OLeh : Ustadz Satria Ibnu Abiy
بـــســم الـلّٰـــه الرحــمــن الرحــيــم
الــسلام علــيكم ورحمة الله وبركاته

و من كان يؤمن بالله و اليوم الآخر... فليقل خيرا او ليصمت (رواه البخاري و مسلم)






Akhowati fillah... Rohimany wa RohimakunnAllah...

1. Pembicaraan yang memiliki landasan ilmu, bukan kedustaan,
2. Pembicaraan dalam rangka dakwah,
3. Pembicaraan dalam rangka memberi nasehat,
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب
Kalau memang kita belum bisa berbicara dalam 3 kondisi di atas, maka Nabi ﷺ menganjurkan kepada kita untuk lebih memilih DIAM...

Sampai di sini bisa dipahami yach...???






Bahkan terkadang bahasa tulisan itu jauh lebih jujur dan "berani" ketimbang bahasa lisan.
Makanya jangan heran, kalau di media sosial dia tampak aktif & ramah serta akrab.
Tapi di dunia nyata, dia adalah seseorang yang pendiam dan susah berbicara.




الكتابة تنزل منزلة القول
*Tulisan itu memiliki STATUS HUKUM YANG SAMA dengan perkataan*
Jadi perintah untuk menahan lisan di dalam dunia media sosial, maksudnya kita juga harus *menahan jari kita* dari menuliskan sesuatu yang tidak baik.
Ketika RasuluLlah ﷺ mengatakan kepada Abu Dzar رضي الله عنه
كف عليك هذا
_Tahanlah ini_ (sambil memegang mulut beliau ﷺ
Maka Abu Dzar keheranan
Lalu Abu Dzar bertanya,
يا نبي الله... وانا لمؤاخذون بما نتكلم به؟
_Wahai Nabi Allah ﷻ, apakah kita akan disiksa lantaran apa yang kita ucapkan (bicarakan)?_
Dengan tegas Nabi ﷺ menjawab keheranan tersebut,
و هل يكب الناس في النار على وجوههم الا حصائد السنتهم؟
_bukankah manusia itu *DITELUNGKUPKAN* wajahnya di dalam NERAKA karena hasad yang sering terlontar dari lisan lisan mereka?_
اعذنا الله من ذلك
اعذنا الله من ذلك
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب
Saya rasa materinya cukup dulu,,
Semoga bermanfaat
Akhukum fillah,
Semoga bermanfaat
Akhukum fillah,













Assalamualaikum warahmatullah...
ustadz bagimana kalau di media sosial kita mengajak untuk berbuat baik, misalnya mengajak puasa dan sholat sunnah bareng.
Apakah itu dapat mengurangi pahala kita karena diketahui oleh banyak orang...?
Soalnya perspektif setiap orang beda usat, ada yang mengganggapnya itu pamer dan lain-lain, padahal niat kita itu baik.
Mohon penjelasannya usat, syukron


وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Dikembalikan ke niat si pengajaknya mbak,
انما الاعمال بانيات، و انما لكل مرىء ما نوى
_setiap dari amalan itu bergantung kepada niatnya, dan setiap sesuatu itu seperti apa yang diniatkan_
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب


Assalamu'allaikum ..
Kalau terlontar kata-kata dalam konteks bercanda hukumnya apakah juga sama...?

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Jika memang tidak ada yang tersinggung atau tidak ada yang merasa dilecehkan kehormatannya, juga tidak mengandung kebohongan, maka dibolehkan,
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب


Bismillah,
Ustadz mohon berkenan menjawab.
1. Bagaimana cara melatih diri agar bisa berhati-hati dalam menuliskan status di sosial media...?
2. Dulu saya sering sekali update status jika sedang kesal.
Contohnya sedang diperjalanan saya dihadapkan dengan situasi macet.
Lalu saya latah menulis status "Maceeeetttt" apakah itu merupakan hal yang akan dipertanggung jawabkan kelak...?
Contohnya sedang diperjalanan saya dihadapkan dengan situasi macet.
Lalu saya latah menulis status "Maceeeetttt" apakah itu merupakan hal yang akan dipertanggung jawabkan kelak...?
3. Adakah kiat-kiat agar bisa menahan diri untuk tidak berbicara/menulis yang kurang bermanfaat?
Jazakillah Ustadz
Mohon maaf lahir bathin.
Jazakillah Ustadz
Mohon maaf lahir bathin.

Kalau saya tanya,
Kira-kira bagaimana perasaan ibu @Oom saat bertemu orang yang sering curhat atau sering ngobrol (banyak bicara yang tidak bermanfaat)...?


Assalamu'alaikum..
Kalau nulis status dan chat berarti hukumnya juga sama akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak.. Pertanyaan saya,kalau share bagaimana ustadz apa hukumnya sama, apa kita juga akan dimintai pertanggung jawabannya...?
Jazakallah ustadz.

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Sama,
Oleh karenanya, hati-hati ketika menshare sesuatu, khususnya yang terkait masalah kehormatan seseorang,
Oleh karenanya, hati-hati ketika menshare sesuatu, khususnya yang terkait masalah kehormatan seseorang,
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب


Assalamuallaikum ustadz..
Kalau kita mau menyampaikan hal yang benar menurut Al-Qur'an dan Hadist kepada orang yang lebih tua dari kita tetapi orang tersebut tidak menerima yang kita sampaikan bahkan sampai membenci kita padahal kita sudah menyampaikan secara halus...
Nah bagaimana sih ustadz adab yang paling benar untuk menyampaikannya...?
Jazakallah khayran katsiiran..


وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Tugas kita cuma menyampaikan saja, maka jika sudah disampaikan tugas kita telah selesai.
Namun yang perlu dicatat dan diperhatikan :
1. Adab dalam memberi ilmu (nasehat), misalnya jangan memberi nasehat di depan khlayak ramai, atau jangan memberi nasehat saat ia sedang dalam keadaan marah besar, emosi level gubernur, jangan!!!
2. Gunakan kata-kata yang baik, dan sesuai dengan tingkatan pendengarnya. Jika ia orangg tua, maka gunakan bahasa yang sopan & tidak terkesan mengajari. Jika ia rekan sebaya, maka jangan memaksanya atau cepat memvonisnya. Jika ia anak kecil, maka tunjukkan rona wajah yang ramah & bahasa yang bisa dimengerti mereka.
3. Kita harus menjadi orang pertama yang melaksanakan nasehat yang akan kita berikan kepada orang lain. Sehingga mereka bisa melihat pengamalan nasehat tersebut dari dalam diri & kehidupan kita...
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب


Ustadz bagaimana sikap kita jika kita di katain" ini itu, dia bersikap begitu setelah saya tidak menerima calon yang dia jodohkan kepada saya. Saya pun menolaknya baik-baik, saya lebih memilih diam dan blokir wa dia, saya tidak bermaksud memutus tali silaturahmi hanya menghindari bertengkar.
Menurut ustadz, apakah sikap yang saya ambil salah...?

Kayaknya cuma masalah _cara komunikasinya_ yang harus diperbaiki.
Coba bu @iffah ajak beliau makan-makan, terus sampaikan alasan penolakannya kepada beliau, sehingga beliau tidak salah sangka, apalagi salah alamat
🙊

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب


Assalamualaikum ustadz
Saya mau bertanya gimana jika kita menasehati teman perempuan di media sosial jika bahasa vulgar dan tidak sopan. Dan dia tidak menerima nasihat kita,

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Bisa diajak ketemuan tidak temannya mbak?




Dengan tegas Nabi ﷺ menjawab keheranan tersebut,
و هل يكب الناس في النار على وجوههم الا حصائد السنتهم؟
_bukankah manusia itu *DITELUNGKUPKAN* wajahnya di dalam NERAKA karena hasad yang sering terlontar dari lisan lisan mereka?_
Yang dimaksud
ditelungkupkan di sini yang seperti apa ustadz...?
ditelungkupkan di sini yang seperti apa ustadz...?

Ditelungkupkan itu adalah salah satu bentuk adzab di dalam neraka,
Para penghuni neraka kelak akan dipanggang di atas wajah dan punggung mereka, sama seperti saat kita memanggang ikan di bara api, a'aadzanaLlahu min dzalik
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب


Ustadz apa bisa kesalahan dan kebiasaan dulu diganti. Dulu saya sering sekali menulis status galau dan kesal. Sekarang sudah tau itu tidak baik dan sekarang menulis status lebih ke mengajak semangat dan share artikel. Apakah nanti diakhirat juga dipertanggung jawabkan semua itu?
Satu lagi Ustadz, sedang ada problem dilingkungan kerja. Bagaiimana memberi tau seseorang kalau bukan hanya kita yang melakukan kesalahan karena dilakukan bersama?
Saya diam malah semakin sakit hati. Seharusnya bagaimana Ustadz Mohon penjelasannya.
Maaf kepanjangan dan agak curhat


1. Kesalahan di masa lalu itu in syaa Allah ﷻ bisa dihapuskan dengan cara merubah pola hidup & akhlak kita.
Juga memperbanyak amal sholih dan kebaikan, untuk menutupi hitamnya dosa di masa lalu.
2. Memberikan bayan (penjelasan) itu in syaa Allah ﷻ bisa menjadi sarana untuk menjelaskan perihal sesuatu yang masih tersamarkan bu. Dengan syarat kita harus jujur saat menjelaskannya
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب


Ustadz bagaimana kalau kita menuliskan perasaan atau uneg-uneg di status media sosial tapi dengan kalimat yang di samarkan. Mungkin orang lain akan menjadi menduga-duga tapi tidak pasti. Tujuannya sekedar mengeluarkan penat di hati....Apakah ini berdosa...?

Kalau malah mendatangkan praduga (zhon) dari orang lain, sebaiknya jangan ditulis bu...
Lebih baik dicurahkan ke Allah ﷻ saja, atau cukup ditulis di diary kita,
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب


Ustadz, bagimana kalau ada si A obrolan di grup WA dengan obrolan nya menyakitkan bagi si B? Terus akhirnya terjadi peregangan (tidak seakrab dulu obrolannya) Tapi yang si A mengatakan bahwa orangnya seperti itu karena ada kesalahan kepada si B.
Apa salah si B?
Kata maaf sudah terucap walau lewat chat tapi si B masih merasa di sakiti.
Terjadi mis komunikasi sampai sekarang.

Yang begini seharusnya diselesaikan dengan silaturahmi bu, yakni datang ke rumahnya,
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب


Bagaimana hukumnya membuat status tentang dakwah / Firman Allah dalam Al-Quran !!
Kita hanya tau terjemahannya tapi belum paham tentang tafshirnya...?
Mohon bimbingannya ustadz .
Jazakallah khoir,,
Jazakallah khoir,,

Sangat bagus, sebagai tadzkiroh (pengingat) untuk orang yang membacanya
Mudah-mudahan dengan sering update status ayat Al Qur"an, paling tidak kita jadi semakin rajin membaca terjemahan Al Qur"annya.


Assalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh
Izin bertanya ustadz
Jika di media sosial ada status teman yang menyindir dan bahkan menyebut nama kita, bolehkah kita marah dan minta pertanggung jawaban atas apa yang sdah dia tulis!!
Syukron

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Boleh, hanya saja sebaiknya dilakukan via jalur pribadi, jangan di khalayak umum,
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب


Ada teman si A dan B
Si A yang apa-apa selalu update status, apalagi kalau lagi kesal dan ketika lagi ada kesalahpahaman sama siapapun pasti update status dengan mengeluarkan uneg-uneg baik samar-samar ataupun terang-terangan kadang dengan istilah tapi istilahnya itu jelas-jelas bikin nyindir, dan satu dua tiga kali dibiarkan dan si B dengan maksud untuk memberitahu buatlah status dengan maksud sama-sama saling muhasabah.
Terkadang juga sudah dikasi tahu lewat WA agar tidak mudah buat status yang sebentar-sebentar mengeluarkan uneg-uneg yang tidak baik.
Dan ternyata dibeberapa kesempatan ternyata si B di unfriend oleh si A.
Itu bagaimana yach ustadz...
Bagaiman cara menyikapinya?
Bagaiman cara menyikapinya?
Bisakah dibilang memutuskan hubungan silaturahmi walaupun di dunia maya dan apa perlu si B, menanyakan perihal unfriend itu?
Karena sebenarnya si B juga tidak mau ini terjadi.
Mohon penjelasannya...
Karena sebenarnya si B juga tidak mau ini terjadi.
Mohon penjelasannya...

Ini juga kalau bisa diselesaikan dengan silaturahmi langsung bu,
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب


Jika kita meneruskan/copy paste suatu hadist namun kita tidak mengecek tentang kesahihannya apakah akan menjadi dosa bagi kita? Terimakasih sebelumnya ustadz,,

Ini adalah perkara yang besar...
Bahkan kalau tidak hati-hati & tidak dicamkan, diancam oleh RasuluLlah ﷺ sebagai seorang *PENDUSTA*
Sehingga, berhati-hati adalah jalan yang harus senantiasa kita ambil...
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب


Bagaimana cara menghadapi orang yang baperan di sosial media gimann yach ustadz...?
karena orang yang baperan ini agaknya lebih sensitif

Syukron ustadz
😊


Dinikahkan saja bu



Assalamualaikum...
Ustadz, Kalau kita punya account fb, karena beberapa hal jadi akunnya di non aktifkan, akibatnya banyak yang bilang sombong, apa dengan menonaktifkan akun fb termasuk memutus tali silaturrahim karena saya malas untuk membuat akun baru....

وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Kalau memang pengin berhenti karena lelah, in syaa Allah ﷻ _no father_ menonaktifkan akun FB nya.


Ustadz... bahasa lisan kita tertuang dalam bahasa tulis
Lebih tajam bisa jadi,
Lalu ustadz,
Kalau ada teman yang bahasa yang *haluuuuuus tapi nginterventif bahkan prokokatif* tapi di kemas haluuuss banget.
Bikin kita seram kalau di teruskan berteman dengan beliau, ngeri. *Kebaikan itu menular begitupun keburukan*. Boleh tidak kita sangat sangat mengurangi hubungan dengan beliau (berat karena posisi partner dakwah online

Sejauh mana kita boleh meng-cut tali ini


Boleh



وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب











Bertaqwalah kepada Allah ﷻ di dalam setiap apa yang tergerak di dalam hati kita
Takutlah kepada Allah ﷻ disaat kita ingin menuliskan apa yang dibisikkan oleh hati kita.
Karena hati kita itu biasanya dekat dengan nafsu, sedangkan nafsu itu dekat sekali dengan dosa & maksiat (kecuali mereka yang dirahmati Allah ﷻ)....
Oleh sebab itu, waspadalah selalu terhadap *DOSA DALAM DIAM*
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب
Semoga bermanfaat
Akhukum fiLlah,
Akhukum fiLlah,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar