn sependek pengetahuan saya ketika menuntut ilmu saat kajian ada adabnya, apakah boleh tholabul ilmi via online dan baca buku dirumah saja ? ManaKah yang lebih Baik diantara itu..
Syukron Katsiran...
Jawab๐
wa'alaikumussalam warohmatullohi wabarokatuh.
Dibilang wajib tidak, tapi hal seperti itu lebih utama karena banyak manfaat yg akan di dapat.
Boleh saja menuntut ilmu via on line akan tetapi hal ini pasti ada kekurangannya.
Dan sekedar baca buku di rumah saja juga kurang afdhol karena khawatir salah dalam memahami ilmu yang dibaca.
Dibilang wajib tidak, tapi hal seperti itu lebih utama karena banyak manfaat yg akan di dapat.
Boleh saja menuntut ilmu via on line akan tetapi hal ini pasti ada kekurangannya.
Dan sekedar baca buku di rumah saja juga kurang afdhol karena khawatir salah dalam memahami ilmu yang dibaca.
Allahu a'lam
๐ธCatatan Harian:
๐ (No : 26 )
๐ Pertanyaan
๐ (No : 26 )
๐ Pertanyaan
๐ Ustadz, saya sedang belajar membaca al-Qur’an dan materi lainnya dari seorang guru yang tempatnya agak jauh. Kadang kala saya merasa malas untuk pergi ke tempat tersebut. Saya pikir, belajar sendiri atau mendengar dari televisi atau radio sudah cukup, tidak perlu susah-susah pergi ke tempat jauh. Bagaimana menurut pandangan ustadz ? (Eva, 17/9/2016)
๐ Jawaban :
๐ Belajar dari seorang guru adalah cara yang benar di dalam menuntut ilmu, walaupun harus menempuh perjalanan jauh. Karena dengan cara seperti itu, dia akan dibimbing langsung oleh gurunya, diluruskan hal-hal yang keliru, dan dia bisa bertanya langsung kepadanya. Selain itu, dia bisa mencontoh akhlaqnya, sikapnya, kesederhanaannya, bahkan mengambil berkah dari ilmunya.
๐ท Paling tidak, ada empat manfaat belajar dari gurunya secara langsung :
✅ Pertama : Efisien Waktu Dan Tenaga.
Belajar dengan guru jauh lebih efisien dibanding belajar sendiri melalui buku. Seorang penuntut ilmu, jika tidak memahami suatu masalah, bisa bertanya langsung kepada gurunya, tanpa susah payah mencari jawabannya di buku-buku yang belum tentu didapatinya. Seandainya mendapatinya, belum tentu bisa memahaminya.
Belajar dari guru, bisa meringkas perjalanan mencari ilmu, karena dia akan menerangkan apa yang belum dipahami secara langsung dan merekomendasikan buku-buku yang harus dibaca, bahkan kadang ditunjukkan halamannya. Efisien waktu dan tenaga…
Belajar dengan guru jauh lebih efisien dibanding belajar sendiri melalui buku. Seorang penuntut ilmu, jika tidak memahami suatu masalah, bisa bertanya langsung kepada gurunya, tanpa susah payah mencari jawabannya di buku-buku yang belum tentu didapatinya. Seandainya mendapatinya, belum tentu bisa memahaminya.
Belajar dari guru, bisa meringkas perjalanan mencari ilmu, karena dia akan menerangkan apa yang belum dipahami secara langsung dan merekomendasikan buku-buku yang harus dibaca, bahkan kadang ditunjukkan halamannya. Efisien waktu dan tenaga…
✅ Kedua : Meminimalisir Kesalahan
Seorang penuntut ilmu yang belajar dari guru, maka kesalahannya akan relatif lebih sedikit jika dibanding dengan yang belajar langsung dari buku. Banyak nasehat yang diberikan para ulama dalam masalah ini, diantaranya adalah :
ู َْู َูุงَู ุดَْูุฎُُู ِูุชَุงุจَُู ، َูุงَู ุฎَุทَุคُُู ุฃَْูุซَุฑُ ู ِْู ุตََูุงุจِِู
Seorang penuntut ilmu yang belajar dari guru, maka kesalahannya akan relatif lebih sedikit jika dibanding dengan yang belajar langsung dari buku. Banyak nasehat yang diberikan para ulama dalam masalah ini, diantaranya adalah :
ู َْู َูุงَู ุดَْูุฎُُู ِูุชَุงุจَُู ، َูุงَู ุฎَุทَุคُُู ุฃَْูุซَุฑُ ู ِْู ุตََูุงุจِِู
“Barang siapa yang gurunya buku, maka salahnya lebih banyak dari benarnya.“
✅ Ketiga : Belajar Bersikap Hati-Hati
Belajar dengan guru akan mendidik seseorang untuk bersikap hati-hati di dalam menentukan hukum. Akhir-akhir ini banyak orang mudah berfatwa tentang masalah-masalah agama yang dia tidak mengusainya. Dalam hal ini, Imam asy-Syafi’I pernah berkata :
ู َْู ุชََََّููู ู َِู ุงُْููุชُุจِ ุถََّูุนَ ุงูุฃَุญَْูุงู
Belajar dengan guru akan mendidik seseorang untuk bersikap hati-hati di dalam menentukan hukum. Akhir-akhir ini banyak orang mudah berfatwa tentang masalah-masalah agama yang dia tidak mengusainya. Dalam hal ini, Imam asy-Syafi’I pernah berkata :
ู َْู ุชََََّููู ู َِู ุงُْููุชُุจِ ุถََّูุนَ ุงูุฃَุญَْูุงู
"Barang siapa belajar dari buku, maka dia akan banyak merusak hukum-hukum“
✅ Keempat : Belajar adab dan sifat dari guru.
Tidak diragukan lagi, bahwa teman bergaul sangat mempengaruhi sikap dan sifat seseorang. Dalam mahfudhat disebutkan :
َูุง ุชَุณْุฃَْู ุนَِู ุงูู َุฑْุกِ َูุงุณْุฃَْู َูุฑَُِْููู ، َูุฅَِّู ุงَููุฑَِْูู ุจِุงْูู ََูุงุฑِِู َْููุชَุฏِู
Tidak diragukan lagi, bahwa teman bergaul sangat mempengaruhi sikap dan sifat seseorang. Dalam mahfudhat disebutkan :
َูุง ุชَุณْุฃَْู ุนَِู ุงูู َุฑْุกِ َูุงุณْุฃَْู َูุฑَُِْููู ، َูุฅَِّู ุงَููุฑَِْูู ุจِุงْูู ََูุงุฑِِู َْููุชَุฏِู
"Janganlah engkau bertanya tentang seseorang kepada dirinya langsung, tapi tanyalah kepada temannya, karena seseorang akan selalu mengikuti temannya“.
๐ Seorang penuntut ilmu yang selalu dekat dan sering bergaul dengan gurunya, niscaya dia akan terpengaruh dengan akhlaq, adat dan beberapa sifat dan sikapnya. Ini sangat penting sekali, karena akan memotivasi penuntut ilmu untuk selalu semangat dan tidak mudah putus asa, khususnya ketika melihat gurunya yang tenang, tegar dan tabah, serta sabar. Hal inilah yang sering tidak dipahami oleh para penuntut ilmu. Dalam suatu hikmah disebutkan :
ุชَุดَุจَُّْููุง ุจِุงِْููุฑَุงู ِ َูุฅِْู َูู ْ ุชَُُْْููููุง ู ِุซََُููู ْ ، ูุฅู ุงูุชุดุจู ุจِِูู ْ ََููุงุญٌ
ุชَุดَุจَُّْููุง ุจِุงِْููุฑَุงู ِ َูุฅِْู َูู ْ ุชَُُْْููููุง ู ِุซََُููู ْ ، ูุฅู ุงูุชุดุจู ุจِِูู ْ ََููุงุญٌ
“Dekat-dekatilah orang-orang yang baik, walaupun kamu belum bisa seperti mereka, karena dekat-dekat dengan mereka adalah suatu kesuksesan.“
Oleh karena itu, para penuntut ilmu yang selalu mendekati guru-gurunya, kemungkinan besar dikemudian hari, dia akan seperti mereka.
๐ Sebagi tambahan, menghadiri Majlis-majlis Ilmu juga mempunyai manfaat yang tidak sedikit, diantaranya mendapatkan ketenangan jiwa, rahmat Allah akan turun di dalamnya, malaikat akan mengililinginya, bertemu dengan para penuntut ilmu lainnya, yang akan memotivasinya untuk terus semangat belajar. Selain itu, dia bisa konsentrasi di hadapan gurunya dan akan kuat menahanan keinginannya untuk beranjak dari majlis, bahkan kadang merasa malu untuk sekedar menoleh, atau mengantuk, karena dia sadar berada di majlis ilmu. Semua ini tidak didapatkan ketika belajar sendiri. Wallahu A’lam.
5⃣Dewi S.
Tanya ya Ustadz... tadi Saya mencatatat kata2 ustadz bahwa ulama sekarang tidak lah lagi seperti ulama zaman dulu yang menguasai banyak ilmu sekaligus.... Kira2 apa penyebabnya ya ustadz? apa yang salah dengan pola pendidikan kita ... sepertinya anak2 sekarang sudah sangat capek disekolah tapi ilmu yang mereka kuasai tidak ada apa2nya dibandingkan dengan orang2 dari dulu.
Tanya ya Ustadz... tadi Saya mencatatat kata2 ustadz bahwa ulama sekarang tidak lah lagi seperti ulama zaman dulu yang menguasai banyak ilmu sekaligus.... Kira2 apa penyebabnya ya ustadz? apa yang salah dengan pola pendidikan kita ... sepertinya anak2 sekarang sudah sangat capek disekolah tapi ilmu yang mereka kuasai tidak ada apa2nya dibandingkan dengan orang2 dari dulu.
Jawab:
Mungkin karena keberkahan waktu. Karena salah satu dicabutnya keberkahan waktu adalah waktu terasa cepat.
Mungkin karena keberkahan waktu. Karena salah satu dicabutnya keberkahan waktu adalah waktu terasa cepat.
Dalam hadits Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah juga bahwa Nabi Saw bersabda, “Waktu akan semakin singkat, harta akan berlimpah ruah, fitnah akan menyebar, dan akan banyak terjadi pembunuhan.”
Arti dari dekatnya waktu
Ada beberapa pendapat para ulama tentang makna berdekatannya zaman, di antaranya:
Ada beberapa pendapat para ulama tentang makna berdekatannya zaman, di antaranya:
Maksudnya adalah sedikitnya keberkahan di dalam waktu. Keberkahan yang paling penting adalah keberkahan di dalam hidup dan waktu kita. Sebab, demi Allah, kita diciptakan untuk sebuah tugas maha penting, dan waktu adalah modal yang paling utama agar kita dapat menunaikan tugas tersebut dengan baik. Tanpa keberkahan dan manajemen waktu, seseorang tidak akan dapat menunaikan tugas itu dengan sempurna. Karena itu, bagi mata hamba-hamba Allah yang sejati, waktu jauh lebih mahal dan lebih berharga daripada uang dan harta benda apapun di dunia ini. Keberkahan dalam waktu menjadi dambaan mereka melebihi yang lainnya.
Keberkahan waktu dapat kita lihat di sejarah hidup tokoh-tokoh Islam sejak masa sahabat. Mereka berhasil melahirkan prestasi besar hanya dalam masa yang sangat singkat sehingga agak sukar diterima logika “zaman hilang-berkah” kita ini. Zaid bin Tsabit, misalnya, berhasil melaksanakan perintah Nabi Saw untuk menguasai bahasa Yahudi (Suryaniah) –percakapan dan tulisan- hanya dalam 17 hari saja. Padahal pada saat itu belum ada alat bantu modern audio visual seperti sekarang ini. Bandingkan dengan diri kita yang memerlukan masa bertahun-tahun untuk mempelajari bahasa Arab atau Inggris tanpa memperoleh hasil yang membanggakan.
Begitu juga, Imam Ibn Al-‘Arabi (ahli hadits dan fiqih mazhab Maliki asal Andalusia) berhasil menulis berbagai buku-buku besar dan penting, salah satunya sebuah tafsir setebal delapan puluh ribu lembar halaman. Imam Jalaluddin Al-Suyuthi berkata bahwa pemimpin Ahlusunnah wal jama’ah Syeikh Abul Hasan Al Asy’ari pernah menulis sebuah tafsir sebanyak 600 jilid. Al-Suyuthi berkata, “Sekarang buku itu masih berada di perpustakaan Al-Nizhamiah di Baghdad.”
Belum lagi Imam Al-Ghazali yang hanya hidup 55 tahun, dan Al-Nawawi yang hidup hanya 45 tahun, namun berhasil menulis banyak buku berharga berjilid-jilid. Juga Imam Ibn Al-Jauzi yang dikatakan Imam Al-Dzahabi, “Aku tidak mengetahui seorang ulama yang menulis sebanyak tulisan orang ini.”
Begitu juga, Imam Ibn Al-‘Arabi (ahli hadits dan fiqih mazhab Maliki asal Andalusia) berhasil menulis berbagai buku-buku besar dan penting, salah satunya sebuah tafsir setebal delapan puluh ribu lembar halaman. Imam Jalaluddin Al-Suyuthi berkata bahwa pemimpin Ahlusunnah wal jama’ah Syeikh Abul Hasan Al Asy’ari pernah menulis sebuah tafsir sebanyak 600 jilid. Al-Suyuthi berkata, “Sekarang buku itu masih berada di perpustakaan Al-Nizhamiah di Baghdad.”
Belum lagi Imam Al-Ghazali yang hanya hidup 55 tahun, dan Al-Nawawi yang hidup hanya 45 tahun, namun berhasil menulis banyak buku berharga berjilid-jilid. Juga Imam Ibn Al-Jauzi yang dikatakan Imam Al-Dzahabi, “Aku tidak mengetahui seorang ulama yang menulis sebanyak tulisan orang ini.”
Keberkahan waktu benar-benar kita rasakan telah hilang pada masa kita ini sehingga sering kali sebuah buku tidak dapat kita selesaikan meski berbulan-bulan telah berlalu. Kitapun juga mendapati ketidak mampuan melakukan pekerjaan persis seperti yang dilakukan sebelumnya.
Allahu a'lam.
Allahu a'lam.
๐๐ปAstaghfirullah ... seperti itu ya Ustadz. apa itu berarti kita termasuk umat yang lalai Ustadz? makanya berkah waktu seperti dicabut... dan kita sangat sering merasakan waktu itu berlalu begitu cepat tanpa terasa manfaatnya.
6⃣Siti Zahro
Ustadz mo tanya,
Temenku pernah tanya katanya klo dalam menuntut ilmu blh g dua niat.
1. Karena emang png dpt ilmunya.
2. Sekalian ketemu jodoh,Sy tkt salah ustadz.tp sy sdh jawab.blh.hehe jd sy minta penjelasannya ustadz tkt slh
Ustadz mo tanya,
Temenku pernah tanya katanya klo dalam menuntut ilmu blh g dua niat.
1. Karena emang png dpt ilmunya.
2. Sekalian ketemu jodoh,Sy tkt salah ustadz.tp sy sdh jawab.blh.hehe jd sy minta penjelasannya ustadz tkt slh
Jawab:
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)
Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits)
Imam Bukhari menyebutkan hadits ini di awal kitab shahihnya sebagai mukadimah kitabnya, di sana tersirat bahwa setiap amal yang tidak diniatkan karena mengharap Wajah Allah adalah sia-sia, tidak ada hasil sama sekali baik di dunia maupun di akhirat. Al Mundzir menyebutkan dari Ar Rabi’ bin Khutsaim, ia berkata, “Segala sesuatu yang tidak diniatkan mencari keridhaan Allah ‘Azza wa Jalla, maka akan sia-sia”.
Jadi, dalam menuntut ilmu harus karna niat mencari ridho allah, jangan diembel embeli dengan sekalian mencari jodoh.
7⃣Mbestsea
Sbenarnya sy tau keutamaan mnuntut ilmu kpd gurunya scra langsung (live), tp sy lbih mmilih scara online (spti di group ini dan ada bbrpa group kajian yg sy ikuti). Alasan bukan krn tdak ada waktu, tp krn sy meminimalkn utk keluar rumah n bs smbil mjaga anak2, krn sy dan suami LDR (suami bkerja di luar kota). Sbenarnya tmpat kajiannya tdak tlalu jauh jg.
Apkah yg sy lalukn ini kurg tepat/kurg bagus ust?
Sbenarnya sy tau keutamaan mnuntut ilmu kpd gurunya scra langsung (live), tp sy lbih mmilih scara online (spti di group ini dan ada bbrpa group kajian yg sy ikuti). Alasan bukan krn tdak ada waktu, tp krn sy meminimalkn utk keluar rumah n bs smbil mjaga anak2, krn sy dan suami LDR (suami bkerja di luar kota). Sbenarnya tmpat kajiannya tdak tlalu jauh jg.
Apkah yg sy lalukn ini kurg tepat/kurg bagus ust?
Jawab:
BaarokaAllahu fiikum. Jika yang dilakukan itu dalam rangka untuk menjaga dari fitnah maka tidak mengapa. Karena tanggung jawab seorang istri ketika ditinggal suami adalah menjaga kehormatan, keluarga dan seisinya. Allahu a'lam.
BaarokaAllahu fiikum. Jika yang dilakukan itu dalam rangka untuk menjaga dari fitnah maka tidak mengapa. Karena tanggung jawab seorang istri ketika ditinggal suami adalah menjaga kehormatan, keluarga dan seisinya. Allahu a'lam.
8⃣Eka
Ustadz, gimana yaa kalo keadaannya gini..
Misal ana punya murobbi, nah pas ana nanya, jawabannya beda sama jawaban guru2 ana di sekolah yg kebetulan ana sekolah di madrasah, gimana menurut ustad? Salahkah ana yg kurang percaya dengan jawaban2 murrobbi ana sehingga mencari jawaban lain?
Ustadz, gimana yaa kalo keadaannya gini..
Misal ana punya murobbi, nah pas ana nanya, jawabannya beda sama jawaban guru2 ana di sekolah yg kebetulan ana sekolah di madrasah, gimana menurut ustad? Salahkah ana yg kurang percaya dengan jawaban2 murrobbi ana sehingga mencari jawaban lain?
Jawab:
Tidak salah, oleh karena itu pentingnya dalam menuntut ilmu dari dasar agar tahu, dan mencari mana pendapat yang lebih benar. Serta harus bersikap dewasa ketika ada perbedaan pendapat. Semuanya kembalikan kepada al qur'an dan as sunnah. baarokaAllahu fiikum.
Tidak salah, oleh karena itu pentingnya dalam menuntut ilmu dari dasar agar tahu, dan mencari mana pendapat yang lebih benar. Serta harus bersikap dewasa ketika ada perbedaan pendapat. Semuanya kembalikan kepada al qur'an dan as sunnah. baarokaAllahu fiikum.
9⃣Atik R.
Saya krg sreg dgn talim d rmh. Khususnya d masjid ada. Tp sy suka sekali menuntut ilmu cmn kl d masjid tsb krg nyaman.
Akhrmya sy pilih2 kajian yg sesuai hati saya nyaman apakah saya salah?
Oya. Yg buat sy g nyaman krn d msjd tsb Ustadzah msh ngajarin yasin tahlilan dll. Jd krg sreg.
Saya krg sreg dgn talim d rmh. Khususnya d masjid ada. Tp sy suka sekali menuntut ilmu cmn kl d masjid tsb krg nyaman.
Akhrmya sy pilih2 kajian yg sesuai hati saya nyaman apakah saya salah?
Oya. Yg buat sy g nyaman krn d msjd tsb Ustadzah msh ngajarin yasin tahlilan dll. Jd krg sreg.
Jawab:
Tidak salah, karena memang dalam mencari ilmu kita mencari majlis taklim yang memang di dalamnya di sampaikan ilmu-ilmu yang bermanfaat. BaarokaAllahu fiikum.
Tidak salah, karena memang dalam mencari ilmu kita mencari majlis taklim yang memang di dalamnya di sampaikan ilmu-ilmu yang bermanfaat. BaarokaAllahu fiikum.
๐ธ๐ธ๐ท๐ท๐ท๐ธ๐ธ
❤CLoSiNG STaTeMeNT❤
❤CLoSiNG STaTeMeNT❤
"Belajarlah karena mencari ridho Allah.
Dan janganlah setelah bertambah ilmu kita menjadikan diri kita sombong".
Dan janganlah setelah bertambah ilmu kita menjadikan diri kita sombong".
๐ธ๐ธ๐ท๐ท๐ท๐ธ๐ธ
❤PeNuTuP❤
❤PeNuTuP❤
Mari kita tutup dg beristighfar...
Astaghfirullohal adzim...
Astaghfirullohal adzim...
Mengucap hamdallah bersama...
Alhamdulillahirabbil'alamiin...
Alhamdulillahirabbil'alamiin...
Dan Do'a Khafaratul Majelis...
ุณุจุญุงูู ุงูููู
ูุจุญู
ุฏู ุฃุดูุฏ ุงู
ูุง ุฅูู ุฅูุง ุฃูุช
ุฃุณุชุบูุฑู ูุขุชูุจ ุฅููู
ูุง ุฅูู ุฅูุง ุฃูุช
ุฃุณุชุบูุฑู ูุขุชูุจ ุฅููู
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu anlaaillaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaik...
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar