OLeH: Ustadz H. Farid Nu'man Hasan, S.S
•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•
💎 MANAJEMEN CINTA
Adakah manusia yang tidak memiliki cinta? Siapakah yang tidak pernah merasakan keindahan dan keajaiban pengaruhnya? Cinta … dia selalu ada selama kehidupan manusia, dan selalu bertolak belakang dengan benci.
Banyak ahli hikmah dan pujangga membicarakannya tetapi tetaplah mereka tidak mampu menyingkap; mengapa cinta begitu indah? Walau kadang dia mengerikan, namun lebih sering membawa senyuman dan rasa rindu ingin kembali merasakannya.
Bisakah cinta itu mengerikan? Ya! Ada manusia membunuh dirinya atau orang lain karena cinta, merampok karena cinta, bahkan perang antar suku dan negara. Bukan cinta yang salah, bukan cinta yang layak dijadikan terdakwa. Tetapi manusianya, apakah dia yang mengendalikan cinta atau cinta yang justru menguasai dirinya dan membuatnya buta serta pendek akal.
Bagi seorang beriman, kita memiliki pegangan dan pedoman dalam bercinta. Agar cinta itu tumbuh subur menjadi indah dan bernilai ibadah, bukan tumbuh subur liar dan jalang melahirkan dosa.
◾Macam-Macam Cinta
Islam mengakui adanya cinta dengan berbagai macamnya. Sebagiannya dipuji bahkan diwajibkan, sebagian lain adalah cinta terlarang.
✓ Pertama, Cinta Syar’i
Ini adalah cinta tertinggi dan mulia yang diperintahkan Allah ‘Azza wa Jalla terhadap hamba-hamba-Nya yang beriman, yaitu cinta kepada Alloh ﷻ dan syariatNya, Rasul-Nya dan sunahnya, mencintai Jihad di jalan-Nya, serta cinta kepada kebaikan dan pelaku kebaikan. Cinta terhadap mereka tidak boleh dikalahkan oleh yang lainnya.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah: "jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatir kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Alloh ﷻ dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Alloh ﷻ mendatangkan keputusan-Nya." Dan Alloh ﷻ tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." (QS. At Taubah: 24)
Inilah cinta mulia yang tidak tergantikan oleh lainnya. Tidak cukup hanya pengakuan di mulut tetapi tidak ada pembuktian. Bukanlah cinta kalimat manis di lisan, tetapi cinta adalah pembuktian dengan perbuatan. Mengaku cinta Allah Ta’ala tetapi sering melupakan-Nya, melanggar perintah-Nya, dan melakukan larangan-Nya. Mengaku cinta Rasul-Nya tetapi asing terhadap sunnahnya, tidak mengikuti petunjuknya, dan tidak ada gairah untuk membelanya ketika beliau dihina. Mengaku mencintai jihad dan merindukan mati sebagai syahid (martyr), tetapi tidak pernah mau tahu kondisi umat Islam dan tidak ada niat sama sekali membantu mereka.
Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah (hai Muhammad): "Jika kamu (benar-benar) mencintai Alloh ﷻ, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Alloh ﷻ mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Alloh ﷻ Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imran: 31)
Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
"Tidaklah kalian beriman sampai dia mencintai aku lebih dari pada cintanya kepada anaknya, orang tuanya, dan semua manusia." (HR. Muslim No. 44)
✓ Kedua, Cinta Thabi’i (natural)
Ini adalah cinta tingkatan kedua yaitu cinta yang secara alami ada dalam jiwa setiap manusia. Baik dia muslim atau bukan, perasaan ini ada pada siapa saja. Cinta ini tidak tercela karena memang Allah ‘Azza wa Jalla titipkan kepada hati manusia. Namun, cinta ini tidak boleh melebihi dan mengalahkan cinta syar’i. Di sisi lain, hendaknya kita sederhana terhadapnya tidak berlebihan, karena cinta ini hanya sesuatu yang boleh-boleh saja. Jika cinta ini telah melebihi cinta syar’i, lebih mementingkan ini dibanding Alloh ﷻ dan rasul-Nya, maka menjadi terlarang sebagaimana ayat di atas. Di sisi lain, cinta thabi’i tidaklah dipuji, sebab dia memiliki potensi melalaikan Alloh ﷻ dan rasul-Nya.
Contoh cinta ini adalah mencintai isteri, suami, anak, orang tua, saudara, kawan, pekerjaan, kekayaan, makanan, pakaian, tempat tinggal, tanah kelahiran, dan hal-hal yang alami ada di kehidupan manusia secara umum.
Adapun berbakti kepada kedua orang tua adalah wajib, menghormati saudara sesama muslim adalah wajib, bekerja mencari nafkah halal adalah wajib bagi laki-laki, namun kewajiban harus dilaksanakan baik dengan cinta atau tidak. Maka, mencintai orang tua, saudara, dan pekerjaan adalah hal lain. Sebab cinta atau tidak kita harus tetap menghormati mereka, dan tetap harus mencari nafkah.
Allah Ta’ala berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Alloh ﷻ-lah tempat kembali yang baik (surga)." (QS. Ali Imran: 14)
Tetapi, cinta thabi’i ini tidak boleh sama apalagi melebihi kadar cinta syar’i.
Allah Ta’ala berfirman:
قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak , saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Alloh ﷻ dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, Maka tunggulah sampai Alloh ﷻ mendatangkan keputusan-Nya dan Alloh ﷻ tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." (QS. At Taubah: 24)
✓ Ketiga, Cinta fasadi (merusak)
Ini adalah tingkatan terendah dari semuanya yakni mencintai kemaksiatan dan membanggakannya. Tidak malu berbuat buruk, berkata kotor, justru menjadi bagian hidupnya. Judi, mabuk, zina, mencuri, dan menjadi candu yang jika ditinggalkan dia merasa ‘kurang hidup’. Ini merupakan cinta yang rendah dan hina. Saat itu tidak ada bedanya manusia dengan hewan, bahkan lebih sesat lagi.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Alloh ﷻ) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Alloh ﷻ), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Alloh ﷻ). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS. Al A’raf : 179)
Nah, setelah kita mengetahui macam-macam cinta, kita dapat mengevaluasi diri; pada tingkatan mana cinta kita berada?
◾Tanda-Tanda Orang Jatuh Cinta (‘Alamatul Mahabbah)
Orang jatuh cinta, sama dengan orang jatuh sakit. Memiliki gejala dan tanda-tanda yang khusus. Orang jatuh cinta kepada apapun tidaklah akan keluar dari tanda-tanda berikut:
1. Banyak Mengingat Dan Menyebut Nama Yang Dicintai (Katsratudz Dzikri)
Setiap momen dan keadaan selalu disebut namanya.
2. Mengagumi Apa Yang Dilakukan Yang Dicintainya Itu (Al I’jab)
Apapun saja --walau buruk-- terasa indah.
3. Ridha Terhadap Apa Yang Diperbuatnya (Ar Ridha)
Dia tidak marah terhadap apa yang diperbuat oleh yang dicintainya itu, walau begitu menyakitkan. Apalagi sesuatu yang menyenangkan!
4. Memberikan Pengorbanan Untuknya (At Tadhhiyah)
Tidak ada cinta tanpa pengorbanan, bukan hanya uang, nyawa pun siap dikorbankan demi sang kekasih.
5. Takut (Al Khauf)
Bukan takut sebagaimana dengan hewan buas, tetapi takut jika dia beralih ke lain hati, takut dia pergi, takut dia sudah tidak cinta lagi.
6. Penuh Pengharapan (Ar Raja’)
Berharap agar bisa sehidup semati dan selalu ada di sampingnya baik sudah dan senang, dan tidak pernah berpisah.
7. Mentaatinya (Ath Thaa’ah)
Apa yang diinginkan sang kekasih akan dituruti walau pun sulit. Semua ini demi cinta!
Lihatlah tanda-tanda ini! Apakah ada dalam diri anda? Jika ada maka anda -diakui atau tidak- sedang mengalami jatuh cinta.
Masalahnya adalah kepada siapa cinta itu anda berikan?
Anda sedang mencintai Alloh ﷻ, Rasul, dan amal shalih, maka ciri dan tandanya sama dengan di atas.
Anda mencintai harta, tahta, dan wanita atau laki-laki, maka ciri dan tandanya sama dengan di atas.
Anda mencintai maksiat dan kejahatan, maka ciri dan tandanya sama dengan atas juga.
Semua pilihan ada di tangan anda dan kita semua, dan akibatnya pun akan kita terima masing-masing sebagai bentuk hak dari apa yang kita putuskan terhadap cinta.
Sesungguhnya dalam satu rongga dada hanya ada satu hati.
Dalam satu hati hanya ada satu cinta yang tinggi dan mulia.
Cinta itu hanya kepada Alloh ﷻ, Rasul, dan berjuang untuk agama-Nya.
Wallahu A'lam wa Lillahil 'Izzah
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
0️⃣1️⃣ Sasi ~ Balam
Bismillah...
Ustadz, dalam situasi bagaimana cinta kepada anak-anak itu dikatakan berlebihan ya, Ustadz?
Karena terkadang ada ketakutan bahwa cinta seorang ibu ini melebihi cinta kepada Alloh ﷻ dan menjadi rasa yang campur aduk sendiri. Padahal anak-anak memang ujian untuk orang tuanya ya, Ustadz.
Jazakallah khoiran.
🌸Jawab:
Bismillahirrahmanirrahim..
Batasan "berlebihan" adalah dikala mengorbankan hukum-hukum agama demi anak. Misal, rela melakukan yang haram untuk menyenangkan anak, atau saking cintanya sama anak, atau meninggalkan kewajiban agama untuk menyenangkan anak tanpa alasan.
Wallahu a’lam bishawab
🔹MasyaAllah, baik, Ustadz...
Terima kasih
🌸Sama-sama
0️⃣2️⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh
Ustadz, apakah benar jodoh kita sudah ditetapkan oleh Alloh ﷻ? Namun ada juga yang mengatakan jodoh harus diusahakan, mana yang benar? Jika memang kita harus mengusahakan, sampai batas mana yang diijinkan oleh syara’, apakah do’a kita saja sudah dikatakan sebagai usaha yang mencukupi?
🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh
Jodoh adalah takdir muallaq, yaitu ketentuan Alloh ﷻ yang di dalamnya ada usaha manusia juga. Sama seperti sehat, sakit, gemuk, kurus, sukses, gagal. Semuanya memang sudah ada takdirnya tapi juga ada sebab rasionalnya.
Do'a yang tulus dan tidak bosan-bosan dan usaha yang halal.
Wallahu a’lam bishawab
🔹Jazakallah khairan Ustadz.
0️⃣3️⃣ Sasi ~ Balam
Bismillah...
Ijin bertanya lagi, Ustadz.
Ini sangat sering terjadi ya, Ustadz.
Afwan, sebenarnya makna atau hikmah apa yang ingin Alloh ﷻ sampaikan kepada seorang hamba ketika ditempatkan di situasi mencintai pada seseorang yang belum halal?
Katanya, cinta itu fitrah, tapi terkadang susah atau berat untuk membendung semua rasa itu kan, Ustadz. Lalu bagaimana dengan hal ini?
Jazakallah khoiran
🌸Jawab:
Bismillahirrahmanirrahim..
Sekedar cinta dan suka, dengan sebab yang layak, itu wajar dan alami.
Tidak wajarnya jika sampai muncul TINDAKAN atau dampak yang salah, seperti:
~ Berkhayal, angan-angan.
~ Bikin tidak fokus ngapa-ngapain.
~ Mengorbankan kewajiban (baik kewajiban kepada Alloh ﷻ dan manusia).
~ Bikin komitmen yang hanya PHP.
~ Tidak tahan untuk berjumpa, disinilah setan mulai bermain.
Jika sedang suka atau cinta, maka istikharah kepada Alloh ﷻ, minta yang terbaik, minta jalan terbaik, dan jika memang dia jodohnya InsyaAllah akan ada jalan.
Wallahu a’lam bishawab
🔹Inilah, Ustadz, yang sering terjadi.
Sebenarnya bagaimana adab dari laki-laki jika tidak mau melanjutkan ke taraf nikah?
Entah bagaimana di sisi si laki-laki tentang yang terjadi dibaliknya.
Apakah ahsan atau diperbolehkan jika menghilang begitu saja tanpa pernyataan mundur atau semacamnya, Ustadz?
🌸Berarti memang sebatas itu saja, dan jangan berharap lebih. Jangan sempitkan dunia dengan bergantung kepada satu orang. Bisa jadi Allah Ta'ala mencegah dia dari kehidupan kita, karena ada yang lain yang lebih baik.
Wallahu a’lam bishawab
0️⃣4️⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh
Ustadz, kenapa ada kecenderungan tertarik kepada lawan jenis, tetapi nyatanya belum siap menikah. Bagaimana memanajemennya, Ustadz?
🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh
Ketertarikan itu normal dan modal, bersyukurlah karena masih normal. Tinggal dirawat saja agar tetap koridor syariat.
Adapun persiapan nikah, asalkan:
~ Fisik siap (siap beban-beban standar dalam rumah tangga, siap melahirkan, dan ini Bernilai jihad).
~ Mental siapkan, siap menghadapi dan mentaati "suami" karena tadinya dia orang lain yang hadir dalam kehidupan seorang wanita, siap dengan keluarga besar masing-masing, siap menghadapi permasalahan umumnya rumah tangga, dan lain-lain.
~ Keuangan, walau ini lebih pada kaum laki-laki, tapi wanita juga penting, sebagai antisipasi jika suami wafat muda.
Semua ini sebenarnya bisa diatasi dengan Bismillah, majulah bersama Alloh ﷻ, sebab pernikahan dan permasalahannya bisa dijalankan dan dihadapi dengan merasakannya, bukan dengan mempelajari text book-nya.
Wallahu a’lam bishawab
🔹Jazakallah khairan Ustadz.
0️⃣5️⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh
Sejauh mana, Ustadz, proses ta’aruf yang Islami, sehingga kita terhindar dari fitnah dan zina mata atau hati?
Btw, banyak juga remaja sekarang, mengatasnamakan ta'aruf Islami tapi masih saja ketemu dan berduaan.
🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh
Sebenarnya tidak ada aturan baku, intisarinya adalah jangan pacaran.
~ Tukeran data, atau paling tidak adanya informasi yang jujur, termasuk lihat foto.
~ Adanya mediator yang juga jujur.
~ Jika sudah sama-sama sepakat ingin melanjutkan maka silahkan saling bertemu untuk ta'aruf.
~ Ketika ta'aruf, ditemani mediator baik guru, atau kawan yang bisa dipercaya.
~ Ketika ta'aruf masing-masing menceritakan tentang dirinya, kehidupannya, kebiasaannya, kurang lebihnya, penyakitnya, keluarganya, dan lain-lain, selengkapnya. Setelah itu silahkan saling tanya jawab.
~ Selesai ketemuan, masih boleh menimbang-nimbang lagi lanjut atau tidak, sebab ta'aruf itu masih penjajakan. Maka disarankan ketika ketemuan hati masih kosong, jangan ada perasaan apa-apa dulu khawatir jika ditolak akan sangat kecewa.
~ Jika sepakat lanjut, maka lanjutkan dengan ikhwannya silaturrahim ke rumah akhwatnya menghadap orang tua akhwatnya. Ini juga bisa sebagai keseriusan dan keberanian ikhwannya. Peran mediator hanya sampai di sini.
~ Setelah itu, barulah ikhwannya ajak keluarganya untuk berkunjung, kenalan antar keluarga.
~ Kemudian silahkan tentukan kapan khitbah.
~ Ketika khitbah, ikhwannya boleh melihat akhwatnya dan sebaliknya, agar tumbuh rasa tertarik dan bisa langgeng. Sebenarnya sebelumnya pun mereka sudah boleh melihat, tapi sekedar tahu. Ketika di khitbah, akhwatnya boleh rapi-rapi. Sebagaimana dulu shahabiyah ada yang melakukannya.
~ Khitbah jangan dulu disiarkan, kecuali ke keluarga besar saja.
~ Khitbah juga menentukan tanggal pernikahan.
~ Jeda antara waktu khitbah ke akad nikah, ini biasanya masa-masa mulai tumbuhnya cinta. Maka hati-hati, jaga diri, biasanya sudah tidak sabar.
~ Mereka boleh saja ngobrol untuk persiapan teknis pernikahan, tapi belum boleh "sayang-sayangan" apalagi di WA, sebab belum legal. Ibarat transaksi beli rumah, ini baru booking fee.
~ Dan seterusnya sampai akad nikah dan resepsi.
Wallahu a’lam bishawab
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
Allah Ta'ala menciptakan manusia satu dada, dengan satu hati, agar di dalamnya ada satu cinta tertinggi: Alloh ﷻ, Rasul, dan Jihad. Di atasnya lah kita hidup dan mati.
Wallahu a’lam bishawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar