OLeH : Ustadz Mukhtar Azizi, S.Pd.I.
💘M a T e R i💘
🌷HATI BERKARAT
“Sesungguhnya hati itu dapat berkarat sebagaimana besi berkarat. Rasulullah ﷺ lalu ditanya, 'Apa yang membuat hati agar tidak berkarat?' Rasulullah ﷺ menjawab, 'membaca Al-Qur'an dan mengingat kematian.'” (HR. Al-Baihaqi).
Ilustrasi dalam hadis tersebut menunjukkan bahwa hati manusia itu potensial menjadi seperti besi yang kemudian berubah menjadi berkarat. Sebelum berkarat besi itu kuat, tapi ketika sudah berkarat, ia akan berubah menjadi rapuh. Hati yang berkarat adalah hati yang berpenyakit atau sudah tidak sehat dan tidak kuat.
Agar hati tidak berkarat, Rasulullah ﷺ memberi solusi, yaitu MEMBACA AL QUR'AN. Mengapa membaca Al-Qur'an dapat membuat hati tidak berkarat?
Badiuzzaman Said Nursi dalam al-Mu'jizat al-Qur'aniyyah menjelaskan bahwa Al Qur'an adalah kalam Alloh yang paling mulia dengan sifat rububiyyah mutlak. Ia adalah pesan azali atas nama kekuasaan ilahi yang komprehensif dan agung.
Al Qur'an adalah catatan perhatian dan penghormatan ar-Rahman yang bersumber dari rahmat-Nya yang luas yang mencakup segala sesuatu. Ia merupakan kumpulan risalah komunikasi Rabbani yang menjelaskan keagungan uluhiyah di mana permulaan sebagiannya berupa simbol-simbol dan tanda. Ia adalah kitab suci yang menebarkan hikmah, yang turun dari lingkup nama-Nya yang paling agung. Ia menatap kepada apa yang diliputi arasy yang paling agung.
Jangankan hati yang berkarat! Bebatuan gunung yang kuat dan kokoh pun dapat “takluk dan tunduk” kepada Al Qur'an sekiranya diturunkan kepadanya. (QS. Al-Hasyr : 21).
Hati adalah cermin cahaya (nur) Ilahi. Karena itu, wajar jika hati yang berkarat akan kembali memancarkan cahaya terang apabila di asupi hidangan Rabbani. Sebab, Al Qur'an merupakan “jamuan spesial” Alloh ﷻ bagi hamba-Nya.
Jamuan kemuliaan ini tentu harus dinikmati dan dimaknai. Memaknai Al-Qur'an identik dengan membaca, memahami, menghayati, mengapresiasi, dan mengamalkan seruan berpikir rasional, pesan-pesan moral, dan spiritualnya.
Dengan kata lain, agar hati tidak berkarat, mudarasah Al Qur'an harus terus dilakukan dan dibudayakan, bukan sekadar mengaji (tilawah), membaca, dan mempelajari pesannya, melainkan yang lebih penting lagi adalah memahami, menerjemahkan, dan mengaktualisasikan nilai-nilainya dalam kehidupan nyata sehingga spirit Al-Qur'an itu menjiwai dan menggelorakan kehidupan yang semakin jauh dari nilai-nilai kebenaran, kebaikan, keadilan, keindahan, dan kedamaian.
Mudarasah Al-Qur'an merupakan peneduh hati yang gersang dan penjinak watak “keras kepala dan keras hati.” Sejarah membuktikan bahwa Umar bin Al-Khattab yang sebelum masuk Islam dikenal berwatak keras kepala dan liar. Namun, hatinya luluh setelah mendengar lantunan ayat-ayat Al Qur'an yang dibacakan adik kandungnya yang telah masuk Islam, Fatimah binti Al-Khattab.
Boleh jadi, salah satu penyebab kemunduran, keterbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan yang mendera umat Islam saat ini adalah masih jauhnya kita dari naungan dan pangkuan Al Qur'an. Padahal, menurut Sayyid Qutub dalam pengantar tafsir Fi Zhilal Al Qur'an, hidup di bawah naungan Al Qur'an itu nikmat.
Jadi, agar hati tidak berkarat, gerakan mengaji, mengkaji, dan mengaktualisasi Al Qur'an sehingga membumi perlu dikembangkan, mulai dari lingkungan rumah tangga, sekolah, hingga lingkungan kerja.
Apabila, Al Qur'an telah menjadi “MENU HARIAN” kita maka dapat dipastikan visi Islam sebagai rahmat bagi semesta dapat terwujud dan dirasakan semua. Kita semua pasti masih memerlukan obat dan rahmat dari Alloh ﷻ agar kehidupan kita selamat dunia dan akhirat.
Wallahu a'lam
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘TaNYa JaWaB💘
0️⃣1️⃣ Nenock ~ Surabaya
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Hati yang berkarat dapat masuk kepada hamba yang lemah iman dan taqwa, ini sering terjadi kalau giat dunia lagi banyak, Ustadz.
Bagaimana bisa fokus ya, Ustadz? Padahal hati kecil ingin sekali menyendiri.
🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
Sangat nikmat, meskipun banyak kerjaan hati tetap stabil. Bila diisi dengan berdzikir dan bacaan Al Qur'an dibaca dalam bentuk hafalan, maka hati pun menjadi adem dan pekerjaan pun menjadi ringan.
Wallahu a'lam
0️⃣2️⃣ Mila ~ Tegal
Ustadz, bagaimana tips mengajak teman kita atau keluarga kita agar mau rutin membaca Al Quran ya?
🔷Jawab:
Dengan membuka pengajian di rumah teman yang diajak. Sebab rumah akan menjadi nikmat dan berkah diisi dengan adanya kalam suci Ilahi.
Bila sudah kuat dapat diajak ke tempat pengajian pada umumnya. Yuk kita kaji agar kokoh hatinya.
🌷Ustadz, kalau kita bantu dengan memutarkan murotal Al Qur'an apakah juga bisa mencegah hati berkarat?
🔷Memutarkan murotal Al-Qur'an hanya sedikit memulihkan hati, tetapi akan menjadi nikmat dibacakan langsung maupun dibaca olehnya.
Wallahu a'lam
0️⃣3️⃣ Yulya Syuhada ~ Jambi
Bagaimana cara memperbaiki hati yang susah untuk menerima nasihat?
🔷Jawab:
Nasihat hanya dapat diterima bila hatinya ikhlas menerima kebenaran yang hakiki dengan rutin membaca ayat suci Al Qur'an dan menjaga ibadahnya beserta amal shalih.
Ciri-ciri hati yang berkarat akan pulih bila awalnya terasa panas. Membaca Al Qur'an dengan ikhlas, maka hati pun menjadi pulih dan nikmat menjalani kehidupan. Berjalannya waktu hidup menjadi normal.
🌷Wah saya berkarat ini berarti.
🔷Akan pulih bila ayat suci Al Qur'an dibaca rutin secara ikhlas.
🌷Jadi walau ikhlasnya 1-2 ayat tetap akan memberi efek pada hati ya Ustadz?
🔷Tentu akan berefek pada hati meskipun dibaca secara rutin hanya 1-2 ayat secara ikhlas, ketenangan pun akan hadir.
🌷Alhamdulillah, jadi memang harus dipaksa untuk baca Al Qur'an ya ustadz.
🔷Tentu, sebab obat hati yang manjur hanya lewat ayat suci Al Qur'an.
🌷Iya benar sekali ustadz. Mila juga rasanya kalau lagi kesel dan baca Al Quran jadi lebih adem hatinya.
Tapi ya godaannya begitu suka lalai karena urusan dunia.
🔷Ya, urusan dunia menjadi ringan bila selalu rutin membaca ayat suci Al Qur'an jiwa dan hati pun menjadi adem.
Wallahu a'lam
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘
Berkarat hati menjadi i'tibar untuk menjadikan diri agar selalu berada dalam naungan ridho Ilahi. Akan pulih hati dengan ikhlas secara rutin membaca ayat suci Al-Qur'an.
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar