Senin, 29 Juli 2019
HAKIKAT ISTIQOMAH
OLeH: Bunda Halimah
💘M a T e R i💘
🌷HAKIKAT ISTIQOMAH
Setiap muslim yang telah berikrar bahwa Allah Rabbnya, Islam agamanya dan Muhammad rasulnya, harus senantiasa memahami arti ikrar ini dan mampu merealisasikan nilai-nilainya dalam realitas kehidupannya. Setiap dimensi kehidupannya harus terwarnai dengan nilai-nilai tersebut baik dalam kondisi aman maupun terancam.
Namun dalam realitas kehidupan dan fenomena umat, kita menyadari bahwa tidak setiap orang yang memiliki pemahaman yang baik tentang Islam mampu mengimplementasikan dalam seluruh sisi-sisi kehidupannya. Dan orang yang mampu mengimplementasikannya belum tentu bisa bertahan sesuai yang diharapkan Islam, yaitu komitmen dan istiqomah dalam memegang ajarannya dalam sepanjang perjalanan hidupnya.
Maka istiqomah dalam memegang tali Islam merupakan kewajiban asasi dan sebuah keniscayaan bagi hamba-hamba Alloh ﷻ yang menginginkan husnul khatimah dan harapan-harapan surga-Nya. Rasulullah ﷺ bersabda:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Berlaku moderatlah dan beristiqamah, ketahuilah sesungguhnya tidak ada seorang pun dari kalian yang selamat dengan amalnya. Mereka bertanya, “Dan juga kamu Ya … Rasulullah, Beliau bersabda, “Dan juga aku (tidak selamat juga) hanya saja Alloh ﷻ telah meliputiku dengan rahmat dan anugerah-Nya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
Istiqamah bukan hanya diperintahkan kepada manusia biasa saja, akan tetapi istiqamah ini juga diperintahkan kepada manusia-manusia besar sepanjang sejarah peradaban dunia, yaitu para Nabi dan Rasul. Perhatikan ayat berikut ini;
“Maka tetaplah (istiqamahlah) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Hud: 112)
Istiqamah adalah anonim dari thughyan (penyimpangan atau melampaui batas). Ia bisa berarti berdiri tegak di suatu tempat tanpa pernah bergeser, karena akar kata istiqamah dari kata “qaama” yang berarti berdiri.
Secara etimologi, istiqamah berarti tegak lurus. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, istiqamah diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen.
Secara terminologi, istiqamah bisa diartikan dengan beberapa pengertian berikut ini;
Abu Bakar As-Shiddiq ra ketika ditanya tentang istiqamah ia menjawab bahwa istiqamah adalah kemurnian tauhid (tidak boleh menyekutukan Allah dengan apa dan siapa pun).
Umar bin Khattab ra berkata, “Istiqamah adalah komitmen terhadap perintah dan larangan dan tidak boleh menipu sebagaimana tipuan musang.”
Utsman bin Affan ra berkata, “Istiqamah adalah mengikhlaskan amal kepada Allah Taala.”
Ali bin Abu Thalib ra berkata, “Istiqamah adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban.”
Al-Hasan berkata, “Istiqamah adalah melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.”
Mujahid berkata, “Istiqamah adalah komitmen terhadap syahadat tauhid sampai bertemu dengan Allah Taala.”
Ibnu Taimiah berkata, “Mereka beristiqamah dalam mencintai dan beribadah kepada-Nya tanpa menoleh kiri kanan.”
Jadi muslim yang beristiqamah adalah muslim yang selalu mempertahankan keimanan dan akidahnya dalam situasi dan kondisi apapun.
Ia bak batu karang yang tegar menghadapi gempuran ombak-ombak yang datang silih berganti. Ia tidak mudah loyo atau mengalami futur dan degradasi dalam perjalanan dakwah.
Ia senantiasa sabar dalam menghadapi seluruh godaan dalam medan dakwah yang diembannya. Meskipun tahapan dakwah dan tokoh sentralnya mengalami perubahan. Itulah manusia muslim yang sesungguhnya, selalu istiqamah dalam sepanjang jalan dan di seluruh tahapan-tahapan dakwah.
Dalilnya apa saja?
🌸DALIL-DALIL DAN DASAR ISTIQOMAH
Dalam Alquran dan Sunnah Rasulullah ﷺ banyak sekali ayat dan hadits yang berkaitan dengan masalah istiqamah di antaranya adalah;
“Maka tetaplah (istiqamahlah) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. 11:112).
Ayat ini mengisyaratkan kepada kita bahwa Rasullah dan orang-orang yang bertaubat bersamanya harus beristiqomah sebagaimana yang telah diperintahkan. Istiqomah dalam mabda (dasar atau awal pemberangkatan), minhaj dan hadaf (tujuan) yang digariskan dan tidak boleh menyimpang dari perintah-perintah illahiah.
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu."
“Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. 41: 30-32).
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan." (QS. 46:13-14)
Rasulullah ﷺ bersabda, “Berlaku moderatlah dan beristiqomah, ketahuilah sesungguhnya tidak ada seorangpun dari kalian yang selamat dengan amalnya. Mereka bertanya, “Dan juga Anda Ya … Rasulullah, Beliau bersabda, “Dan juga aku (tidak selamat juga) hanya saja Allah swt telah meliputiku dengan rahmat dan anugerahNya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Selain ayat-ayat dan beberapa hadits di atas, ada beberapa pernyataan ulama tentang urgensi istiqamah sebagaimana berikut;
Sebagian orang-orang arif berkata, “Jadilah kamu orang yang memiliki istiqomah, tidak menjadi orang yang mencari karomah. Karena sesungguhnya dirimu bergerak untuk mencari karomah sementara Robbmu menuntutmu untuk beristiqomah.”
Faktor-faktor apa saja yang melahirkan istiqomah?
🌸FAKTOR-FAKTOR YANG MELAHIRKAN ISTIQOMAH
Ibnu Qayyim dalam “Madaarijus Salikiin” menjelaskan bahwa ada enam faktor yang mampu melahirkan istiqomah dalam jiwa seseorang sebagaimana berikut;
▪BERAMAL DAN MELAKUKAN OPTIMALISASI
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu dan (begitu pula) dalam (Al Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”
▪BERLAKU MODERAT ANTARA TINDAKAN MELAMPUI BATAS DAN MENYIA-NYIAKAN
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS. 25:67)
Dari Abdullah bin Amru, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Setiap amal memiliki puncaknya dan setiap puncak pasti mengalami kefuturan (keloyoan). Maka barang siapa yang pada masa futurnya (kembali) kepada sunnahku, maka ia beruntung dan barang siapa yang pada masa futurnya (kembali) kepada selain itu, maka berarti ia telah celaka.” (HR Imam Ahmad dari sahabat Anshar)
▪TIDAK MELAMPUI BATAS YANG TELAH DIGARISKAN ILMU PENGETAHUANNYA
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung jawaban.” (QS. 17:36)
▪TIDAK MENYANDARKAN PADA FAKTOR KONTEMPORAL, MELAINKAN BERSANDAR PADA SESUATU YANG JELAS.
IKHLAS
“Padahal mereka tidak disuruh melainkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. 98:5)
▪MENGIKUTI SUNNAH
Rasulullah ﷺ bersabda, “Siapa diantara kalian yang masih hidup sesudahku maka dia pasti akan melihat perbedaan yang keras, maka hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para Khalifah Rasyidin (yang lurus), gigitlah ia dengan gigi taringmu.” (Abu Daud dari Al-Irbadl bin Sariah)
Imam Sufyan berkata, “Tidak diterima suatu perkataan kecuali bila ia disertai amal, dan tidaklah lurus perkataan dan amal kecuali dengan niat, dan tidaklah lurus perkataan, amal dan niat kecuali bila sesuai dengan sunnah.”
▪DAMPAK POSITIF DAN BUAH ISTIQOMAH
Manusia muslim yang beristiqomah dan yang selalu berkomitmen dengan nilai-nilai kebenaran Islam dalam seluruh aspek hidupnya akan merasakan dampaknya yang positif dan buahnya yang lezat sepanjang hidupnya.
Adapun dampak dan buah istiqomah sebagai berikut:
🔷Keberanian (Syaja’ah)
Muslim yang selalu istiqomah dalam hidupnya ia akan memiliki keberanian yang luar biasa. Ia tidak akan gentar menghadapi segala rintangan dakwah. Ia tidak akan pernah menjadi seorang pengecut dan pengkhianat dalam hutan belantara perjuangan. Selain itu jugaberbeda dengan orang yang di dalam hatinya ada penyakit nifaq yang senantiasa menimbulkan kegamangan dalam melangkah dan kekuatiran serta ketakutan dalam menghadapi rintangan-rintangan dakwah.
Perhatikan firman Allah Taala dalam surat Al-Maidah ayat 52 di bawah ini;
“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata, “Kami takut akan mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.”
Dan kita bisa melihat kembali keberanian para sahabat dan para kader dakwah dalam hal ini;
Ketika Rasulullah ﷺ menawarkan pedang kepada para sahabat dalam perang Uhud, seketika Abu Dujanah berkata, “Aku yang akan memenuhi haknya, kemudian membawa pedang itu dan menebaskan ke kepala orang-orang musyrik.” (HR Muslim)
🔷Ithmi’nan (ketenangan)
Keimanan seorang muslim yang telah sampai pada tangga kesempurnaan akan melahirkan tsabat dan istiqomah dalam medan perjuangan. Tsabat dan istiqomah sendiri akan melahirkan ketenangan, kedamaian dan kebahagian. Meskipun ia melalui rintangan dakwah yang panjang, melewati jalan terjal perjuangan dan menapak tilas lika-liku belantara hutan perjuangan. Karena ia yakin bahwa inilah jalan yang pernah ditempuh oleh hamba-hamba Alloh ﷻ yang agung yaitu para Nabi, Rasul, generasi terbaik setelahnya dan generasi yang bertekad membawa obor estafet dakwahnya. Perhatikan firman Alloh ﷻ di bawah ini;
“Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (QS. 3:146)
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. 6:82)
🔹Tafa’ul (optimis)
Keistiqomahan yang dimiliki seorang muslim juga melahirkan sikap optimis. Ia jauh dari sikap pesimis dalam menjalani dan mengarungi lautan kehidupan. Ia senantiasa tidak pernah merasa lelah dan gelisah yang akhirnya melahirkan frustasi dalam menjalani kehidupannya. Kefuturan yang mencoba mengusik jiwa, kegalauan yang ingin mencabik jiwa mutmainnahnya dan kegelisahan yang menghantui benaknya akan terobati dengan keyakinannya kepada kehendak dan putusan-putusan illahiah. Hal ini sebagaimana yang diisyaratkan oleh beberapa ayat di bawah ini;
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya."
"Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. 57: 22-23)
Maka dengan tiga buah istiqamah ini, seorang muslim akan selalu mendapatkan kemenangan dan merasakan kebahagiaan, baik yang ada di dunia maupun yang dijanjikan nanti di akherat kelak. Perhatikan ayat di bawah ini;
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. 41: 30-32)
Semoga kita semua selalu istiqomah dalam menjalankan perintah Alloh ﷻ, dan menjalankan kehidupan yang islami.
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘TaNYa JaWaB💘
0⃣1⃣ Atin ~ Pekalongan
Bunda, mohon dijelaskan kalimat, 1. berlakulah moderat antara tindakan melampaui batas dan Menyia-nyiakan. dan kalimat 2. Tidak menyandarkan pada faktor kontemporal, melainkan bersandar pada sesuatu yang jelas.
🌸Jawab :
1. Hal yang mengharuskan seseorang memutuskan dan bertindak melampaui batas dalam agama.
√ Penyebab pertama yang umum terjadi adalah 'ashabiyah (fanatisme) terhadap madzhabnya, sehingga sulit diterima kebenaran dari orang lain. Fanatisme terhadap madzhab bahkan dapat menggelincirkan seseorang sehingga membenci apa pun yang berubah menjadi “pendiri” madzhab.
√ Sebab kedua adalah golongan, kelompok, organisasi & sejenisnya sehingga Setiap-tiap berbangga dengan kelompoknya (كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ). Organisasi, kelompok, lembaga dan sejenisnya yang terwakili oleh kata hizb adakalanya didirikan atas dasar madzhab, kepentingan dan lainnya. Namun 'ashabiyah terhadap kelompok yang bisa menjadikan seseorang menentang pendapat yang haq.
√ Sebab ketiga adalah 'ashabiyah terhadap suku, bangsa, ras atau daerah. Setiap kebaikan dinisbahkan pada sukunya. Suku lain buruk. Buruknya seseorang atau satu orang pada satu suku menjadi penguat untuk menggeneralisasi keburukan melekat pada suku itu
√ Sebab Empat adalah hawa nafsu, kepentingan pribadi, kecenderungan pribadi yang sangat kuat. Ia mencari dalil yang mencocoki meski tak cocok. Kecenderungan akan lebih buruk lagi jika ia senantiasa percaya baik dan jauh dari kesalahan. Ia tidak berhasil perbaiki diri. Inia menyebabkan seseorang sulit membedakan antara ujian dan jeweran.
Jadi jika kita berpegang pada suatu mazhab jangan menjadikan diri kita berlebihan dalam berpegang mazhab sehingga tidak menerima yang lain.
2. Karena merasa hidup di masa modern sehingga bersandar pada kontemporal dan tidak bersandar yang jelas contoh masa warisan.
Jadi mereka berpegang pada hukum waris modern dimana antara anak laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama sehingga meninggalkan hukum waris sesuai syariat Islam karena mereka berpikir adanya emansipasi dalam kehidupan ini.
0⃣2⃣ Setyaning ~ Karanganyar
Saya pernah mendengar bahwa orang yang selalu istiqomah bisa mendapatkan karomah. Maksudnya karomah itu apa bund?
Terima kasih.
🌸Jawab:
Karomah adalah suatu yang menyalahi adat, dimana Alloh ﷻ berikan kepada wali (kekasih) untuk menguatkan, membantu dan menetapkan baginya atau menolong agama. Selesai dari ‘Majmu Fatawa wa Rasail Sykeh Ibnu Utsaimin, (8/626).
Maksudnya ini adalah bahwa Alloh ﷻ terkadang membuat sesuatu yang berbeda dengan kebiasaan diantara hamba yang sholeh. Karena ada keperluan hal itu. Seperti dalam kondisi terjepit, kemudian Alloh ﷻ hilangkan dengan sesuatu yang tidak biasa. Atau untuk menunjukkan dalil akan kebenaran agama Islam dan mengalahkan syubhat musuh-musuhnya. Karomah terkadang dengan ilmu yang belum pernah terjadi atau sudah terjadi akan tetapi tidak diketahui apa yang dikabarkan. Meskipun begitu, bukan berarti orang sholeh ini (wali) mempunyai ilmu goib. Akan tetapi ilmu dari Allah ta’ala, dimana Alloh ﷻ memberikan ilham kepadanya dengan mimpi yang benar atau ilham atau firasat keimanan. Diantara hal itu apa yang diriwayatkan Aisyah radhiallahu anha sesungguhnya Abu Bakar radhiallahu anhu memberitahukan kepadanya bahwa janin yang dikandungan istrinya adalah perempuan. Hal itu disebutkan orang yang mewarisinya untuk Aisyah waktu dipembaringan kematian. Seraya mengatakan, “Sesungguhnya keduanya adalah saudara laki-laki dan saudara perempuanmu. Maka bagilah sesuai dengan Kitab Alloh ﷻ. maka Aisyah mengatakan, “Wahai ayahandaku, sesungguhnya ia adalah Asma’ siapakah yang lainnya? Maka beliau mengatakan, “Ada dalam perut Binti Khorijah. Saya melihatnya wanita." (HR. Malik di Muwato’).
Bukan semua yang nampak menyalahi adat dari salah seorang hamba termasuk karomah dari Alloh ﷻ untuk hamba itu.
Maka karomah ada tandanya yang menunjukkannya diantara yang terpenting adalah:
1. Karomah dari Alloh ﷻ bukan dari perilaku seorang hamba. Maka Alloh ﷻ menjadikan berlainan dengan adat bagi orang yang dikehendaki dan kapanpun dikehendaki. Maka pemilik karomah tidak dapat mengaku dirinya yang membuat beda dengan adat. Kalau dia ingin dan kapanpun diinginkannya. Karena wali Alloh ﷻ yang benar itu menyakini dengan keyakinan pasti bahwa ciptaan dan urusan itu semua di tangan Allah Ta’ala saja.
Allah ta’ala berfirman:
( أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ ) الأعراف / 54
“Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-A’raf: 54)
2. Karomah tidak mungkin menyalahi hukum agama.
Contohnya: Orang yang tidak pernah shalat jamaah dan dia mengaku berkumpul dengan apa yang mereka namakan orang-orang goib dan menunaikan shalat berjamaah. Ini menyalahi agama. Karena orang muslim diperintahkan secara agama menghadiri shalat jamaah di masjid dan tidak boleh meninggallkannya kecuali ada uzur.
3. Yang berlainan adat termasuk karomah kalau terjadi pada seseorang dikenal ketakwaan dan kebaikan. Karena karomah diberikan kepada orang mukmin kekasih (wali) Alloh ﷻ. sementara kekasih Alloh ﷻ penampilan dasarnya adalah keimanan dan ketakwaan. Allah Ta’ala berfirman,
( أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ، الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ) يونس / 62 – 63
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (QS. Yunus: 62-63)
Yang diminta dari karomah adalah membenarkan jenisnya. Maka kita membenarkan akan keberadaannya secara global. Sementara karomah kepada orang tertentu atau pengakuannya karomah kabar dari sebagian apa yang akan terjadi masa depan.
Maka tidak wajib seorangpun untuk mempercayainya. Karena kita tidak memutuskan ia adalah karomah dan ilham dari Alloh ﷻ. ada kemungkinan ia Cuma sekedar perkiraan saja. Bisa benar dan salah.
0⃣3⃣ Lisa ~ Malang
Afwan Bunda,
Menjalani keistiqomahan sangatlah berat, seperti berperang melawan hawa nafsu, terus menerus menekan sifat-sifat penyakit hati, Bunda.
Namun terkadang syetan laknatullah suka mengganggu manusia yang berusaha menuju jalan kebaikan.
Saat manusia ini futur Bunda, apakah motivasi yang harus dilakukan supaya bisa menjaga istiqomah sampai akhir nafas ini?
Apakah Kita harus memaksa diri bahwa panasnya api neraka menjadi pecutan motivasi paling efektif?
Jazakillah khayiran Bunda.
🌸Jawab:
Bagaimana bisa nabi Muhammad melihat dalam mengatasi futur (turun) iman, jadi kita juga perlu mencontohnya jika menggunakan futur iman? Beberapa hal perlu dilaporkan di sini:
1. Nabi Muhammad melihat pernah futur, namun beliau cepat bangkit dari futurnya. Dalam surat Al Baqaroh ayat 214, Alloh ﷻ berfirman:
“Apakah kamu mengira kamu akan masuk syurga, padahal belum datang menerimaamu (cobaan) meminta orang-orang yang memulai sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan lalu, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasulullah dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sungguh pertolongan Allah itu sangat dekat.”
Tingkat futur Rasulullah ﷺ dan para sahabat sampai mempertanyakan datangnya pertolongan Alloh ﷻ yang tidak kunjung datang. Lalu Alloh ﷻ menjawab pertolongan Alloh ﷻ itu pasti datang, jadi jawaban Alloh ﷻ ini membangkitkan kembali semangatnya untuk berjuang.
2. Jika futur, Nabi Muhammad mengubah banyak beribadah. Bukan sebaliknya malah meninggalkan ibadah seperti yang dilakukan sebagian besar muslimin saat ini. Menurut sebagian besar ulama, jika mencoba menyelesaikan kehidupan yang meluaskan semangatnya (futur), nabi Muhammad melihat sulit memperbanyak tilawah Al Qur'an dan sholat sunnah.
Meskipun begitu seringnya, Nabi Muhammad melihat sholat, jadi dia akan sholat sunnah jika ada kesempatan (dinamakan sholat sunnah Mutlaq). Dia juga banyak membaca berdo'a jika mencoba menyelesaikan dalam transisi. Salah satu doa beliau mendukung dalam surah Al Baqaroh ayat 214 di atas.
3. Nabi Muhammad melihat futur karena beliau asyik berda'wah. Orang yang sibuk dan rutin berda'wah juga akan sibuk dan rutin menasehati diri sendiri. Nasehat adalah cara untuk menghindari futur. Jika kita jarang futur, maka kita akan lebih maju dan maju dibandingkan orang yang lebih sering maju dan lemah semangat. Oleh sebab itu, Alloh ﷻ menyebut ciri umat Islam terbaik dengan “banyak menasehati (amar ma'ruf nahi mungkar).”
“Kamu adalah umat yang terbaik bagi manusia, menyuruh orang yang ma'ruf, dan memilih dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. 3: 110).
Jadi jika kita ingin terhindar dari futur, aktiflah berda'wah atau hiduplah dalam lingkungan da'wah (lingkungan yang banyak menasehati satu sama lain). Jangan menyendiri dan jangan bergairah dengan lingkungan yang induvidualistis dan hedonis.
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘
Kita sebagai manusia harus selalu istiqomah dalam menjalankan syariat islam agar kita memperoleh buah dari istiqomah dan dampak positifnya bagi diri kita. Sebagaimana firman Alloh ﷻ,
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu."
“Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. 41: 30-32)
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar