OLeH: Ummi Yulianti
•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•
بِسْــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمن الرَّحِيْمُ
السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
الحمد لله
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ...
ام بعد
Segalanya milik Alloh ﷻ apa yang ada di langit dan bumi, kenikmatan dan kesusahan asalnya dari Alloh ﷻ sudah selayaknya kita panjatkan puji dan syukur hanya kepada Alloh ﷻ.
Agama Islam adalah agama yang mengangkat dan membebaskan manusia dari zaman jahiliah zaman kegelapan menuju ke zaman yang terang benderang, sudah selayaknyalah kita sebagai umatnya senantiasa menghaturkan sholawat dan salam hanya kepada Nabi Muhammad ﷺ.
🌸NIAT BAIK
Niat terletak di dalam hati. Niat seringkali tidak terdeteksi melalui rupa atau lisan. Yang pasti, Alloh ﷻ Maha Mengetahui apa-apa yang terbersit dalam hati dan pikiran manusia.
Di antara banyak hadis, terdapat satu yang menyinggung soal keutamaan niat. Dari Umar bin Khaththab RA, Rasulullah ﷺ bersabda, "Segala amal perbuatan bergantung pada niat dan setiap orang akan memperoleh pahala sesuai dengan niatnya. Maka barangsiapa yang berhijrah dengan niat mencari keuntungan duniawi atau untuk mengawini seorang perempuan, maka (pahala) hijrahnya sesuai dengan niatnya itu." (HR. Bukhari)
Penjelasannya, Rasulullah ﷺ mengucapkan hadis ini ketika beliau hijrah ke Yatsrib atau Madinah. Saat itu, tersiar informasi bahwa ada seseorang yang ikut berhijrah karena mengejar wanita tunangannya. Nama wanita itu Ummul Qais. Sehingga pada waktu itu terkenal sebuah istilah muhajjir Ummul Qais atau yang berhijrah karena Ummul Qais. Niat biasanya diartikan sebagai getaran batin untuk menentukan jenis ibadah yang kita lakukan.
Contoh, kalau kita melakukan shalat pukul 05.30, ada beberapa kemungkinan; shalat Syukrul Wudhu, shalat Tahiyatul Masjid, shalat Fajar, Istikharah, atau shalat Shubuh. Setidaknya ada enam kemungkinan. Kita lihat semuanya sama, gerakannya sama, bacaannya sama, raka'atnya sama, tapi ada satu yang membedakannya yaitu niat. Masalah niat termasuk salah satu masalah yang mendapatkan perhatian "serius" dalam kajian Islam.
Niat dibahas panjang lebar baik itu dalam ilmu fikih, ushul fikih, maupun akhlak. Dalam ilmu fikih, niat ditempatkan sebagai rukun pertama dari rangkaian ibadah, seperti dalam shalat, zakat, puasa, maupun ibadah haji. Niat dalam ushul fikih biasanya dijadikan salah satu faktor yang menentukan status hukum suatu perbuatan. Nikah adalah salah satu contohnya. Ia bisa berstatus wajib, haram, dan sunnat, tergantung pada niat dari nikah tersebut.
◾Macam-Macam Niat
Niat ada dua macam:
(1) Niat pada siapakah ditujukan amalan tersebut (al-ma’mul lahu),
(2) Niat amalan. Niat jenis pertama adalah niat yang ditujukan untuk mengharap wajah Alloh ﷻ dan kehidupan akhirat. Inilah yang dimaksud dengan niat yang ikhlas.
Sedangkan niat amalan itu ada dua fungsi:
✓ Fungsi pertama adalah untuk membedakan manakah adat (kebiasaan), manakah ibadah. Misalnya adalah puasa. Puasa berarti meninggalkan makan, minum dan pembatal lainnya. Namun terkadang seseorang meninggalkan makan dan minum karena kebiasaan, tanpa ada niat mendekatkan diri pada Alloh ﷻ. Terkadang pula maksudnya adalah ibadah. Oleh karena itu, kedua hal ini perlu dibedakan dengan niat.
✓ Fungsi kedua adalah untuk membedakan satu ibadah dan ibadah lainnya. Ada ibadah yang hukumnya fardhu ‘ain, ada yang fardhu kifayah, ada yang termasuk rawatib, ada yang niatnya witir, ada yang niatnya sekedar shalat sunnah saja (shalat sunnah mutlak). Semuanya ini dibedakan dengan niat.
◾Ikhlash Syarat Diterimanya Amal
Al-Fudhail bin ‘Iyadh menafsirkan firman Alloh ﷻ ` yang artinya, “…untuk menguji siapa di antara kamu yang paling baik amalnya.” (QS. al-Mulk: 2)
Beliau berkata, “Yakni, yang paling ikhlas dan paling benar dan (sesuai tuntunan Alloh ﷻ). Sesungguhnya amal itu apabila ikhlas tapi tidak benar maka tidak akan diterima; dan apabila benar tetapi tidak ikhlas juga tidak akan diterima. Jadi harus ikhlas dan benar. Suatu amalan dikatakan ikhlas apabila dilakukan karena Alloh ﷻ, dan yang benar itu apabila sesuai Sunnah Rasulullah ﷺ.” (Kitab Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam I/36).
◾Hadirkan Niat Ikhlash Saat Beramal
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin berkata, “Dan wajib atas seseorang mengikhlaskan niat kepada Alloh ﷻ dalam seluruh ibadahnya dan hendaklah meniatkan ibadahnya semata-mata untuk mengharap wajah Alloh ﷻ dan negeri akhirat. Inilah yang diperintahkan oleh Alloh ﷻ ldalam firman-Nya, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Alloh ﷻ dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (QS. al-Bayyinah: 5)
Yakni, mengikhlaskan niat setiap amalan hanya kepada-Nya. Hendaknya kita menghadirkan niat dalam semua ibadah, misalnya ketika wudhu; kita niatkan berwudhu karena Alloh ﷻ dan untuk melaksanakan perintah Alloh ﷻ. "Tiga perkara berikut (yang harus dihadirkan dalam niat): (1). Berniat untuk beribadah, (2). Berniat beribadah tersebut karena Alloh ﷻ semata, dan (3). Berniat bahwa ia menunaikannya demi melaksanakan perintah Alloh ﷻ.” (Kitab Syarah Riyadhus Shalihin I/10).
◾Pahala Amalan Bergantung Pada Niat
Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya segala amalan itu tidak lain tergantung pada niat.” Imam An-Nawawi berkata, “Jumhur ulama berkata, ‘Menurut ahli bahasa, ahli ushul dan yang lain lafadz إِنَّمَا digunakan untuk membatasi, yaitu menetapkan sesuatu yang disebutkan dan menafikan selainnya. Jadi, makna hadits di atas adalah bahwa amalan seseorang akan dihisab (diperhitungkan) berdasarkan niatnya dan suatu amalan tidak akan dihisab bila tidak disertai niat.” (Kitab Syarah Shahih Muslim XIII/47).
Abdullah bin al-Mubarak berkata, “Bisa jadi amal shalih yang kecil dibesarkan nilainya oleh niat, dan bisa jadi amal shalih yang besar dikecilkan nilainya karena niat pula.” (Kitab Jami’ al-‘Ulum Wa al-Hikam 1/35).
◾Berniat Tapi Terhalang
Orang yang berniat melakukan amalan shalih namun terhalang melakukannya bisa dibagi menjadi dua:
✓ Pertama, amalan yang dilakukan sudah menjadi kebiasaan atau rutinitas (rajin untuk dijaga). Lalu amalan ini ditinggalkan karena ada uzur, maka orang seperti ini dicatat mendapat pahala amalan tersebut secara sempurna. Sebagaimana Nabi bersabda, “Jika salah seorang sakit atau bersafar, maka ia dicatat mendapat pahala seperti ketika ia dalam keadaan mukim (tidak bersafar) atau ketika sehat.” (H.R. Bukhari,no.2996)
✓ Kedua, jika amalan tersebut bukan menjadi kebiasaan, maka jika sudah berniat mengamalkannya namun terhalang, akan diperoleh pahala niatnya (saja).
Dalilnya adalah seperti hadits yang kita bahas kali ini. Begitu pula hadits mengenai seseorang yang diberikan harta lantas ia gunakan dalam hal kebaikan, di mana ada seorang miskin yang berkeinginan yang sama jika ia diberi harta. Orang miskin ini berkata bahwa jika ia diberi harta seperti si fulan, maka ia akan beramal baik semisal dia. Maka Nabi ` bersabda, “Ia sesuai niatannya dan akan sama dalam pahala niatnya.”
(HR. Tirmidzi no.2325. Syaikh al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). (Lihat pembahasan Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin dalam Syarh Riyadh Ash-Shalihin, 1:36-37).
Begitu pula ketika seseorang memakai gelar haji setelah pulang dari Makkah, hukumnya bisa wajib, bisa sunnat, bahkan haram. Tingkatannya sangat tergantung pada niat untuk apa ia memakai gelar haji tersebut. Niat dalam sudut pandang akhlak pengertiannya lebih menunjukkan getaran batin yang menentukan kuantitas sebuah amal. Shalat yang kita lakukan dengan jumlah raka'at yang sama, waktu yang sama, dan bacaan yang sama, penilaian bisa berbeda antara satu orang dengan yang lainnya tergantung kualitas niatnya.
Niat yang tertinggi kualitasnya disebut ikhlas; sedangkan niat yang paling rendah kualitasnya disebut riya' atau sum'ah, yaitu beribadah karena mengharapkan sesuatu selain keridhaan Alloh ﷻ. Rasulullah ﷺ pernah menyampaikan kekhawatiran tentang sesuatu yang di kemudian hari bisa menjangkiti umatnya. Beliau bersabda, "Sesungguhnya ada sesuatu yang aku takutkan di antara sesuatu yang paling aku takutkan menimpa umatku kelak, yaitu syirik kecil."
Para sahabat bertanya, 'Apakah syirik kecil itu?' Beliau menjawab, riya'. Dalam sebuah hadis diceritakan pula bahwa di akhirat kelak akan ada sekelompok orang yang mengeluh, merangkak, dan menangis. Mereka berkata, "Ya Alloh ﷻ di dunia kami rajin melakukan shalat, tapi kami dicatat sebagai orang yang tidak mau melakukan shalat."
Para malaikat menjawab, 'Tidakkah kalian ingat pada waktu kalian melakukan shalat kalian bukan mengharap ridha Alloh ﷻ, tapi kalian mengharap pujian dari manusia, kalau itu yang kalian cari, maka carilah manusia yang kau harapkan pujiannya itu." Jelaslah, bahwa kualitas sebuah amal berbanding lurus dengan kualitas niat yang melatarbelakanginya.
Bila niat kita lurus, maka lurus pula amal kita. Tetapi bila niat kita bengkok, maka amal kita pun akan bengkok. Agar niat kita senantiasa lurus dan ikhlas, alangkah baiknya apabila kita menghayati kembali janji-janji yang selalu kita ucapkan saat shalat, "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup, dan mati ku hanyalah untuk Alloh ﷻ seru sekalian alam."
#Sumber : Pusat Data Republika
Wallahu a'lam
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
0️⃣1️⃣ Kiki ~ Dumai
Ummi, jika kita beramal di hati niat karena Alloh ﷻ tetapi ada juga niatan untuk mendapatkan dunia, apakah tidak apa-apa ya ummi?
🌸Jawab:
Kembali luruskan niat, beramal hanya karena Alloh ﷻ. Masalah nanti dapat dunia biar menjadi urusan Alloh ﷻ.
Kita akan jatuh bangun dalam beramal ikhlas karena syaitan akan berusaha untuk membelokkan niat kita.
Maka ketika berbelok luruskan, belok luruskan lagi. Demikian seterusnya.
Semoga Alloh ﷻ mudahkan kita semua untuk beramal ikhlas.
Wallahu a'lam
0️⃣2️⃣ Devi ~ Balikpapan
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh bun Yuli.
1. Bagaimana membedakan niat berbuat kebaikan dengan riya'?
2. Apakah ODOJ termasuk riya'?
🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam warohmatullah wabaarokatuh.
1. Apabila kita mengerjakan suatu perbuatan karena ingin dipuji manusia.
2. Kembali lagi kepada niat masing-masing. Bergabung ODOJ nya karena Alloh ﷻ atau karena ingin dipuji manusia.
Untuk memulai suatu kebiasaan baik, perlu pembiasaan yang terkadang perlu dengan sedikit memaksakan diri sampai akhirnya menjadi kebiasaan.
Nah, kalau kita gabung di ODOJ ada yang mengingatkan untuk baca al Quran. Ada yang nagih-nagih laporan.
Awalnya terpaksa baca al Quran nya, lama kelamaan jadi kebiasaan.
Wallahu a'lam
0️⃣3️⃣ Nick ~ Cilegon
Ustadzah, apakah amalan berdzikir menggunakan tasbih biasa lebih bagus pahalanya dibandingkan dengan tasbih digital?
Terus satu lagi, kemarin sempat dengar juga katanya kita hanya harus punya satu Al-Qur'an yang biasa kita pakai untuk mengaji jangan dipakai oleh orang lain karena nanti di akhirat Al-Qur'an itu yang akan menjadi hisab kita di akhirat, jadi apakah benar gak boleh Al Qur'an kita dipakai oleh orang lain?
Mohon pencerahannya ustadzah.
🌸Jawab:
Malah memakai buku-buku (garis-garis) jari kita lebih baik. Tapi kalau memang ada alat yang lebih memudahkan, ya tidak masalah menggunakannya juga.
Saya belum pernah mendengar hal tersebut. Hanya kalau untuk menghafal, kita jangan berganti-ganti Qur'an nya, karena hal tersebut akan menyulitkan proses menghafal.
Jadi boleh saja kita meminjamkan Al Quran kepada orang lain. Atau kalau misalnya Al Qur'an kita sudah jelek, lecek karena sering dibaca, kita boleh mengganti. Jangan khawatir, Alloh ﷻ punya rekam jejak kita dalam membaca ayat.
Wallahu a'lam
0️⃣4️⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum,
Um, bagaimana jika dalam hati mempunyai niat baik tetapi dalam kenyataan dan realitanya ternyata sebaiknya dan bagaimana juga dalam hati berniat buruk ternyata dalam kenyataan dan realitanya malah berbuat baik. Apakah keduanya sama mendapatkan pahala yang kebaikan?
🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
Betapa Alloh ﷻ sangat sayang kepada hamba-Nya. Ketika kita berniat baik, Alloh ﷻ berikan pahala, meski belum melakukannya, bahkan ketika akhirnya yang dikerjakan malah keburukan, niat berbuat baik tetap diberikan pahala.
Sebaliknya ketika berniat buruk, tidak dicatat sebagai keburukan sebelum dikerjakan. Tapi kalau niat buruk itu tidak dikerjakan malah berbuat kebaikan, maka itu dicatat sebagai kebaikan dan mendapatkan pahala.
Wallahu a'lam
0️⃣5️⃣ Aisya ~ Riyadh
Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bunda, bagaimana ketika kita ingin berniat mencontoh berbuat baik ke hamba yang lain. Tapi seperti di pandang riya' oleh orang lain, yang sebenarnya niatnya ingin mengedukasi kepada yang lain?
🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam warohmatullah wabaarokatuh.
Tetap lakukan kebaikan tersebut. Jangan pedulikan apa kata manusia. The show must go on. Fokus pada niat mengedukasi karena Allah.
🔹Masyaallah. Okay bunda.
The show must go on.
Cuma tingkat baper nya belum bisa okay.
Jadi suka over thingking.
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
Inti hidup itu adalah kombinasi niat, ikhlas, kerja keras, doa dan tawakal.
Semoga Alloh ﷻ mudahkan kita untuk beramal ikhlas.
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar