OLeH: Ustadz H. Tri Satya Hadi
•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•
🌸 NASIHAT TENTANG PERGAULAN
Dalam tulisan sebelumnya, bagaimana kita bisa Istiqamah dalam kebaikan dan ketaatan di zaman penuh fitnah ini salah satunya adalah seringnya kita beriteraksi dengan teman-teman dekat yang baik dan salih karena hanya teman-teman yang salih dan bijak yang bisa mengingatkan dan menasihati agar kita bisa konsisten dalam keimanan dan istiqamah dalam amal kebaikan. Firman Allah ﷻ:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Alloh ﷻ, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur).” (QS. At-Taubah:119)
Selayaknya kita bisa berkumpul dengan mereka, berinteraksi aktif dalam komunitas-komunitas yang baik. Cari mereka dalam kegiatan pengajian atau taklim di masjid, dalam organisasi-organisasi Islam, kelompok-kelompok kajian ilmiah baik tergabung dalam grup online (medsos) ataupun offline. Silaturahmi dengan mereka, diharapkan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan aktifitas pekanan kita.
Mencari teman dekat yang baik janganlah berdasarkan kepentingan sesaat, tetapi demi kebaikan (maslahat) bersama yang abadi, maslahat di dunia, terlebih maslahat di akhirat. Rasulullah ﷺ bersabda:
”Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat untuk menyalakan api (pandai besi). Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang buruk.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam Kitab Qutul Qulub Fii Muamalatil Mahbub, Khalifah Umar bin Khattab berkata, “Tidaklah seseorang diberikan kenikmatan setelah Islam, yang lebih baik daripada kenikmatan memiliki saudara (semuslim) yang saleh. Apabila engkau dapati salah seorang sahabat yang saleh maka peganglah erat-erat.” [1]
Ibrahim al-Khawwash rahimahullah berkata, “Penawar hati itu ada lima yaitu membaca al-Qur’an dengan tadabbur (perenungan), kosongnya perut (dengan puasa), qiyamul lail (sholat malam), berdoa di waktu sahar (waktu akhir malam sebelum Shubuh), dan duduk bersama orang-orang shalih.” [2]
Seorang Ulama Salaf menyatakan, "Saudaramu yang selalu mengingatkanmu kepada Alloh ﷻ, membertahukan aib-aibmu itu lebih baik bagimu daripada yang menaruh beberapa uang dinar di tanganmu."
Memilih teman-teman yang baik untuk keselamatan kita menjadi hal yang utama dalam pergaulan, namun bukan berarti kita tidak boleh berteman dengan orang lain misalnya non muslim, di lingkungan kita, di kantor, bertetangga sepanjang dalam hubungan muamalah, pekerjaan, sosial, atau kemasyarakatan itu dibolehkan dan bahkan dengan wasilah (melalui) hal tersebut bisa menjadi sebaik baik manusia dengan balasan pahala yang besar.
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (Hadits Riwayat ath-Thabrani)
Memilih teman disini artinya sebagai teman dekat (karib) yang dapat membawa kita ke maslahat bukan ke kemaksiatan (mudarat). Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Seseorang itu mengikuti din (agama, tabiat, akhlak) kawan dekatnya. Oleh karena itu, hendaknya seseorang di antara kalian memperhatikan siapa yang dia jadikan teman dekat.” (HR. Abu Dawud)
Lantas siapa teman-teman yang salih lagi bijak yang dengannya kita bisa menjadi pribadi yang baik dan bisa istiqamah dalam kebaikan dan ketakwaan.
🔸1. Teman Yang Mengajak Kita Ke “Surga”
Diriwayatkan bahwa apabila penghuni surga telah masuk ke dalam surga, lalu mereka tidak menemukan sabahat-sahabat yang selalu bersama mereka dahulu di dunia, maka bertanyalah mereka tentang sahabat-sahabat itu kepada Allah ﷻ."Ya Rabb, kami tidak melihat teman-teman kami yang sewaktu di dunia salat bersama dengan kami, puasa bersama kami dan berjuang bersama kami. "Maka Alloh ﷻ berfirman, "Pergilah ke neraka, lalu keluarkan sahabat-sahabatmu yang di hatinya ada iman walaupun hanya sebesar zarah." (HR. Ibnul Mubarak, dalam kitab Az Zuhd).
Teman yang selalu menyeru untuk mengingat kepada Alloh ﷻ. Firman Allah ﷻ: “Dan bersabarlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi dan di senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi: 28)
Sementara Imam Syafi'i berkata, "Jika engkau punya teman yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Alloh ﷻ, maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskan. Karena mencari teman baik itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali."
Al Hasan Al Bashri berkata, "Perbanyaklah sahabat-sahabat mukminmu, karena mereka memiliki syafaat pada hari kiamat."
Sementara Ibnul Jauzi pernah berpesan kepada sahabat-sahabatnya sambil menangis, "Jika kalian tidak menemukan aku di surga bersama kalian, maka tolonglah bertanya kepada Alloh ﷻ tentang aku, 'Wahai Rabb kami, hamba-Mu fulan sewaktu di dunia selalu mengingatkan kami tentang Engkau. Maka masukanlah dia bersama kami di surga-Mu."
🔸2. Ulama, Tokoh Dan Orang-Orang Bijak
Syekh Nawawi al-Bantani dalam Kitab Nashaihul ‘Ibad didalamnya menulis hadis yang diriwayatkan ath-Thabrani dari Abu Hanifah disebutkan:
“Bergaullah bersama para tokoh dan bertanyalah kepada ulama serta bersahabatlah dengan orang-orang bijak."
Dalam riwayat lain disebutkan, "Bergaullah dengan para ulama, bersahabatlah dengan orang-orang bijak, dan bersahabatlah dengan para tokoh.”
Mereka adalah orang-orang yang dapat memberikan ketenangan batin karena akhlaknya dengan nasihat-nasihat pengingat kebaikan bahkan tatapan serta senyumannya bisa memberikan rasa bahagia.
Dikisahkan bahwa Imam as-Suhrawardi pernah berkeliling disekitar Masjid al-Khaif, Mina, sambil menatap wajah setiap orang yang ditemuinya. Dia ditanya tentang sikapnya itu. Dia pun menjawab, "Sesungguhnya, Allah ﷻ memiliki hamba-hamba yang apabila mereka memandang orang lain, mereka dapat memberikan rasa bahagia." Bahkan, terkadang kerlingan mata mereka lebih bermanfaat dari ucapannya.
Syekh Nawawi al-Bantani menuliskan lagi dalam kitab tersebut, ulama itu terdiri atas tiga golongan:
1) Ulama yang menguasai hukum-hukum Allah ﷻ.
Ulama kategori ini adalah mereka yang banyak mengeluarkan fatwa terkait dengan masalah hukum.
2) Ulama yang menguasai ilmu tentang Dzat Allah ﷻ (ilmu makrifat).
Mereka kerap disebut hukama, yaitu orang-orang alim yang serius pada upaya perbaikan akhlak, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Hati mereka selalu bersinar oleh makrifatullah dan jiwa mereka tercerahkan oleh keagungan sifat Allah ﷻ.
3) Ulama yang menguasai dua hal di atas, biasa disebut juga dengan al-kubara.
Mereka adalah ahli ibadah dan selalu berbuat hal terpuji demi kepentingan makhluk Alloh ﷻ. Salah satu cirinya adalah, lirikannya lebih memberi manfaat daripada ucapannya. Sesungguhnya, bergaul dengan mereka para ahlullah (orang yang dekat dengan Alloh ﷻ) itu mampu membentuk keluhuran jiwa.
Jangan tinggalkan mereka karena Nabi ﷺ bersabda, "Akan datang suatu masa, saat itu umatku lari dari para ulama dan fuqaha, lalu Alloh ﷻ akan menimpakan kepada mereka cobaan berupa tiga macam musibah yaitu: Pertama, Alloh ﷻ akan mencabut keberkahan rezeki mereka. Kedua, Alloh ﷻ akan angkat penguasa dzalim untuk mereka. Ketiga, mereka akan keluar dari kehidupan dunia (meninggal) tanpa membawa iman.” [3]. Naudzubillah.
Termasuk nikmat Allah ﷻ yang paling besar, ketika kita dibimbing-Nya untuk berteman dengan orang-orang salih. Tentu sebaliknya, termasuk hukuman dari Allah ﷻ adalah menjadikan orang-orang yang buruk sebagai teman karib.
Berteman dengan orang-orang salih akan membersihkan hati, menghasilkan ilmu-ilmu yang bermanfaat, akhlak-akhlak yang mulia, dan amal-amal yang salih baik amal-amal pribadi atau bersama (amal jama’i). Sedangkan berkawan dengan orang-orang yang buruk akan menghalangi semua itu. Allah ﷻ berfirman:
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang dzalim menggigit dua tangannya (yakni: sangat menyesal), seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul.” Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si Fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur'an ketika Al Qur'an itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.” (QS. Al-Furqan: 27-29)
Semoga kita bisa berteman dan bergaul dengan orang-orang yang salih yang bisa mengantarkan kelak ke Surga-Nya. Aamiin.
Wallahu a’lam bishawab
-TS Hadi-
Pekanbaru, 26 Juli 2022
Maraji’:
[1] Kitab Qutul Qulub Fii Muamalatil Mahbub, 2/17.
[2] Al-Adzkar karya Al-Imam an-Nawawi, hal. 107; Tahqiq: Syu’aib al-Arnauth.
[3] Nashaihul ‘Ibad karya Syekh Nawawi Al-Batani, hal. 15; Turos Khazanah Pustaka Islam.
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
0️⃣1️⃣ iiN ~ Boyolali
Ustadz, ada tidak ya batasan, saat kita tahu teman kita memanfaatkan kita?
Apakah kita tetap diam atau bagaimana, Ustadz, sikap kita?
🌸Jawab:
Tentu ada, bahkan kalau itu mengarah lebih besar mudaratnya dari manfaatnya kita ingatkan dan tetap jaga silaturahim. Baiknya sementara waktu jika tetap demikian, dengan cara santun seperlunya saja jika ingin berkomunikasi dengan dia.
Wallahu a’lam bishawab
🔹Baik, jazakumullah khayr ustadz.
Ustadz, terkadang kita sudah berusaha mengingatkan secara santun, tapi juga kurang bisa diterima, setelahnya berarti kita langsung menjaga jarak saja ya, Ustadz.
Jazakallah khoir, Ustadz Tri Satya atas pengingatnya.
InsyaAllah menjadi amal jariyah yang terus mengalir ya, Tadz. Aamiin
0️⃣2️⃣ Cucu Cudliah ~ Tasikmalaya
Ustadz, kalau kita sudah tahu bahwa teman kita itu ambisi jabatan dan cara apapun dilakukan.
Apakah saya harus terus bersamanya atau mengambil jarak.
🌸Jawab:
Pastikan info yang kita dapatkan valid dan benar, jaga jarak langkah terakhir. Jika memungkinkan dengan cara santun mengingatkan baik langsung atau melalui orang lain yang dia hormati. Silaturahim tetap dijaga dan doakan ia.
Wallahu a’lam bishawab
0️⃣3️⃣ Evi ~ Jakarta
Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh
1. Sebagai emak-emak dengan anak-anak yang masih sekolah, saya kadang suka ķebawa teman yang masih suka ngajak nongkrong haha hihi dan membicarakan orang lain. Lalu bagaimana sikap kita menolak ajakan mereka supaya tidak melukai atau membuat mereka tersinggung?
2. Apa saja yang harus kita lakukan supaya kita bisa mendapatkan teman atau sahabat yang membawa kita ke surga Alloh ﷻ minimal mengingatkan kita kepada kebaikan?
Terima kasih
🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh
1. Dengan cara yang baik mengingatkan tentang bahaya ghibah atau dengan bahasa santun mengajak diskusi topik yang lain, dibolehkan dengan mencari alasan agar bisa meninggalkan mereka. Tentunya dengan tetap mengedepankan akhlak.
2. InsyaAllah grup ini merupakan kumpulan orang-orang salih.
~ Mencari lingkungan yang baik untuk keluarga dan anak-anak.
~ Berinteraksi dengan teman-teman yang baik, melalui aktivitas ngaji bersama, ikut taklim bersama.
~ Buat proyek-proyek kebaikan dalam bentuk amal jama'i, baksos, santunan, dan seterusnya.
~ Berguru dan memperdalam ilmu agama dengan murobbi, ustadz, ulama-ulama yang faqih, yang dapat kita peroleh siapa mereka dari komunitas atau grup-grup orang-orang baik tersebut.
~ Silaturahim dengan teman kerabat dengan keteladanan dan akhlak yang baik.
~ Berdoa.
🔹Syukron jazakillah khoiron.
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
Kebaikan adalah tanaman yang paling berkah dan tabungan yang paling bermanfaat. Maja sempurnakanlah dengan tiga hal berikut:
[1] Segerakan menabung, mumpung masih ada kesempatan.
[2] Selalu menganggap sedikit amal yang dilakukan.
[3] Tutup dan simpanlah dengan baik, agar tidak hilang karena riya'.
(Ibnu 'Abbas, Unsul Majalis, hlm. 303)
Wallahu a’lam bishawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar