OLeH: Bunda Rizki Ika Sahana
•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•
💎 PEMUDA DALAM JERATAN INDUSTRI KAPITALISTIK
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Bagaimana kabarnya teman-teman dan ibu-ibu shalihah? Semoga senantiasa dalam lindungan Yang Maha Agung, selalu diberikan kesehatan dan limpahan rezeki yang baik.
Besok hut RI sudah siap lomba?
Hehee, intermezo yaa, teman-teman. Karena kalau dipikir secara mendalam hakikatnya kita belumlah merdeka.
Kita masih menghadapi penjajahan non fisik, dan ini justru lebih berbahaya dibanding penjajahan yang kasat mata.
Sebagaimana tema yang hendak kita bahas malam ini.
Pemuda muslim masih menjadi pembebek terhadap semua pemikiran, standar dan arah peradaban Barat.
Dalam hal pembangunan negara, teori pembangunan kapitalisme yang mereka pelajari diberbagai jenjang pendidikan, menjadi acuan dan standar keberhasilan yang harus diikuti.
Teori-teori ekonomi kapitalisme membuat pemuda intelektual muslim tertipu dalam model pembangunan ala kapitalisme. Sehingga desain kapitalisme global untuk menjajah ekonomi dunia Islam tidak mereka sadari, justru dianggap sebagai tahapan untuk menjadi negara maju.
Unt menjajah dunia Islam, negara-negara kapitalis mendesain Globalisasi Ekonomi pasca perang dunia ke-2. Tonggak sejarah globalisasi ditancapkan tahun 1944, saat negeri-negeri muslim menjadi negara bekas jajahan Barat. Pada waktu itu dilaksanakan pertemuan di Bretton Woods, Amerika Serikat. Pertemuan ini dihadiri oleh negara-negara sekutu pemenang Perang Dunia II, yaitu Amerika Serikat, Inggris dan Prancis. Dalam pertemuan ini telah disepakati adanya keputusan-keputusan penting yang menandai proses globalisasi dunia dengan cara baru (baca: penjajahan gaya baru).
◾Keputusan-keputusan penting yang dihasilkan dalam pertemuan Bretton Woods antara lain:
🔹1. Pemberlakuan mata uang Dollar AS sebagai mata uang internasional untuk menggantikan mata uang emas dan perak (Dinar dan Dirham) yang dikeluarkan oleh Kekhilafahan Turki Utsmani.
🔹2. Pembentukan IMF yang berfungsi sebagai lembaga penjaga stabilitas moneter internasional.
🔹3. Pembentukan Bank Dunia (World Bank), yang berfungsi untuk memberi dana (hutang) guna membiayai proyek-proyek pembangunan negara-negara bekas jajahannya.
🔹4. Pencanangan GATT (General Agreement on Tarrif and Trade), yang berfungsi untuk mengatur lalu-lintas perdagangan internasional. (Tahun 1995 berubah menjadi WTO atau Organisasi Perdagangan Dunia).
Clear, kita bisa melihat bahwa sejak awal bergulirnya globalisasi, kondisi dunia Islam memang sudah terpuruk akibat penjajahan fisik. Berdalih pembangunan negara pasca kemerdekaan, dunia Islam terjebak dalam resep ekonomi hasil kesepakatan Bretton Woods. Mulai dari pinjaman utang ribawi sampai harus menghadapi pasar bebas atau liberalisasi ekonomi. Hal ini karena IMF dan Bank Dunia memberikan syarat kepada setiap negara peminjam (debitur) untuk membuka negaranya menjadi pasar bebas bagi perusahaan Multinasional (MNC) dan Perusahaan Transnasional (TNC).
Jadi sejak awal dunia Islam hanyalah target pasar bagi MNC dan TNC negara maju.
Tidak pelak, pemuda menjadi target paling empuk dari masifnya serangan produk industri MNC dan TNC terhadap negara berkembang. Mulai dari industri fashion, food, film, entertainment hingga digital. Celakanya, semua itu sepaket dengan nilai-nilai Barat yang berbasis sekuler, kebebasan, konsumerisme dan individualisme.
Serangan life style (gaya hidup) dan eksploitasi sumberdaya ekonomi Barat terhadap dunia Islam demikian nyata. Hukum Pasar Jean-Baptiste Say yang mengatakan penawaran menciptakan permintaan mendorong industri menjadi serakah untuk terus berproduksi siang maupun malam. Dibumbui iklan yang masif dalam seluruh bentuknya diberbagai media semakin menarik minat konsumen termasuk para pemuda. Dari sinilah bermula gaya hidup konsumerisme. Parahnya konsumerisme dijadikan sebagai indikator sukses bagi generasi muda.
Demi mengikuti gaya hidup, para pemuda kerap kali tidak berpikir rasional atas pendapatan yang mereka miliki. Maka tidak heran utang menjadi andalan untuk memaksakan gaya hidup.
Riset Share of Wallet yang dilakukan Kadence International-Indonesia pada 2013 menunjukkan, 28 persen masyarakat kelas menengah di Indonesia mengalami defisit penghasilan karena utang yang digunakan untuk konsumerisme. Begitu juga survei Credit Karma menemukan hampir 40 persen milenial menghabiskan uang yang tidak dimilikinya dan terlilit utang demi gaya hidup dan hubungan sosial. Rata-rata pengeluaran tersebut dihabiskan demi sebuah pengalaman, seperti berlibur, pesta, kehidupan malam, hingga pernikahan. Bahkan milenial rela berutang demi makanan, pakaian, alat elektronik, perhiasan dan mobil.
Pada 2015, Middle Class Institute (MCI), SWA dan Inventure menyelenggarakan Middle Class Consumer Survey. Dari survei tersebut diketahui bahwa sebanyak 77 persen peserta mengatakan pergi belanja ke mal adalah bentuk liburan dan belanja adalah salah satu kegiatan bersenang-senang yang paling disukai. Apalagi di zaman digitalisasi hari ini, hobi belanja semakin difasilitasi dengan model belanja online dan e_commerce. Sepaket dengan fasilitas pembayaran yang menggiurkan untuk terus belanja. Mulai dari dompet digital seperti Gopay, pinjol, COD sampai paylater.
Nah, konsumerisme inilah yang sengaja ditargetkan dan disenangi korporasi karena gaya hidup seperti ini akan semakin menambah kekayaan mereka.
Di sisi lain, sdm pemuda diperas habis-habisan energi dan potensinya untuk menggerakkan roda industri MNC dan TNC. Pandangan kapitalisme bahwa tenaga kerja adalah input produksi, sehingga berlaku hukum biaya sekecil mungkin menyebabkan gaji yang diterima pekerja pun hanya standar UMR. Kalaupun menurut mereka gaji tersebut besar, maka itu hanya sekedar mencukupi nafsu konsumerisme. Artinya, gaji yang mereka dapatkan dari jerih payah selama ini tetap akan kembali kepada korporasi (MNC dan TNC tadi).
Case contoh adalah perbandingan gaji di PT Freeport Indonesia antara gaji direksi dengan gaji enginer. Gaji direksi Rp. 5,6 Miliar per-bulan, sedangkan gaji enginer hanya kisaran 14 juta-15 juta per-bulan. Rasio perbandingannya antara direksi-pekerja 373 banding 1.
🌷Direksinya orang luar berarti ya, Nda?
🌸 Biasanya iya.
Ditambah, masifnya obsesi pemuda untuk menjadi selebgram, youtuber, tiktoker dimanfaatkan oleh korporasi untuk endorsement produk mereka. Industri memanfaatkan popularitas dan fanatisme untuk menciptakan kesadaran semu bahwa kebahagiaan dan kenyamanan mampu didapatkan dari produk-produk yang para mereka iklankan. Masyarakat dibujuk untuk membeli barang yang sesungguhnya tidak mereka butuhkan hanya demi kepuasan batin.
Dengan semua fakta di atas, semestinya kita segera menyadari bahwa potensi pemuda hari ini telah dibajak oleh industri kapitalisme yang serakah sekaligus merusak.
Maka secara personal kita harus tangguh menghadapi gelombang globalisasi yang luar biasa besar ini dengan tetap berpegang kepada ketaatan.
Selanjutnya, secara komunal kita berusaha menyuarakan, meng-viralkan, bahwa gaya hidup dan konsep industri kapitalisme yang membawa bencana ini harus segera diakhiri.
Bencana kemanusiaan dan bencana alam tidak terbendung sebab penerapan kapitalisme.
Bencana kemanusiaan diantaranya dapat kita lihat dari ketimpangan hidup masyarakat yang semakin lebar. Kekayaan orang-orang terkaya dunia telah mengalahkan pendapatan APBN negara berkembang dan negara miskin. Begitu juga ketimpangan dalam akses makanan. Sepertiga dari makanan yang diproduksi untuk konsumsi manusia di dunia dibuang sebagai sampah. Jumlahnya sekitar 1,3 milyar ton per tahun! Nilai dari sampah makanan (food losses) yang terbuang diperkiran USD 680 milyar untuk negara maju dan USD 310 milyar untuk negara berkembang (Amrita Energy, 2020). Hasil riset tersebut sungguh sangat ironis. Di satu sisi, banyak produk makanan yang terbuang percuma, sementara di sisi lain, banyak warga dunia yang menjerit kelaparan.
Bencana alam seperti kerusakan lingkungan, terjadi akibat kerakusan industri. Changing Markets Foundation yang dirilis pada Juni 2021 lalu misalnya, menemukan bahwa industri pakaian bertanggung jawab atas lebih dari 20 persen polusi air di dunia. Indonesia juga menghasilkan sekitar 2 juta ton limbah elektronik pada 2021, yang merupakan yang terbanyak di Asia Tenggara.
Ayo teman-teman semua, bersemangatlah 'berisik' di medsos untuk membongkar kebobrokan kapitalisme.
Lalu sampaikanlah bahwa Islam adalah satu-satunya solusi keluar dari bencana mematikan ini. Karena aturan Islam telah nyata membawa rahmat bagi manusia dan semesta.
Wallahu a’lam bishawab
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
0️⃣1️⃣ Kiki ~ Dumai
Bunda, bagaimana tipsnya agar bisa terhindar dari kapitalistik dan hal-hal di atas, Nda?
🔷 Jawab:
Menghindari semua yang kapitalistik sangat sulit bahkan mustahil kita lakukan. Secara personal mungkin kita bisa menghindari lifestyle yang dihasilkan oleh penerapan ekonomi kapitalisme, seperti menghindari konsumerisme, beli barang-barang sesuai kebutuhan saja, misalnya. Tapi secara sistemik kita akan terkungkung kehidupan yang serba kapitalistik dan dipaksa hidup menyesuaikan dengan itu meski iman kita menolaknya.
Kita dipaksa untuk mengambil riba ketika berhadapan dengan berbagai fasilitas pinjaman yang ditawarkan misalnya, kita dipaksa membayar pajak, kita dipaksa menjadi anggota jaminan sosial yang di sana juga ada mekanisme ribawi, kita terus menerus merasa was-was, insecure, ketika berhadapan dengan keluarga besar karena dianggap tidak sukses secara materi, kita tidak pernah merasa aman karena tingkat kriminalitas yang tinggi akibat jurang antara yang kaya dan yang miskin demikian lebar, kita khawatir sepanjang waktu menyaksikan anak-anak kita mengakses gadget karena di dalamnya banyak lifestyle Barat yang bertebaran, dan seterusnya.
Solusi tuntasnya, ya memang kita harus kembali kepada aturan Islam secara kaffah. Mengatur kehidupan ini dengan Islam di semua lini: ekonomi, politik, sosial, sehingga keberkahan bisa didapat denga sempurna, sekaligus kemudharatan dan bencana bisa dilenyapkan.
Nah, untuk mengembalikan kehidupan yang Islami sebagaimana yang pernah ada selama belasan abad (kekhilafahan), adalah dengan dakwah, yakni menyeru manusia kepada Islam. Seperti yang kita lakukan di forum-forum begini. Kita menyampaikan kerusakan sistem hari ini, dan mengajak kepada syariat Islam sebagai solusinya. Menyadarkan umat bahwa yang layak untuk diterapkan ya Islam saja. Niscaya manusia akan dimuliakan dan selamat dunia-akhirat.
Begitu yaa, Mb Kiki.
Wallahu a’lam bishawab
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
Pemuda mesti menyadari dirinya adalah aset terbaik sebuah negeri. Jangan terjebak pada globalisasi industri yang sengaja di desain untuk mengebiri semua potensi. Jadilah agen perubahan bagi terwujudnya Indonesia yang penuh berkah.
Wallahu a’lam bishawab
•┈•◎❀★❀◎•┈•
Tidak ada komentar:
Posting Komentar