Senin, 16 Juli 2018
KEMATIAAN PASTI MENGHAMPIRI
OLeh : Ibu Irnawati Syamsuir Koto
💎M a T e R i💎
Kematian tidak bisa dihindari, tidak mungkin ada yang bisa lari darinya.
✔Tidak mungkin seorang pun lari dari kematian …
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Jumu’ah: 8).
✔Kematian tidak bisa dihindari …
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh" (QS. An Nisa’: 78).
✔Tidak ada manusia yang kekal abadi …
وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَ
“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad).” (QS. Al Anbiya’: 34).
✔Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian …
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185).
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksud dengan ayat-ayat di atas adalah setiap orang pasti akan merasakan kematian. Tidak ada seseorang yang bisa selamat dari kematian, baik ia berusaha lari darinya ataukah tidak. Karena setiap orang sudah punya ajal yang pasti.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 3: 163).
🌸🌷🌸
Sahabat-Sahabat ku...
Muda maupun tua tidak ada yang tahu kapan ajal akan datang. Sesaat yang lalu, mungkin kita masih melihat saudara atau sahabat kita sehat bugar, ia pun masih muda dan kuat. Namun, saat ini ternyata ia telah pergi meninggalkan kita. Dan kita pun juga tidak tahu kapan kita akan dijemput untuk dikembalikan kepada-Nya.
Sehat dan sakit pun tidak luput dari kematian, Sehat bukan jaminan untuk terus hidup dan sakitpun bukan syarat izrail datang memanggil...
Hakikat atau realita seperti inilah yang harus dicamkan dalam setiap hati, realita bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara, terbatas waktunya lalu semuanya akan pasti berakhir.
Orang yang sholih dan jahat pasti akan mati.
Orang yang berjihad dijalan Allah dan yang tidak pasti akan mati.
Orang yang menyibukkan diri dengan aqidah dan yang menjadi budak manusia juga mati.
Para pemberani yang tak pernah gentar pasti mati.
Para penakut yang bercita-cita hidup seribu tahun lagi juga akan dikubur karena mati.
Orang-orang yang punya angan-angan tinggi dan rendah akan mati.
Pencinta dunia yang hidup mengabdi padanya juga akan mati, semuanya pasti mati.
Setiap jiwa pasti akan menelan hakikat yang pahit ini, meninggalkan dunia yang fana. Tidak ada perbedaan antara satu jiwa dengan jiwa yang lain dalam menenggak gelas kematian yang berputar kepada setiap orang.
Perbedaan hanya satu yaitu kemana dia akan kembali ke Surga atau Neraka
Tidak ada yang mengetahui kematian seseorang atau diri sendiri. Karena hal tersebut adalah rahasia Allah. Jikalau kematian datang menjemput, kita juga tidak bisa mengadakan negoisasi dengan malaikat Izrail. Kita tidak bisa merayu malaikat untuk mengundur waktu kematian sedetik pun.
Sebab, Allah telah berfirman:
… إِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ فَلَا يَسْتَـْٔخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
"… Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya)." (QS. Yunus: 49)
Apabila ajal telah datang, kita tidak bisa mengakhirkan (mengundur, tawar menawar dengan malaikat) waktu sesaat dan juga tidak bisa mengajukan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dia telah menetapkan kematian pada setiap makhluk-Nya, maka bagaimanapun usaha manusia melawan, menghalangi atau menghindar dari kematian, kematian itu tetap akan menyusulnya.
Dari Abdullah radhiyallahu 'anhu, dia berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membuat garis segi empat, dan Beliau membuat garis di tengahnya keluar darinya. Beliau membuat garis-garis kecil kepada garis yang ada di tengah ini dari sampingnya yang berada di tengah. Beliau bersabda, "Ini manusia, dan ini ajal yang mengelilinginya, atau telah mengelilinginya. Yang keluar ini adalah angan-angannya. Dan garis-garis kecil ini adalah musibah-musibah. Jika ini luput darinya, ini pasti mengenainya. Jika ini luput darinya, ini pasti mengenainya."" (HR. Bukhari)
Kematian adalah terlepas dan terpisahnya ruh dari jasad, serta berpindahnya makhluk dari satu alam ke alam yang lain.
Dengan kematian akan keringlah catatan amal dan tertutupnya pintu taubat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَالَمْ يُغَرْغِرْ
Artinya, “Sesungguhnya Allah akan menerima taubat seorang hamba sebelum nyawanya sampai ketenggorokan.”
Sesungguhnya kematian akan datang tanpa diragukan lagi, maka siapakah yang dapat menolak kematian itu?, siapakah yang akan menolak kejadian didalam kubur?, dan siapa pulakah yang dapat mendahulukan atau mengundur kematiannya barang sejengkalpun?, tetapi mengapa manusia mengingkarinya atau bahkan ia menjadi takabbur dengan apa yang telah ia usahakan di dunia yang fana ini?, padahal nanti mereka akan dimakan oleh cacing-cacing tanah yang menjijikkan, kelabang, rayap dan ular, kenapa mereka membangkang padahal mereka akan kembali menjadi tanah dan mengapa juga mereka merasa ragu, berpura-pura dan lalai padahal mereka semua tahu bahwa kematian akan datang dengan tiba-tiba.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَجَآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَاكُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ
Artinya, “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari dari padanya.” (QS. Qaaf: 19)
Betapa banyak berita kematian yang sampai di telinga kita, mungkin mengkabarkan bahwa tetangga kita, kerabat kita, saudara kita atau teman kita telah meninggal dunia, menghadap Allah Ta’ala. Akan tetapi betapa sedikit dari diri kita yang mampu mengambil pelajaran dari kenyataan tersebut. Saudaraku, kita tidak memungkiri bahwa datangnya kematian itu adalah pasti. Tidak ada manusia yang hidup abadi. Realita telah membuktikannya.
Dan hari ini saya pribadi tersentak kaget menerima kabar meninggalnya pasangan suami istri yang masih ada hubungan kerabat dengan saya , Istri meninggal 3 hari kemarin, dan hari ini suami menyusul tadi pagi.
Kematian itu milik setiap manusia. Semuanya akan menjumpai kematian pada saatnya. Entah di belahan bumi manakah manusia itu berada, entah bagaimanapun keadaanya, laki-laki atau perempuan kah, kaya atau miskin kah, tua atau muda kah, semuanya akan mati jika sudah tiba saatnya.
Silakan berlindung di tempat manapun, tempat yang sekiranya adalah tempat paling aman menjadi persembunyian. Mungkin kita bisa lari dari kejaran musuh, selamat dari kejaran binatang buas, lolos dari kepungan bencana alam. Namun, kematian itu tetap akan menjemput diri kita, jika Allah Ta’ala sudah menetapkan.
Kematian adalah sebuah janji yang pasti. Dan, pasti akan terjadi karena ini adalah firman Illahi. Maka bersiap untuk mendapatinya adalah sebuah kewajiban, yang masih suka bermaksiat disana dan disini. Sungguh ajal akan segera menanti meski lari hingga ujung negeri ini.
Kematian manusia sudah Allah Ta’ala tetapkan atas setiap hamba-Nya sejak awal penciptaan manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya proses penciptaan manusia di dalam perut ibu, berlangsung selama 40 hari dalam bentuk air mani, kemudian menjadi segumpal darah yang menggantung selama 40 hari, kemudian menjadi segumpal daging selama 40 hari juga. Kemudian Allah mengutus seorang malaikat untuk meniupkan ruh pada janin tersebut, dan diperintahkan untuk mencatat empat ketetapan : rezekinya, kematiannya, amalannya, dan akhir kehidupannya, menjadi orang bahagia ataukah orang yang celaka….” (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah Ta’ala telah berfirman,
“Sesungguhnya di sisi Allah sajalah pengetahuan tentang (kapankah) datangnya hari kiamat, dan Dia-lah yang menurunkan air hujan, dan Dia lah yang mengetahui tentang apa yang ada di dalam rahim, dan tidak ada seorang pun yang mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dia kerjakan esok hari, dan tidak ada seorang pun yang mengetahui di bumi manakah dia akan mati..” (QS. Luqman : 34)
Saudaraku, jika kita tidak tahu di bumi manakah kita akan mati,
Di waktu kapan kah kita akan meninggal,
Dan dengan cara apakah kita akan mengakhiri kehidupan dunia ini, masihkah kita merasa aman dari intaian kematian…?
Siapa yang bisa menjamin bahwa kita bisa menghirup segarnya udara pagi esok hari…?
Siapa yang bisa menjamin kita bisa tertawa esok hari…?
Atau…. siapa tahu sebentar lagi giliran kematian kita wahai Saudaraku…
Hari ini kita berada diatas tanah,
Bisa jadi besok kita telah berada dibawah tanah,
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎TaNYa JaWaB💎
0⃣1⃣ Lia
Maksud dari hadist diatas apa ya umm...
Tentang "...garis segi empat, dan beliau membuat garis ditengahnya keluar darinya. Beliau membuat garis-garis kecil kepada garis yang ada ditengah ini dari sampingnya yang berada ditengah. Beliau bersabda "ini manusia dan ini ajalnya yang mengelilingi atau telah mengelilinginya. Yang keluar angan-angannya,, dan garis-garis kecil ini musibah,, jika ini luput dari nya, ini pasti mengenainya." (HR. Bukhari)
Maksudnya luput ini yang belum faham?
Afwan umm...
🌷Jawab:
Disana Rasulullah membuat gambaran tentang manusia dan ajal, satu garis akan bisa di ibaratkan penyebab tercabutnya nyawa seseorang, jika satu garis tidak mengenai (Luput) maka garis yang lain yang akan mengenainya. Jadi tidak bisa menghindar sama sekali karena kita telah dikelilingi oleh garis ajal tersebut.
Wallahu a'lam.
0⃣2⃣ Ridha
Semoga ustazah sehat selalu.
Bagaimana hakikat umur seseorang hidup di dunia ustadzah?
Karna pernah baca.. Bertaqwa Silaturahim. Sadaqah bisa memperpanjang umur.
Tolong penjelasannya ustadzah.
Jazakillah khair katsiran
🌷Jawab:
Aamiin.... Doa yang sama juga untuk Rid dan keluarga.
Dalam hal ini, saya coba meringkaskan saja, karena kalau dijelaskan secara urai akan sangat panjang, karena adanya perbedaan cara pandang ulama, kita bisa merujuk kepada penjelasan para ulama, yang mana ulama sendiri berbeda-beda penjelasannya, sebagian membagi dua hakikat Umur tersebut : Pertama penambahan secara hakiki yaitu secara hitungan yang telah Allah tetapkan, semisal jika Allah telah menetapkan umur manusia 100 th , jika dia memutus silaturahmi maka Allah dengan Hak dan kuasaNya mengurangi jatah hidup si manusia tersebut. Kedua penambahan dalam artian keberkahan dari umur manusia tersebut, dihitung usianya yang dia pakai didalam keta'atan kepada Allah Azza Wajalla, memperpanjang jatah nya dalam mengejar kemanfaatan waktu dan mengejar waktu waktu yang di istimewakan oleh Allah Azza Wajalla. Bisa juga hal ini diartikan dengan memberi hidayah kepada seorang hamba dengan segera hingga dia bisa memanfaatkan usianya didalam penghambaan kepada Allah, beda dengan manusia yang pelit, dan suka memutuskan silaturahmi, maka hatinya akan jauh dari Allah dan jauh dari hidayah Allah, hingga usianya terbuang sia-sia. Dan pendeklah umurnya yang bermanfaat.
Orang-orang yang berbuat baik akan selalu dikenang oleh saudaranya yang lain, seseorang yang bersedakah maka sedekahnya akan mengalir terus selama apa yang disedekahkannya tersebut bermanfaat bagi orang lain. Misal, sedekah makanan, makanan tersebut akan menjadi darah daging, maka selama orang itu hidup maka amalan baiknya tetap akan mengalir kepada yang memberi sedekah, dan tidak akan terputus.
Wallahu a'lam
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎
Saudariku yang dicintai Allah....
Yakin... dan Pasti.....
Kita akan mengalami Sakarat yang akan mengantar kita kepada kematian.
Bayangkan... dikala tubuh ini tidak lagi mampu bergerak, mata ini sudah tak bisa lagi melihat dan hari itu buku amalan kita ditutup menunggu penghitungan.
Hari itu ratap tangis kita dalam pertaubatan tidak ada artinya lagi, yang tersisa hanya penyesalan belaka...
Lembaran hidup baru didalam keabadian segera akan kita mulai selangkah demi selangkah dan jalannya hanya ada dua menuju Surga atau menuju Neraka. Tidak ada jalan lain. Tiada lagi berlaku pepatah tidak satu jalan ke roma.
Dan pilihan itu ada dikita saat ini, hari ini, detik ini.
Pergunakanlah waktu yang ada saat ini, jangan tunggu hari esok karena belum tentu itu milik kita.
Demikian saja dari saya malam ini, mohon maaf jika ada kata yang salah.
Wallahu a'lam
Wassalamua'laikum wr.wb.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar