Minggu, 31 Oktober 2021

RASA DAN LOGIKA

 


OLeH: Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•
 
💎RASA DAN LOGIKA

Segala puji bagi Alloh ﷻ yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya untuk kita semua yang berada di majlis  ini, kita syukuri rahmat dan nikmat terbesar yang kita terima, yaitu iman Islam yang tidak semua manusia menerimanya, dan juga tidak semua yang telah menerima diberi ketetapan hidayah untuknya. Alhamdulillah kita yang berada disini saat ini masih di izinkan dan diridhoi Alloh ﷻ untuk bersyahadat kepada-Nya. 

Sholawat dan salam kita persembahkan kepada Rasulullah ﷺ yang telah membawa kita kepada jalan yang lurus jalan yang terang, salam juga kita persembahkan kepada keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir masa.

Saudari-saudariku...

Manusia terlahir dengan rasa dan logika dua kekuatan yang dalam keberfungsiannya terkadang tidak bisa berjalan bersamaan. 

Kadang rasa yang dominan kadang pula logika yang lebih dominan. Dan pada masyarakat kita telah melekat bahwa rasa itu erat dengan wanita dan logika erat dengan laki-laki. 

Namun dalam perjalanan waktu tidak jarang wanita sekarang dominan menggunakan logika daripada rasa begitupun sebaliknya.

Apapun jika berjalan beriringan dan seimbang pasti akan indah untuk dipandang begitupun dengan rasa dan logika. 

Rasa erat hubungannya dengan emosi dan logika erat hubungannya dengan pikiran. Untuk itu banyak orang menganggap bahwa wanita cenderung emosional dan baperan daripada laki-laki. 

Karena wanita selalu mendahulukan rasanya sehingga apa-apa dimasukkan dihati hingga akhirnya banyak wanita yang mudah sakit hati.

Tapi tidak selamanya orang yang baperan itu tak baik lho, karena tipe orang yang demikian biasanya  memiliki empati dan simpati yang tinggi. 

Orang yang dominan rasanya ketika menilai sesuatu lebih peka dan jeli tidak serta merta berdasarkan penglihatan panca indra. 

Berbeda dengan orang yang dominan logikanya mereka dalam melihat sesuatu hanya sepintas  lalu dan cenderung instan karena hanya menghandalkan logikanya saja.

Pola berpikir seperti ini dapat berbahaya karena membatasi pikiran kita dengan cenderung melihat sesuatu secara sempit atau dari sisi luarnya saja, tanpa benar-benar memahami bahwa banyak hal di dunia ini yang memiliki sisi abu-abu — “salah” dan “benar” tidak absolut, melainkan tergantung konteks, situasi, persepsi tiap individu dan lain-lain.

Dunia tidak se-hitam-putih itu. Orang yang menggunakan logika bukan berarti tidak berperasaan, dan orang yang menggunakan perasaan bukan berarti tidak logis. Baik logika maupun perasaan, keduanya saling terkait dan dapat mengintervensi satu sama lain.

Manakah yang harus didahulukan dalam islam LOGIKA atau RASA?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut ada banyak permasalahan orang dalam beragama yang membawa mereka ke jalan kemurtadan dan tidak sedikit diantara mereka adalah insan akademis dan juga ada diantara mereka yaitu orang-orang yang tidak memiliki pemahaman yang cukup mengenai islam sehingga mudah dipengaruhi.

Permasalahan yang biasanya menghampiri insan akademis adalah terlalu kritisnya mereka berpikir tentang keberadaan Alloh ﷻ dan biasanya pertanyaan-pertanyaan yang menghantui kepala mereka adalah bukti adanya Alloh ﷻ, dimana tempat Alloh ﷻ, apa gunanya menyembah Alloh ﷻ dan lain-lain, hal ini dipicu oleh pemaham mereka yang mendalam mengenai filsafat yang nantinya akan meningkatkan daya pikir kritis mereka akan sesuatu hal.

Pengunaan logika yang berlebihanlah yang dapat membawa kita ke jalan kesesatan dan yang lebih parahnya lagi adalah jalan kemurtadan, kita semua sepakat bahwa semua manusia pasti punya batasan-batasan dalam dirinya, contohnya mata kita punya batasan untuk melihat, telinga kita punya batasan untuk mendengar, mulut kita ada batasan untuk bicara, perut kita ada batasan untuk makan, kaki kita ada batasan untuk berjalan, dan otak kita punya batasan untuk berpikir atau berlogika.

Dan batasan logika manusia adalah berpikir yang sangat mendalam tentang Alloh ﷻ, karena dalam Islam sudah ditetapkan batasan-batasan berpikir tentang Alloh ﷻ, karena Alloh ﷻ tidak seperti makhluk, pertanyaan-pertanyaan seperti Bagaimana bentuk Alloh ﷻ? Apakah Alloh ﷻ bertempat? Dan lain-lain. Ketahuilah pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya pantas untuk makhluk tidak pantas untuk Alloh ﷻ, karena Alloh ﷻ tidak seperti makhluk, dan logika kita dibatasi untuk memikirkan dan membayangkan Alloh ﷻ bukanlah wilayah logika manusia karena logika kita sudah dibatasi dari pertanyaan-pertanyaan demikian.

Dan penyebab orang-orang berpikir terlalu mendalam tentang Alloh ﷻ yang akhirnya malah berujung kemurtadan adalah kurangnya rasa dalam diri mereka. Apa itu rasa? Kenapa rasa? Dari mana sumber rasa berasal. Rasa itu adalah ketika Kita merasakan keberadaan Alloh ﷻ dalam hidup kita, dan apabila kita sudah merasakannya maka pertanyaan tentang “apa bukti keberadaan Alloh ﷻ” dan “dimana Alloh ﷻ bertempat” tidak akan berlaku.

Maka dapat kita nilai disini bahwa Rasa penting, bukan berarti logika tidak penting tetapi kita harus mengutamakan rasa.

Contoh simpelnya seperti ini tahukan tongkol balado? Mungkin kelihatan sepintas kita akan berpikir tongkol itu pedas karena dipenuhi cabai dan warnanya merah? Tapi ketika  sudah merasakannya dan ternyata tongkolnya tidak pedas apakah kita masih mengutamakan apa yang dikatakan otak atau apa yang kita rasakan? Tentu akan memilih apa yang sudah kita rasakan.

Maka dapat disimpulkan bahwa salah satu bukti dari keberadaan Alloh ﷻ adalah kita dapat merasakan ketenangan hati yang diperoleh melalui Dzikrulloh. Karena keberadaan Alloh ﷻ bukan untuk dipikirkan tetapi untuk dirasakan sesungguhnya pikiran kita terbatas untuk memikirkan keberadaan Alloh ﷻ secara logika apalagi memikirkan dzat-Nya. Karena Alloh ﷻ bukan makhluk tetapi adalah kholiq dan sifat makhluk sangat berbeda dengan kholiq.

wallahu a'lam.

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Bestiar ~ Pekanbaru  
Rasa yang menonjol dari wanita serta logika dari laki-laki, apakah itu tanda kebesaran Alloh ﷻ juga ya ustazah? 
Karena kalau dicerna logika dan rasa dalam kehidupan sangat penting, terlebih lagi dalam lingkungan keluarga. Agak seimbang kalau dipikir-pikir.

🔷Jawab:
Apapun yang ada pada ciptaan Alloh ﷻ, itu adalah tanda kebesaran-Nya. Termasuk rasa dan logika tersebut. 

Itulah salah sebab kenapa kita diciptakan berpasang-pasangan, agar ada keseimbangan. 

Namun didalam diri pribadi juga, harus dilatih untuk menyeimbangkan rasa dan logika tersebut. Ada kalanya disatu kasus atau kejadian kita bermain rasa, dikejadian lain kita bermain logika.

Karena ada hal-hal yang perlu dipertimbangkan. Jadi jangan terburu-buru mengambil keputusan jika ada masalah. 

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Rustia ~ Bekasi 
1. Ustadzah, bagaimana cara melatih rasa dan logika agar dapat berjalan beriringan? 

2. Apakah pelaksanaan keputusan setelah mengambil keputusan yang mendahulukan rasa baru logika, kembali menggunakan rasa dulu baru logika atau sebaliknya atau bahkan berbarengan?

🔷Jawab:
1. Cara melatih rasa dan logika agar sejalan? 

Yang pertama enjoy didalam menjalani kehidupan ini. Karena dengan kondisi jiwa yang tenang, maka mengambil keputusan lebih enak. 

Perhatikan hal-hal yang pro ataupun kontra dengan masalah yang kita hadapi saat itu.  Dengan cara itu kita bisa memetakan mana yang baik dan tidak. 

Jangan mengambil keputusan saat lapar, marah, merasa sendiri, dan kelelahan. 

Empat kondisi tersebut bisa menurunkan kemampuan kita untuk mengevaluasi setiap kemungkinan atau pilihan yang ada.

Jauhi hal-hal yang akan merugikan kita. Karena dengan ini hati akan lebih enak didalam mengambil keputusan.

Wallahu a'lam.

2. Jawaban ada sekalian di nomor 1 ya.

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Leila ~ Klaten
Assalamualaikum ustadzah. 

Bagaimana bila perempuan memakai logika kemudian menswitch nya menjadi sebuah rasa, sehingga selalu berpikir baik tentang apapun yang sedang terjadi, sekalipun kenyataannya tidak begitu.

🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Kalau bisa melakukan hal itu, akan lebih baik untuk mental dan hati. Soal hasil, hanya Alloh ﷻ yang punya kuasa. 

Wallahu a'lam

0️⃣4️⃣ Aisya ~ Riyadh 
Assalamualikum warahmatullahi ustadzah.

Contoh saat menagih hutang, kadang perasaan mengalahkan logika.
Tapi kalau dipandang dalam segi logika dan agama, menagih hutang itu lebih baik sebagai pengingat dan menjauhkan si penghutang dari dosa.

Lalu lebih ahsan mana ustadzah?
Menggunakan logika atau perasaan ustadzah? Hutangnya lebih dari tahunan.

🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Rasa dan logika dipakai beriringan, rasa dipakai agar kita tetap menjaga akhlak dan silaturahim. Sementara logika dipakai karena ini meminta hutang tersebut diperintahkan oleh Alloh ﷻ. Jadi meminta hutang bukan karena merasa itu uang kita, tapi karena kita ingin selamatkan saudara tersebut dari dosa hutang yang luar biasa beratnya. Tidak main-main Islam memandang hutang tersebut. 

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Sahabatku...

Setiap insan yang hidup, pasti dibekali dengan adanya perasaan yang kemudian kita semua disuruh untuk berpikir, menimbang-nimbang untuk semua pilihan yang telah dibuat.

Yang terpenting bukan pada menggunakan logika saja atau perasaan saja, melainkan keduanya saling melengkapi.

Mohon maaf lahir batin. 

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


AMAL YANG TERBAIK

 


OLeH: Ustadz Mukhtar Azizi, S.Pd.I

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌀AMAL YANG TERBAIK

Suatu hari Abu Dzarr bin Jundah RA bertanya kepada Rasulullah ﷺ, “Amal apakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Iman kepada Alloh ﷻ dan berjuang di jalan-Nya.”

Aku bertanya, “Memerdekakan budak yang bagaimana yang paling utama?” Beliau menjawab, “Memerdekakan budak ketika sangat disayangi tuannya dan yang paling mahal harganya.”

Aku bertanya, “Seandainya aku tidak mampu berbuat yang sedemikian, lalu bagaimana?” Beliau menjawab, “Kamu membantu orang yang bekerja atau kamu menyibukkan diri agar hidupmu tidak sia-sia.”

Aku bertanya lagi: “Wahai Rasulullah ﷺ, bagaimana jika aku tidak mampu melakukan sebagian pekerjaan itu? “Beliau menjawab, “Janganlah kamu berbuat kejahatan kepada sesama manusia, karena sesungguhnya yang demikian itu termasuk sedekah untuk dirimu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0⃣1⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum...

Tadz, bagaimana dengan amalan yang kita tampakkan dan yang tidak kita tampakkan. Apakah sama pahalanya ataukah berbeda?

🌀Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh.

Yang dikerjakan secara ikhlas pahalanya sama.

🌷Jadi intinya harus ikhlas ya tadz. Baik itu yang tampak ataupun yang tidak tampak.

Ustadz, Apakah pahala juga akan berlipat seiring dengan berlipatnya niat dalam satu amal?

🌀Amal hanya dapat dikerjakan dengan satu niat yang di kerjakan, karena pahala diberikan dengan beramal secara ikhlas.

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Kiki ~ Dumai
Ustadz, apakah dalam satu amalan boleh kita niatkan beberapa ya ustadz? 
Misalkan jika kita sedekah ustadz, tapi niat di hati, agar Alloh ﷻ beri kesehatan dan beri kemudahan dunia akhirat, apakah boleh ya ustadz?

🌀Jawab:
Sangat boleh sesuai dengan yang niat kan selama dibolehkan.

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Amal shalih hanya dapat dikerjakan secara ikhlas akan menjadi nilai ibadah.

Wallahu a'lam

MENANAMKAN AKHLAK MULIA PADA ANAK

 


OLeH: Ustadzah Azizah, S.Pd

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎MENANAMKAN AKHLAK MULIA PADA ANAK

بسم الله الرحمن الرحيم

الســـلام عليــكم ورحــمة اﻟلّـہ وبركاته

Apa yang ada dalam pikiran Anda? 
Ketika mendapati seorang anak yang lembut tutur katanya, sopan perilakunya, taat ibadahnya dan terdidik pemikirannya? 
Pasti Anda akan merasa senang untuk berjumpa dan melihatnya.

Kita tentu bisa menerka bahwa anak tersebut terdidik dengan baik dan mendapat bimbingan akhlak yang memadai. 
Mengapa demikian? 
Sebab terbentuknya akhlak yang mulia pada diri seseorang sangat dipengaruhi tempaan pendidikan yang dilaluinya.

Karenanya, sangat penting bagi kita untuk mengisi masa kanak-kanak mereka dengan menanamkan adab dan akhlak yang terpuji. Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah yang murni dan perangai yang lurus. 

Jiwa yang polos ini menerima bentuk perangai apapun yang dipahatkan pada dirinya. Selanjutnya pahatan itu akan meluas sedikit demi sedikit hingga akhirnya meliputi seluruh jiwa dan menjadi tabiat yang melekat padanya. Juga akan menentang segala yang berlawanan dengannya.

🔶TAHAP PERTAMA MENDIDIK ANAK : 

◾Mengajarkan Kalimat Tauhid

Dari ibnu ‘Abbas bahwa Nabi shalallahu ’alaihi wassalam bersabda :

“Ajarkan kalimat laa ilaaha illallah kepada anak-anak kalian sebagai kalimat pertama dan tuntunkanlah mereka mengucapkan kalimat laa ilaaha illallah ketika menjelang mati.” (HR. Hakim)

Abdurrazaq meriwayatkan : 

“Bahwa para sahabat menyukai untuk mengajarkan kepada anak-anak mereka kalimat laa ilaaha illallah sebagai kalimat yang pertama kali bisa mereka ucapkan secara fasih sampai tujuh kali, sehingga kalimat ini menjadi yang pertama-tama mereka ucapkan.”

Ibnul Qayyim mengatakan :

“Diawal waktu ketika anak-anak mulai bisa bicara, hendaknya mendiktekan kepada mereka kalimat laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah dan hendaknya sesuatu yang pertama kali didengar oleh telinga mereka adalah laa ilaha illallah (mengenal Alloh ﷻ) & mentauhidkan-Nya.

Juga diajarkan kepada mereka bahwa Alloh ﷻ bersemayam di atas singgasana-Nya yang senantiasa melihat & mendengar perkataaan mereka, senantiasa bersama mereka dimanapun mereka berada.” (Ahkam Al-Maulud)

Oleh karena itu, wasiat Nabi shalallahu’alaihi wassalam kepada Mu’adz bin jabal radhiyallahu anhu sebagimana yang disebutkan dalam hadits :

“Nafkahkanlah keluargamu sesuai dengan kemampuanmu. Jangan lah kamu angkat tongkatmu di hadapan mereka dan tanamkanlah kepada mereka rasa takut kepada Alloh ﷻ.” (HR. Bukhori, Ahmad, Ibnu Majah, Adabul Mufrad)

Dalam kitab Tuhfah al-Maudûd, Imam Ibn al-Qayyim rahimahullah menjelaskan, “Yang sangat dibutuhkan anak adalah perhatian terhadap akhlaknya. Ia akan tumbuh sesuai dengan apa yang dibiasakan oleh pendidiknya saat kecil.

Jika sejak kecil ia terbiasa marah, keras kepala, tergesa-gesa dan mudah mengikuti hawa nafsu, serampangan, tamak & seterusnya, maka akan sulit baginya untuk memperbaiki dan menjauhi hal itu ketika dewasa. Perangai seperti ini akan menjadi sifat dan perilaku yang melekat pada dirinya. Jika ia tidak dibentengi benar dari hal itu, maka pada suatu ketika, semua perangai itu akan muncul. Karena itu, kita temukan manusia yang akhlaknya menyimpang, itu disebabkan oleh pendidikan yang dilaluinya.”

Maka, langkah pertama yang harus ditempuh adalah pembinaan akhlak secara nyata melalui keteladanan yang baik dari orang tua. Hingga mereka tumbuh dengan perangai yang mulia dan tidak mengabaikan akhlak-akhlak Islam. 
Terlebih lagi di hadapan berbagai gelombang arus perilaku yang menyimpang.

◾Contohlah Akhlak Rasulullah ﷺ

Beliau menyuruh dan melarang anak. Bercanda dengan mereka, mengajak mereka bermain, membonceng mereka dan murah senyum. Rasulullah ﷺ mendidik dengan kelembutan.

Kelembutan sebagai hukum asal dalam berinteraksi, dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِي شيء إِلاَّ زَانَهُ ، وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شيء إِلاَّ شَانَهُ

“Sejatinya tidaklah kelembutan ketika ada pada sesuatu pasti akan menghiasinya, dan tidaklah ketika dicabut dari sesuatu pasti akan merusaknya.”
(HR. Muslim, 259).

Beliau pun mencela orang-orang yang tidak memiliki kelembutan,

مَنْ يُحْرَمِ الرِّفْقَ ، يُحْرَمِ الْخَيْرَ

“Barang siapa yang dihalangi dari kelembutan maka dia akan dihalangi dari kebaikan.” (HR. Muslim 2592)

Pentingnya kelembutan juga disebabkan kecintaan Alloh ﷻ pada hal tersebut,

 إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الأَمْرِ كُلِّهِ

“Sejatinya Alloh ﷻ mencintai kelembutan dalam seluruh urusan.” (HR. Bukhari, 6024).

Bahkan disebutkan bahwa salah satu tolok ukur kebaikan suatu keluarga adalah kelembutan yang ada pada mereka,

إِذَا أَرَادَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ بِأَهْلِ بَيْتٍ خَيْرًا أَدْخَلَ عَلَيْهِمُ الرِّفْقَ

“Ketika Alloh ﷻ menginginkan kebaikan pada penghuni rumah, maka Alloh ﷻ akan masukkan kelembutan kepada mereka.”
(HR. Ahmad, 24427, Shahih Al-Jami’ Ash-Shogir, 303).

Tidak marah-marah di hadapan mereka dan tidak mencela mereka. 

Inilah kunci agar anak merasa dekat dengan kita. Hingga tercipta lah suasana yang hangat. Buahnya kita akan lebih leluasa dan mudah memberikan pengajaran serta pengarahan kepada mereka.

Anas bin Malik radhiyallahu’anhu menuturkan, “Nabi shallallahu ’alaihi wasallam adalah manusia yang paling baik akhlaknya. Suatu hari beliau mengutusku untuk suatu keperluan. Lalu akupun menjawab, “Aku tidak mau pergi!” Padahal sebenarnya di hatiku akan berangkat menuruti perintah Nabiyullah shallallahu’alaihi wasallam. Akupun keluar sampai akhirnya aku melewati anak-anak kecil yang sedang bermain di pasar. Ternyata Rasulullah shallallahu ’alaihiwasallam mengikuti pelan-pelan di belakang. Aku kemudian melihat beliau ketika sedang tertawa.

Beliau berkata, “Ternyata engkau berangkat juga ke tempat yang kuperintahkan.” Aku menjawab, “Ya, aku berangkat wahai Rasulullah ﷺ!”. Selanjutnya Anas berkata, “Demi Allah, aku menjadi pelayan Nabi selama sembilan tahun. Dan seingatku beliau tidak pernah mengomentari sesuatu yang kulakukan dengan mengatakan, “Kenapa kamu lakukan begitu?” Atau mengomentari sesuatu yang kutinggalkan dengan mengatakan, “Kenapa tidak kamu lakukan ini?”
(HR. Muslim)

Ibnul Mubarok berkata,

تعلمنا الأدب ثلاثين عاماً، وتعلمنا العلم عشرين

“Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun.”

◾Adapun langkah-langkah yang dapat kita ikhtiarkan dalam melakukan pendidikan adab sedari kecil kepada anak, adalah sebagai berikut:

★ 1. Jaga kesucian fitrah anak dengan menjaga pandangan dan pendengarannya dari contoh buruk. Ajarkan 3 hal meminta tolong, meminta maaf, dan ucapkan terima kasih. Ini yang lebih dikenal dengan kecerdasan emosional. 

Untuk itu perlu kiranya dilakukan tindakan pencerdasan emosional sedini mungkin, oleh orang tua kepada anak maupun orang tua itu sendiri.

Dibutuhkannya peran orang tua dalam pembentukan kecerdasan EQ ini pada anak, agar masa depannya lebih terarah dan agar mereka dapat menjadi problem solver baik bagi permasalahannya sendiri maupun terhadap masalah-masalah yang dihadapinya dimana pun mereka berada. Konon, anak yang punya EQ tinggi memiliki kepribadian yang disukai, lebih mudah bergaul dan lebih sehat jasmaninya berkat kemampuannya mengontrol emosi.

Kecerdasan emosional dalam pribadi anak-anak tentu tidak dapat terbentuk dengan sendirinya secara spontanitas, melainkan pelatihan berkepanjangan dimulai dari diri Ayah dan Bunda di rumah sebagai figur yang selalu dicontoh oleh anak, masyarakat lingkungan tempat tinggal dan sekolah.

Beberapa hal yang dapat kita galakkan dalam mendidik kecerdasan emosional pada anak maupun dalam diri orang tua sendiri :

Mengajarkan tata krama dalam keseharian anak, seperti; bersyukur atas setiap apa yang dia miliki dan berterimakasih pada setiap orang yang sudah melakukan kebaikan kepadanya, memaafkan orang lain dengan penuh keikhlasan dan meminta maaf jika bersalah, berlaku jujur dan berani bertanggung-jawab atas setiap perbuatannya yang merugikan orang lain, mengajar kan kepada anak untuk mau peduli atas setiap kesulitan orang lain & memberikan pertolongan semampunya, serta memberi salam kepada setiap orang yang dijumpai. Membangun dan mengembangkan rasa empati anak kepada siapa saja dan dari kalangan mana saja. Rasa empati ini dapat berlaku bagi siapa saja, baik anak-anak maupun dewasa dan orang tua. 

Misalnya, ajarkan kepada anak untuk memenuhi hak-hak sesama seperti; menjenguk yang sedang sakit, memenuhi undangan, bermasyarakat dan bersedekah. Hal yang paling penting dalam pedidikan emosional ini adalah menciptakan hubungan yang harmonis dan komunikatif dengan anak, memberi pujian dan reward atas perkembangan-perkembangan positifnya, tidak serta merta menjadikan amarah sebagai transformasi bahasa didikan, karena pendekatan yang paling jitu dalam melangsungkan proses pendidikan karakter anak adalah dengan menyentuh hatinya, agar anak mau selalu terbuka dengan kita atas setiap permasalahan yang menimpa dirinya ataupun permasalahan yang ia temui di luar rumah untuk diambil hikmahnya dan agar mereka tidak mencari tempat-tempat atau melakukan perbuatan-perbuatan tercela untuk mengekspresikan gejolak emosionalnya sebagai wujud pelampiasan dan kepuasan.

★ 2. Bangun lingkungan yang penuh keteladanan, terutama untuk anak usia balita yang cenderung "copycat" tetapi belum dapat banyak diberi pemahaman. Memberi contoh keburukan atau kebaikan akan lebih terpatri di bandingkan mengajarkan mereka tentang yang mana yang baik dan yang mana yang buruk.

✓ Pendidikan akhlak dan adab.

Akhlak adalah perangai yang dibentuk. Anak-anak mencontoh akhlaq dari lingkungan sekitarnya, terutama orang tua. Dalam mendidik akhlaq anak sholeh dan sholehah peranan teladan orang tua sangat besar. Orang tua harus mampu menjadi contoh pertama dalam mengajarkan akhlaq terpuji seperti jujur, bersabar, rendah hati dan sebagainya. 

Orang tua juga harus bisa mendeskripsikan akhlaq-akhlaq tercela kepada anak, sehingga anak dapat menghindarinya. Orang tua terkadang harus tegas ketika anak melakukan akhlaq tercela, terutama jika hal tersebut terjadi berulang kali. 

Rasulullah ﷺ pernah memberi sanksi kepada anak yang mengkhianati amanah dengan menjewer telinga anak tersebut. Imam an-Nawawi menyebutkan dalam kitab Al-Adzkar: Kami meriwayatkan dalam kitab Ibnu Sinni dari Abdullah bin Bisir ash-Shahabi ra. Yang berkata: “Ibuku pernah menyuruh aku menemui Rasulullah ﷺ dengan membawa setandan anggur. Namun, aku memakan sebagian anggur itu sebelum menyampaikan nya kepada Rasulullah ﷺ. Tatkala aku sampai di hadapan Rasulullah ﷺ, beliau menjewer telingaku sambil berkata, ‘Wahai yang mengkhianati janji.’”

★ 3. Pada usia balita, menghindari lingkungan buruk jauh lebih efektif dibanding berkomunikasi tentang yang baik dan buruk.

Ketika anak melakukan perilaku negatif di usia balita, tetap berikan pengertian dengan kalimat yang singkat padat dan jelas secara berulang untuk menginternalisasi pesan. Namun di usia yang lebih besar, diskusi dalam memberikan pengertian bisa lebih dikembangkan. Terutama dikaitkan dengan dalil Al-Qur'an, hadist, hikmah kejadian, dan sunnatullah sebab akibat dari sebuah perilaku. 

Di antara bentuk kepemimpinan orang tua kepada anggota keluarganya adalah perhatian dengan siapa anak-anaknya bergaul dan bagaimana anak-anaknya bersosial.

Kita semua tahu besarnya faktor lingkungan dalam membentuk karakter manusia, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

اَلرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

“Seseorang bergantung pada agama temannya. Maka hendaknya ia melihat dengan siapa dia berteman.” (HR. Abu Daud, 4833 dan Tirmidzi, 2378).

Maka sudah selayaknya orang tua juga turut perhatian dengan teman-teman anaknya, jika baik alhamdulillah, jika ada yang tidak baik maka diminta untuk berteman dengan yang baik saja, dan jika tidak ada yang baik maka seruan hijrah terbuka untuknya.

★ 4. Tetaplah istiqomah membangun identitas diri anak yang positif melalui kegiatan dialog, bercerita kisah teladan, berdiskusi hikmah kejadian, agar anak-anak semakin tahu mana yang benar dan mana yang salah, sehingga ia termotivasi untuk tetap melakukan yang benar meskipun lingkungan melakukan sebaliknya.

Dan sebagian dari kita mungkin LDR dengan keluarga tersebab banyak hal. Coba kita simak bagaimana nabi Ibrahim bersama Ismail kecil.

Ternyata, Ibrahim as termasuk ayah yang jarang hadir dalam time line hidup anaknya; Ismail as.

Sejarah mencatat, setelah meninggalkan Ismail yang masih bayi di gurun Mekkah, Ibrahim as kembali ke Palestina untuk melanjutkan tugas dakwahnya.

Tidak adanya mobil, kereta apalagi pesawat pada masa itu, membuat Ibrahim as tidak mudah untuk bolak balik menengok perkembangan buah hatinya.

Ulama menjelaskan bahwa Ibrahim as baru menengok Ismail lagi ketika dia sudah mulai baligh, dan saat itulah terjadi peristiwa fenomenal penyembelihan yang kita teladani sampai sekarang. Setelah itu, Ibrahim as kembali pada pekerjaannya di Palestina.

Total, sebagian ulama menjelaskan, Ibrahim as hanya 4 kali ke Mekkah sepanjang time line hidup Ismail as.

Pertanyaannya, bagaimana bisa, kehadiran Ayah yang jarang-jarang seperti itu membentuk anak sholih seperti Ismail? Bahkan menjadikan Ismail as sebagai founding father peradaban arab yang menjadi pilihan Alloh ﷻ untuk menurunkan rahmatan lil `alamin`?

Ulama menjawab, peran Ibunda Hajar, yang begitu baik membersamai sang anak memang tidak bisa dikesampingkan. Namun, di antara kunci terbesar kesholihan Ismail as adalah: kesholihan Sang Ayah yang luar biasa.

Para ulama berdalil dengan firman Alloh ﷻ:

إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ ۖ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِينَ

"Sesungguhnya waliku ialahlah Yang telah menurunkan Al Kitab (Al Quran) dan Dia menjadi wali orang-orang yang saleh." (QS. Al-A'raf: 196)

Ketika seorang Ayah, istiqomah dalam kesholihan saat harus meninggalkan keluarganya, maka Alloh ﷻ akan menjadi Wali bagi urusan keluarganya, Wali bagi pendidikan anak-anaknya.

Inilah di antara pendidikan anak ala Ibrahim as: kesholihan Ayah.

★ 5. Bonding yang kita bangun sejak awal-awal tahun usia mereka, akan teruji di usia anak sekolah, ketika mereka sudah mulai banyak melihat lingkungan sekitar. Tetaplah istiqomah menjadi guru dan sahabat terbaik bagi mereka sebagai modal utama penjagaan mereka dari pengaruh buruk lingkungan.

★ 6. Ciptakan arus positif dalam lingkungan sosial anak-anak kita. Anggaplah teman-teman anak kita sebagai anak kita sehingga kita memiliki tanggung jawab dakwah terhadap mereka. Akhlak anak-anak sangat dipengaruhi oleh akhlak lingkungan sekitarnya. 

★ 7. Teruslah berikhtiar untuk memupuk keimanan dan ketakwaan anak sedemikian hingga hati anak tunduk kepada Alloh ﷻ dan Rasulullah ﷺ sehingga bersedia berpikir dan bertindak sesuai dengan aturan yang Alloh ﷻ berlakukan pada manusia.

✓ Membiasakan beribadah pada anak.

Patutlah kita mendengar perkataan Dr. Said Ramadhan al-Buthi dalam mendidik anak sholeh dan sholehah, “Agar akidah anak tertanam kuat dalam jiwanya, ia harus disirami dengan air ibadah dengan segala ragam dan bentuknya. Dengan begitu akidahnya akan tumbuh kokoh dan tegar dalam menghadapi terpaan badai dan cobaan kehidupan.”

Rasulullah ﷺ bersabda, “Tidaklah seorang anak tumbuh dalam ibadah sampai ajal menjemput dirinya, melainkan Alloh ﷻ akan memberi dia pahala setara dengan 99 pahala shiddiq (orang-orang yang benar dan jujur).”

Mengajarkan anak ibadah dilakukan dengan mengajak anak melaksanakan ibadah-ibadah wajib dan kemudian ibadah-ibadah sunnah. Seperti sholat wajib 5 waktu, puasa ramadhan, sholat sunnah dhuha, puasa senin kamis dan sebagainya. Orang tua harus pandai memberikan keteladanan dalam mengajarkan ibadah kepada anak-anak.

وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب

Noted : dari berbagai sumber
# Bersabar dalam mengajarkan adab oleh Kiki barkiah
# Shahih fiqih ust Rosyid abu Rasyidah
# Orang Tua Menjadi Teladan Bagi Anaknya. Azhma Ulya Elfata dalam rubrik Pendidikan

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Widia ~ Bekasi
Assalamualaikum...

Ustadzah saya bingung dengan anak saya. Sejak ia main diluar rumah, ia menjadi anak yang pembangkit, berkata buruk kepada orang tua dan temannya. Juga sikapnya. Apakah ini kesalahan kami sebagai orang tua dalam mendidik atau dosa-dosa kami di masa lalu sehingga anak kami seperti ini. Maksudnya pembangkit itu berani melawan orang tua dzah. Jazakillah.

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Bissmillaahirohmannirrohiim...

Masa sekolah menengah pertama atau SMP itu, adalah masa-masa mencari identitas, nah ini yang perlu pendampingan khusus. Kalau kita kenal baik dengan anak tersebut, maka kita yang dapat mengambil alih tanggung jawab dari orang tuanya, misal kita kakaknya atau tantenya atau budenya, ajak anak tersebut untuk ngobrol dan mengatakan bahwa kelakuannya tersebut tidak disukai orang.

Sebenarnya anak seumuran anak SMP, sebenarnya sudah diajak berpikir, baik buruknya kelakuan atau perilaku. Jika bunda mempunyai anak seumuran anak SMP itu, bunda akan jelaskan, bahwa sekarang kamu sudah SMP, nanti kalau kamu gagal di perjalanan proses pendidikan kelas 1, 2 atau 3 atau sekarang klas 7,8,9, bagaimana dengan pendidikan ke tingkat selanjutnya, tingkat SMA dan kuliah.

Masa SMP adalah masa persiapan menuju dewasa, kakak atau adik gagal memahamkan diri untuk kedepannya, mau seperti apa, akan sulit untuk menjadi orang yang dapat diberi amanah. Harus ditekankan pada anak-anak, bahwa tiada hal kecil atau jangan menganggap hal kecil itu remeh dan tidak masalah, justru dari hal kecil saja, melihat kredibilitas merasa punya tanggung jawab, merasa punya komitmen menjalankan amanah, maka orang akan berpikir jika dengan hal kecil saja dia amanah, apalagi jika diberi amanah yang besar.

Tapi demikian pula sebaliknya, jika dari hal kecil saja tidak amanah, apalagi hal besar. Misalnya dimintain tolong ke warung buat beli sesuatu dan ada sisa kembalian Rp. 2.000. Jika dengan uang Rp. 2.000 saja tidak dikembalikan, bagaimana yang besar. Hal yang harus ditekankan bahwa sesuatu yang kecil, dimaknakan itu bukan sesuatu yang kecil, tapi itu adalah identitas dan sebuah kredibilitas atau komitmen tanggungjawab sebagai sebuah amanah. 

Karena ketika amanah kecil dapat dituntaskan dan diselesaikan dengan cara yang haq, yang benar, maka orang akan melihat kualitas diri pada si anak. Jika anak memasuki organisasi, akan ada banyak beban yang harus dituntaskan, diselesaikan dan karena semua harus terencana dengan baik. Sebenarnya tiada anak yang nakal atau badung, hanya saja kalau anak itu tidak dibersamai, maka akan timbul sikap negatif, karena masa-masa itu wajar, dia sedang mencari identitas diri, menunjukkan keegoisannya bahwa dia bisa melakukannya semua sendiri, karena dia merasa dia sudah besar.

Tetapi bukan itu yang saya maksud, masalahnya seberapa bisa sih anak mengemban amanah tanggung jawab atas beberapa hal yang seharusnya jadi tanggung jawabnya. Misal mengerjakan tugas-tugas sekolah, bertanggung jawab atas waktunya, alasan kenapa membolos sekolah, tugas kesehariannya. Karena pendidikan itu perlu dimulai dari kecil, jadi anak yang sudah terlanjur nyaman dengan lingkungan luar, maka perlu diingatkan. 

Orang-orang di sekitar anak tersebut adalah orang-orang terdekatnya, yang harus merangkulnya dan jangan menuruti apapun yang menjadi keinginan si anak. Kali waktu, anak perlu shock terapi, karena anak-anak seumuran anak SMP sudah akil baligh. Itu artinya si anak sudah mulai diberikan ta'lim atau pembebanan atas tanggung jawab soal agama dan ini memerlukan pendampingan khusus yang luar biasa, sehingga si anak merasa bertanggung jawab soal agama, bahwa jika meninggalkan salat, maka dia berdosa yang akan ditanggungnya.

Hal ini perlu pembelajaran dan pemahaman dari sejak dini. Lebih mudah melihat contoh yang dilihatnya, karena dia merekamnya dan mendengarnya dengan sempurna. Tanamkan tanggung jawab itu dan perlu diajarkan sedari kecil, karena itu akan menunjukkan kredibilitas dirinya hingga dewasa kelak.

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Kiki ~ Dumai
Bunda, jikalau ayah dan bunda nya baru hijrah belakangan ini bun, dan anak sudah menginjak usia baligh, apakah masih bisa untuk di ajak sama-sama belajar memperbaiki akhlak ya bun? Orang tua yang lagi belajar dalam hijrahnya, sambilan mengajak si anak bun.

🌸Jawab:
Bismillahirohmanirohim...
Tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang baru, karena Alloh ﷻ itu membuka banyak peluang. Ingat bahwa Alloh ﷻ tidak pernah melihat hasil akhir, tetapi Alloh ﷻ melihat, bagaimana kita berproses. Tentu masih ingat cerita yang mungkin pernah dengar, kisah tentang seorang pembunuh yang telah membunuh 99 orang dan ketika ingin bertaubat, dia bertanya pada seorang rahib, lalu rahib tersebut mengatakan dosamu tidak akan terampuni, karena telah menghabisi 99 orang.

Mendengar itu, sang pembunuh tidak terima, hingga akhirnya rahib tersebut dibunuh juga olehnya. Jadi genaplah menjadi 100 orang yang dia bunuh. Lalu dia pergi melanjutkan perjalanan. Di perjalanan, dia bertemu dengan para ulama dan bertanya hal yang sama, apakah dosa-dosanya akan Alloh ﷻ ampuni. Ulama tersebut berkata, bahwa Alloh ﷻ Maha Pengampun, maka jika kamu benar-benar bertaubat dan meyakininya, mohon ampunlah. Ulama tersebut meminta sang pembunuh untuk pergi ke suatu tempat dan memulai hidup yang baru. Dia mengikuti perintah ulama-ulama tadi dan pergi menuju sebuah desa, tapi belum sampai pada tempat yang dituju, orang tersebut meninggal dunia di perjalanan.

Pada saat itu, malaikat mempertanyakan untuk menentukan baik atau buruknya orang tersebut. Masuk neraka karena kejahatannya atau masuk surga. Dikatakan juga bahwa orang tersebut sedang berproses menjadi baik. Ketika diukur kadar baik dan jahatnya, ada kebaikannya lebih banyak, karena sudah bertaubat dan sedang menjalani proses taubat tersebut. 

Akhirnya orang tersebut dianggap baik, karena ditemukan bertaubat dan berusaha memperbaiki diri. Artinya kita tidak boleh berputus asa, kita harus banyak beristighfar pada Alloh ﷻ, agar dihapusnya perbuatan buruk di masa lalu, dengan perbuatan baik di masa ini.

Misalnya dulu sering ke tempat maksiat, sekarang uang yang untuk ke tempat maksiat, cobalah untuk digunakan untuk kepentingan agama, diwakafkan, disedekahkan kepada anak yatim dan sebagainya, dengan niatkan pada Alloh ﷻ, saya ingin menjadi manusia lebih baik dan jauh lebih baik dan ajaklah anak-anak untuk itu.

Ajak anak untuk mari kita sama-sama belajar, jangan dikira ketika orang tua menempatkan anak-anak di sebuah pondok pesantren, mereka telah mempelajari banyak ilmu di pesantren. Ketika mengetahui orang tuanya tidak mengetahui apa-apa, mereka akan merendahkan orang tuanya yang belum memahami tentang agama. Mereka memahaminya, karena mereka belajar, tapi ilmu yang mereka dapatkan, bukan untuk merendahkan orang tuanya dan merasa lebih pandai. Tiada cerita terlambat, karena itu menuju pada kebaikan, karena takdir Alloh ﷻ itu ada dua, tentang kebaikan dan kemudahan.

Maknanya yaitu bahwa Alloh ﷻ memberi hidayah untuk kita menjadi lebih baik. Jadi Alloh ﷻ menerima proses manusia, untuk menjadi lebih baik, bukan hasil akhirnya.

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Kiki ~ Dumai
Bunda, apakah pola pendidikan terhadap anak sama ya bun, antara anak laki dan perempuan?

🌸Jawab:
Sejarah pendidikan dalam keluarga, untuk perlakuan antara anak laki-laki dan anak perempuan harusnya adil, akan tetapi, pendekatan yang dilakukan berbeda.

Jadi kalau anak laki-laki, jangan sesekali dibiasakan dengan yang lebih cenderung pada sifat alami perempuan, misalnya main boneka-bonekaan, main masak-masakan, atau mungkin yang lain, karena dikhawatirkan akan dapat mempengaruhi tumbuh kembang si anak laki-laki tersebut di masa depannya.

Hal ini kemudian yang amat perlu dipisahkan, bukan berarti anak laki-laki tidak diperbolehkan memasak, karena itu juga adalah keterampilan atau keahlian yang dapat dipelajari. Hanya perilaku si anak yang harus tetap di jaga, agar tetap bersikap seperti layaknya anak laki-laki dan tetap berperilaku sebagai anak laki-laki yang tegas dan bertanggung jawab.

Perempuan pun tetap dididik dengan lemah lembut dan lebih terampil sebagai kodratnya anak perempuan. Bukan berarti tidak dilarang juga untuk belajar hal yang lain, misalnya belajar montir atau lain, akan tetapi lebih mendekatkan pada fitrahnya. Si anak laki-laki dan perempuan tetap bisa belajar mencuci piring, tidak dikhususkan pada anak perempuan saja atau misalnya menyapu atau membenarkan genteng, tidak juga khusus pada anak laki-laki saja.

Semua dapat dikerjakan sesuai porsinya, agar dapat saling membantu. Namun tetap perlu pengawasan saat anak-anak bermain peran, agar tetap sesuai kodrat dan fitrahnya. Jelaskan apa yang menjadi tugas anak laki-laki dan apa yang menjadi tugas anak perempuan. Semua itu perlu dipahamkan, agar apa yang boleh di anak laki-laki dan apa yang menjadi tugas anak perempuan.

Hal ini juga akan menjadi dasar pendidikan yang diberikan seorang ibu untuk anak laki-laki dan anak perempuannya, dengan menumbuhkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab pada anak laki-laki. Tapi sayang kepada anak perempuan. Dengan mengatakan juga laki-laki adalah pelindung bagi perempuan.

Siapapun itu misalnya kepada Ibu, Kakak atau Adik perempuannya. Dan itu menjadi tanggung jawab seorang anak laki-laki. Bukan penyetaraan gender antara anak laki-laki dan perempuan, karena dalam Islam, dikatakan bahwa laki-laki adalah pemimpin perempuan. Dari semua itu sudah jelas, untuk beberapa hal tertentu, anak laki-laki dan perempuan tetap mempunyai hak yang sama.

Wallahu a'lam

0️⃣4️⃣ Aisya ~ Riyadh 
Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Bunda, bagaimana menyikapi atau menegur anak tetangga kita dengan baik, yang maaf kalau main, suka kasih tanda tidak baik seperti  F**k dan tahu perihal hubungan dewasa padahal masih usia dini.
Saya sudah kasih pengertian ke anak saya,
tapi ketika saya mengajak bunda nya untuk memberi pengertian kepada Ananda nya, jawaban bunda nya selalu, (biarin tidak apa-apa, anak masih kecil belum ngerti, nanti juga tahu sendiri).

Konsep mendidik seperti itu apakah langkah awal yang baik bunda?
Mohon penjelasannya bun. 

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam warohmatullah wabaarokatuh. 

Astaghfirullahaladzim.
Jika anak-anak yang belum baligh usianya atau belum waktunya sudah mengetahui kegiatan dalam orang dewasa, itu Subhanallah. Kenapa orang tuanya dapat berkata dengan santai, menyatakan bahwa biarlah saja mereka masih anak-anak. 

Biarkan saja, nanti juga mereka akan paham dan tahu pada saat mereka sudah besar. Naudzubillahimindzalik, ini kita sudah berlepas diri dengan telah menegur orang tua ke anak. Dengan kita sudah mengingatkan, apa yang terjadi dan akan yang menjadi akibatnya, maka tanggung jawab penuhnya ada pada orang tua si anak tersebut.

Bagaimana jika hal itu terjadi di rumah kita? Maka kita harus bersikap tegas dengan anak tersebut, dengan melarang anak tersebut berbuat atau bersikap demikian. Dapat pula kita melarang anak kita untuk berinteraksi dengan anak tersebut. Sibukkan anak kita dengan kegiatan lain, yang dapat mengalihkan perhatiannya dengan anak tersebut. Mengatakan bahwa Bunda sedih karena Bunda mengingatkan anak tersebut, tapi dia tidak mendengarkan, sementara orang tuanya tidak peduli.

Kita mengatakan hal tersebut karena hal yang dilakukan anak tersebut dapat berpengaruh sangat besar pada kehidupan remaja dan dewasa nya kelak. Bagaimana jika dia berperilaku negatif dan mencari penyaluran hasrat biologisnya, karena disebabkan perilakunya itu. Bukan itu saja, hal itu juga akan berakibat buruk dan fatal, naudzubillahimindzalik.

Apalagi kalau orang tuanya tidak dapat mengingatkannya. Karena itu, kita sebagai orang tua, perlu memberi batasan pada anak kita, jika melihat ada anak di lingkungan kita yang berbuat kenakalan seperti itu, dan itu perlu penegasan pada anak kita, karena dia adalah tanggung jawab kita sebagai orang tua.

Perlu juga dijelaskan pada anak kita, bahwa apa yang tidak kita sukai adalah akhlak dan perilaku anak tersebut bukan orangnya tapi berhubungan dengan adab dan perilakunya yang tidak baik.

Apapun tentang anak itu adalah tanggung jawab kita sebagai orang tua. Jika si anak berperilaku baik dan jadi anak soleh solehah, itu adalah bentuk investasi kita pada amanah yang Alloh ﷻ beri. Namun jika keburukan yang dilakukan anak, maka orang tuanya lah yang bertanggungjawab pada Alloh ﷻ.

Bukankah agama seseorang itu, bergantung pada temannya. Kalau sama teman terbiasa meremehkan perintah Alloh ﷻ, maka anak yang terbiasa berteman dengan anak lain tersebut. Dan lama-kelamaan akan terpengaruh juga. Intinya, jagalah anak dari pergaulan yang negatif, melindungi dirinya dari lingkungan yang tidak baik tersebut.

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Setiap rumah tangga pasti punya ujiannya sendiri.

Ada yang diuji dengan mertua, suami, ipar, tetangga ataupun anak. Semua adalah proses bagi kita bagaimana menjalankan bahtera tetap dalam kendali yang Haq.

Anak adalah amanah yang sekaligus Investasi ukhrowi nan abadi. Salah mendidik anak, maka kesedihan tidak bertepi yang akan kita rasakan sebagai orang tua.

Menjadi orang tua artinya siap belajar seumur hidup, menggiring bahtera sampai ke Jannah ya. 

Jadikan anak sebagai tabungan amal shalih. Mendidik dengan sungguh-sungguh, berbekal pengetahuan atau wawasan yang komprehensif tentang pola asuh seperti yang dicontohkan Nabi dan para sahabat.

Tidak ada rumah tangga yang tidak bermasalah, karena bahtera tidak akan melaju tanpa terpaan ombak.

Tetap semangat menjadi orang tua yang di rindukan. 

Wallahu a'lam

HIJAU KELABU

 


OLeH: Ustadz Mukhtar Azizi, S.Pd.I

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌀HIJAU KELABU

Muthmainnah, yaitu sifat jiwa yang memperoleh ketenangan. Menurut Ibnu Qayyim dalam kitab Ighatsat al-Lahfan min Masyayidisy Syaithan, apabila jiwa merasa tenteram kepada Alloh ﷻ tenang dengan mengingat-Nya, dan bertobat kepada-Nya, rindu bertemu dengan-Nya, dan menghibur diri dengan dekat kepada-Nya, maka ialah jiwa yang dalam keadaan muthmainnah. Seperti firman Alloh ﷻ dalam QS. al-Fajr ayat 27-30.

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku.”

Maka demikianlah sesungguh jiwa memiliki kecenderungan untuk berbuat buruk karena setiap jiwa punya hawa nafsu. Namun, permasalahannya adalah bagaimaan kita menahan diri utuk tidak dituntut oleh keburukan tersebut. 

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0⃣1⃣ Kiki ~ Dumai
Ustadz, jika kita beramal di hati niat karena Alloh ﷻ tetapi ada juga niatan untuk mendapatkan dunia, apakah tidak apa-apa ustadz?

🌀 Jawab:
Sangat boleh, selama niat dan amal perbuatannya sesuai.

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Jalan kehidupan hijau ya alam ya mengikuti hamba yang Mukhlis.

Maka beribadah dapat menjadi amal shalih, bila dilakukan dengan keikhlasan.

Wallahu a'lam

BEGITU BANYAK DOSAKU YA RABB...

 


OLeH: Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

💎BEGITU BANYAK DOSA KU YA RABB

Segala puji bagi Alloh ﷻ yang telah mempertemukan kita malam ini. Sholawat dan salam kepada Rasulullah,  keluarga dan para sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman nanti.

Sahabat...

Setiap hamba pasti pernah terjerumus dalam dosa bahkan juga dosa besar. 

Mungkin saja seseorang sudah terjerumus dalam kelamnya zina, membunuh orang lain tanpa jalan yang benar, pernah menegak arak (khomr), atau seringnya meninggalkan shalat lima waktu padahal meninggalkan satu shalat saja termasuk dosa besar berdasarkan kesepakatan para ulama. 

Inilah dosa besar yang mungkin saja di antara kita pernah terjerumus di dalamnya. 

Lalu masihkah terbuka pintu taubat?

Sebuah hadits yang patut jadi renungan, Anas bin Malik menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda, Allah Ta’ala berfirman,

”Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau menyeru dan mengharap pada-Ku, maka pasti Aku ampuni dosa-dosamu tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya dosamu membumbung tinggi hingga ke langit, tentu akan Aku ampuni, tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikit pun pada-Ku, tentu Aku akan mendatangi-Mu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. Tirmidzi)

Hadits di atas menunjukkan bahwa Alloh ﷻ benar-benar Maha Pengampun. Setiap dosa baik dosa kecil, dosa besar, dosa syirik bahkan dosa kekufuran- bisa diampuni selama seseorang bertaubat sebelum datangnya kematian walaupun dosa itu sepenuh bumi. Hal ini dikuatkan pula pada ayat dalam Al Qur’an, Allah Ta’ala berfirman,

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Alloh ﷻ. Sesungguhnya Alloh ﷻ mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53).

Ibnu Katsir mengatakan, ”Ayat yang mulia ini berisi seruan kepada setiap orang yang berbuat maksiat baik kekafiran dan lainnya untuk segera bertaubat kepada Alloh ﷻ. Ayat ini mengabarkan bahwa Alloh ﷻ akan mengampuni seluruh dosa bagi siapa yang ingin bertaubat dari dosa-dosa tersebut, walaupun dosa tersebut amat banyak, bagai buih di lautan.”

Ayat ini menunjukkan bahwa Alloh ﷻ akan mengampuni setiap dosa walaupun itu dosa kekufuran, kesyirikan, dan dosa besar (seperti zina, membunuh dan minum minuman keras). Sebagaimana Ibnu Katsir mengatakan, ”Berbagai hadits menunjukkan bahwa Alloh ﷻ mengampuni setiap dosa (termasuk pula kesyirikan) jika seseorang bertaubat. Janganlah seseorang berputus asa dari rahmat Alloh ﷻ walaupun begitu banyak dosa yang ia lakukan karena pintu taubat dan rahmat Alloh ﷻ begitu luas.”

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Alloh ﷻ dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” (QS. At Tahrim: 8)

Dijelaskan oleh Ibnu Katsir rahimahullah  bahwa makna taubat yang tulus (taubatan nashuhah) sebagaimana kata para ulama adalah,

“Menghindari dosa untuk saat ini. Menyesali dosa yang telah lalu. Bertekad tidak melakukannya lagi di masa akan datang. Lalu jika dosa tersebut berkaitan dengan hak sesama manusia, maka ia harus menyelesaikannya atau mengembalikannya.”

Sahabat-sahabat...

Berdasarkan penjelasan Ibnu Katsir di atas, syarat taubat yang mesti dipenuhi oleh seseorang yang ingin bertaubat dapat dirinci secara lebih lengkap sebagai berikut.

Taubat dilakukan dengan ikhlas, bukan karena makhluk atau untuk tujuan duniawi.

Menyesali dosa yang telah dilakukan dahulu sehingga ia pun tidak ingin mengulanginya kembali. Sebagaimana dikatakan oleh Malik bin Dinar, “Menangisi dosa-dosa itu akan menghapuskan dosa-dosa sebagaimana angin mengeringkan daun yang basah.”
‘Umar, ‘Ali dan Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa taubat adalah dengan menyesal.

Tidak terus menerus dalam berbuat dosa saat ini. Maksudnya, apabila ia melakukan keharaman, maka ia segera tinggalkan dan apabila ia meninggalkan suatu yang wajib, maka ia kembali menunaikannya. Dan jika berkaitan dengan hak manusia, maka ia segera menunaikannya atau meminta maaf.

Bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut di masa akan datang karena jika seseorang masih bertekad untuk mengulanginya maka itu pertanda bahwa ia tidak benci pada maksiat. Hal ini sebagaimana tafsiran sebagian ulama yang menafsirkan taubat adalah bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Rustia ~ Bekasi 
Bunda, bagaimana jika seseorang yang banyak dosanya kemudian ia bertaubat tetapi amal baiknya sedikit sekali, bahkan merugi karena di akhirat banyak orang yang meminta pahalanya.

🔷Jawab:
Jika saat ditimbang, ternyata amal kebaikannya sedikit, dan dosanya banyak, seperti yang telah Alloh ﷻ jelaskan bahwa dia akan diseret dan dibenamkan ke neraka serta dihukum sampai habis dosa-dosanya. 

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum bu,

1. Apa hukumnya melakukan sebagian perbuatan maksiat, terutama dosa-dosa besar, dan apakah ada pengaruhnya terhadap keIslaman seseorang?

2. Apa pengaruh dosa yang kita lakukan atau perbuat terhadap rezeki kita atau rezeki keluarga bu?

🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

1. Ada dosa-dosa yang membatalkan keislaman. Seperti meninggalkan sholat, Syirik dan lain-lain. 

2. Kesalahan dan dosa-dosa itu menghambat kelancaran rezeki tentunya, seperti syirik, durhaka kepada orang tua, meninggalkan sholat dan lain-lain.

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Yosi ~ Slawi
Assalamualaikum bu.

Bolehkah kita mendahulukan kepentingan lembaga sosial, sementara memenuhi kebutuhan keluarga hanya sekedarnya saja, bahkan kurang.
 
Afwan, Terima kasih bu.

🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Untuk kebutuhan, tentunya harus keluarga dulu, tercukupi kebutuhan, tapi perlu digaris bawahi adalah kebutuhan, bukan keinginan, karena kebutuhan itu ada batasnya, tapi keinginan itu bisa tidak berbatas. 

Jangan sampai karena ingin membantu sementara keluarga kekurangan. 

Wallahu a'lam

0️⃣4⃣ Aisya ~ Riyadh 
Assalamualikum warahmatullahi....

Jika Alloh ﷻ Maha Pengampun, Mengapa dalam Islam hukum berzina dirajam sampai mati? Bagaimanakah jika melakukan zina akan tetapi hukum positif berbeda dengan hukum agama? Bukankah gugurnya sebuah dosa harus melalui proses hukum secara agama. Berdasarkan surah An Nur ayat 2.

🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Hal yang perlu kita pahami lebih dulu adalah..... Dosa didalam Islam itu dihapus dengan taubat, bukan dengan hukuman yang dijalankan. Meski telah dijalankan hukuman tapi didalam hatinya tidak menyesali dan bertaubat atas dosanya, maka dosanya belum gugur. Jadi walaupun seorang pezina dijatuhi hukum rajam, tetapi bila di dalam dirinya sendiri dia tidak bertaubat, maka tidak akan diampuni. Sebaliknya, meski tidak diterapkan hukum rajam dengan berbagai problematikanya, asalkan seorang pezina sudah bertaubat, tentu Alloh ﷻ Maha Pengampun. Kita tidak bilang pasti diterima taubatnya, namun kita tahu Alloh ﷻ Maha Penerima taubat.

Kenapa dalam Islam ada hukuman rajam? Itu adalah gambaran betapa besarnya sebuah dosa, maka hukumannya juga berat, tapi tidak mudah untuk melaksanakannya, harus terpenuhi syarat-syaratnya, jika tidak terpenuhi maka hukum tidak bisa dilaksanakan.

Wallahu a'lam

0️⃣5️⃣ Aisya ~ Riyadh
Jadi kan Nca punya temen, dia tuh orang nya pemabuk, suka malak, badannya penuh sama tato. Beberapa hari yang lalu dia ngajak beberapa teman Nca yang lainnya balik lagi ke jalanan, terus teman-teman Nca bilang,

A : Ngga ah, mending kamu saja ikut kita, sama-sama perbaiki diri.

B : Dosa saya sudah banyak, tidak mungkin Alloh ﷻ ampuni.

A : Alloh ﷻ akan terima tobat kamu kalau kamu memang benar-bener ingin kembali ke jalan yang benar.

B : Tidak tahu, belum ada niatan buat taubat.

Disini Nca bingung mau ngajak dia bagaimana.
Masa bilang taubatnya tidak bakalan diterima kan tidak lucu begitu, pertanyaan:

1. Bagaimana caranya yakinin dia kalau Alloh ﷻ bakalan nerima tobat nya dia?

2. Bagaimana caranya bikin dia semangat buat taubat?

3. Tips biar dia selalu positif thinking sama Alloh ﷻ?

🔷Jawab:
1. Ketiga pertanyaan itu jawaban utamanya adalah hidayah Alloh ﷻ, sekarang bagaimana caranya dia menjemput hidayah Alloh ﷻ. Teman-teman hanya bisa mengingatkan, menyampaikan dan berdoa. 

Sering-sering lakukan diskusi agar keagamaan khusus tentang luasnya ampunan Alloh ﷻ. Betapa bahagianya Alloh ﷻ menyambut hamba-Nya yang bertaubat. 

Bagaimana caranya agar dia positif thingking kepada Alloh ﷻ, itu butuh muhasabah. 

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Yaa Allah...

Lihatlah raga yang letih ini
Menapaki hari-hari dengan durjana
Lihatlah jiwa yang penuh nestapa 
Bergelimang noda-noda dosa

Allahu rabbi...
Ku mohon hidayah-Mu untuk insan lemah ini
Tancapkan kekuatan untuk keluar dari lumpur dosa

Inilah Rabb.... hamba-Mu yang telah tersesat begitu jauh
Bermohon kepada-Mu untuk diberi ampunan seluas langit dan bumi-Mu
Lelah jiwa ini bersahabat dengan kegundahan saat jauh dari-Mu
Penat sukma ini dengan ambisi yang tak pernah padam
Memburu semua mimpi hanya menyesakkan dada
Jauh dari dari-Mu, jauh dari ketenangan
Lebur dalam kemaksiatan, luluh bersama kegundahan

Sejenak ingin ku menepi  merehatkan penatnya jiwa
Semakin jauh kaki melangkah
Semakin dekat liang lahat kedepan mata

Raga semakin tergerus usia
Dan akhirnya akan pulang keharibaan-Nya

Ku mohon keampunan-Mu ya Ilahi
Tuk Menghapus jejak-jejak kedzaliman diri
Yang menggenggam dunia dengan balutan dosa

Dengan wajah legam berbalut dosa
Ku eja butiran doa berharap pintu taubat untukku segera engkau Buka
Yaa Allah .. Yaa Ghafar... yaa Ghafuur

Menyusuri jejak buram dilingkaran penyesalan
Yang menyisakan luka beling kehidupan yang mencandu dunia kegelapan
Jiwa sendu mengupas waktu bersama birama kekosongan
Lena dalam kemungkaran
Hingga rupa sempoyongan, mabuk  dibejana durja

Senyum ketamakan menatap singgasana permata
Menghempaskan nurani pada titik nadirnya
Lunturkan welas asih
Bahkan Tuhanpun dianggap tiada

Berjalan dibumi dengan kepongahan 
Jiwa merasa tiada lagi tandingan, heii akulah sihebat itu!!
Astaghfirullah

Lupa bahwa nafas akan sampai pada titik henti
Denyut nadi akan hilang bersama rasa nyeri di tusuk beribu duri
Bisikan setan laksana desahan bidadari 

Kawan... dengar.. sini aku berbisik digendangmu
Sadarlah dari jiwa dzalim mu
Segeralah bersujud memohon ampunan

Wahai diri...
Sudahilah aroganmu, berhenti dan berdamailah dengan ketaatan pada ilahi
Basuhlah jiwamu dengan keampunan rabbulizzati
Kembalilah pulang  ke fitrahmu sebagai insan sejati

Allahu Rabbi

Begitu hina diri ini
Bukan aku yang enggan
Ternyata kebaikan yang menjauh karena dosa-dosaku

Yaa Allah Hanya nur-Mu yang bisa terangi lagi hati ini Rabb
Dan aku kembali kudekap hidayah-Mu
Hanya pada-Mu tempat kembali jiwaku

Yaa Allah berikan Aku Hidayah-Mu

Oleh : Irnawati Syamsuir Koto

NIAT BAIK

 


OLeH: Ummi Yulianti

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

بِسْــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمن الرَّحِيْمُ

السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
الحمد لله
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ...

ام بعد

Segalanya milik Alloh ﷻ apa yang ada di langit dan bumi, kenikmatan dan kesusahan asalnya dari Alloh ﷻ sudah selayaknya kita panjatkan puji dan syukur hanya kepada Alloh ﷻ. 

Agama Islam adalah agama yang mengangkat dan membebaskan manusia dari zaman jahiliah zaman kegelapan menuju ke zaman yang terang benderang, sudah selayaknyalah kita sebagai umatnya senantiasa menghaturkan sholawat dan salam hanya kepada Nabi Muhammad ﷺ.

🌸NIAT BAIK

Niat terletak di dalam hati. Niat seringkali tidak terdeteksi melalui rupa atau lisan. Yang pasti, Alloh ﷻ Maha Mengetahui apa-apa yang terbersit dalam hati dan pikiran manusia.

Di antara banyak hadis, terdapat satu yang menyinggung soal keutamaan niat. Dari Umar bin Khaththab RA, Rasulullah ﷺ bersabda, "Segala amal perbuatan bergantung pada niat dan setiap orang akan memperoleh pahala sesuai dengan niatnya. Maka barangsiapa yang berhijrah dengan niat mencari keuntungan duniawi atau untuk mengawini seorang perempuan, maka (pahala) hijrahnya sesuai dengan niatnya itu." (HR. Bukhari)

Penjelasannya, Rasulullah ﷺ mengucapkan hadis ini ketika beliau hijrah ke Yatsrib atau Madinah. Saat itu, tersiar informasi bahwa ada seseorang yang ikut berhijrah karena mengejar wanita tunangannya. Nama wanita itu Ummul Qais. Sehingga pada waktu itu terkenal sebuah istilah muhajjir Ummul Qais atau yang berhijrah karena Ummul Qais. Niat biasanya diartikan sebagai getaran batin untuk menentukan jenis ibadah yang kita lakukan.

Contoh, kalau kita melakukan shalat pukul 05.30, ada beberapa kemungkinan; shalat Syukrul Wudhu, shalat Tahiyatul Masjid, shalat Fajar, Istikharah, atau shalat Shubuh. Setidaknya ada enam kemungkinan. Kita lihat semuanya sama, gerakannya sama, bacaannya sama, raka'atnya sama, tapi ada satu yang membedakannya yaitu niat. Masalah niat termasuk salah satu masalah yang mendapatkan perhatian "serius" dalam kajian Islam.

Niat dibahas panjang lebar baik itu dalam ilmu fikih, ushul fikih, maupun akhlak. Dalam ilmu fikih, niat ditempatkan sebagai rukun pertama dari rangkaian ibadah, seperti dalam shalat, zakat, puasa, maupun ibadah haji. Niat dalam ushul fikih biasanya dijadikan salah satu faktor yang menentukan status hukum suatu perbuatan. Nikah adalah salah satu contohnya. Ia bisa berstatus wajib, haram, dan sunnat, tergantung pada niat dari nikah tersebut.

◾Macam-Macam Niat

Niat ada dua macam: 
(1) Niat pada siapakah ditujukan amalan tersebut (al-ma’mul lahu), 

(2) Niat amalan. Niat jenis pertama adalah niat yang ditujukan untuk mengharap wajah Alloh ﷻ dan kehidupan akhirat. Inilah yang dimaksud dengan niat yang ikhlas.

Sedangkan niat amalan itu ada dua fungsi:
✓ Fungsi pertama adalah untuk membedakan manakah adat (kebiasaan), manakah ibadah. Misalnya adalah puasa. Puasa berarti meninggalkan makan, minum dan pembatal lainnya. Namun terkadang seseorang meninggalkan makan dan minum karena kebiasaan, tanpa ada niat mendekatkan diri pada Alloh ﷻ. Terkadang pula maksudnya adalah ibadah. Oleh karena itu, kedua hal ini perlu dibedakan dengan niat.

✓ Fungsi kedua adalah untuk membedakan satu ibadah dan ibadah lainnya. Ada ibadah yang hukumnya fardhu ‘ain, ada yang fardhu kifayah, ada yang termasuk rawatib, ada yang niatnya witir, ada yang niatnya sekedar shalat sunnah saja (shalat sunnah mutlak). Semuanya ini dibedakan dengan niat.

◾Ikhlash Syarat Diterimanya Amal

Al-Fudhail bin ‘Iyadh menafsirkan firman Alloh ﷻ ` yang artinya, “…untuk menguji siapa di antara kamu yang paling baik amalnya.” (QS. al-Mulk: 2)

Beliau berkata, “Yakni, yang paling ikhlas dan paling benar dan (sesuai tuntunan Alloh ﷻ). Sesungguhnya amal itu apabila ikhlas tapi tidak benar maka tidak akan diterima; dan apabila benar tetapi tidak ikhlas juga tidak akan diterima. Jadi harus ikhlas dan benar. Suatu amalan dikatakan ikhlas apabila dilakukan karena Alloh ﷻ, dan yang benar itu apabila sesuai Sunnah Rasulullah ﷺ.” (Kitab Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam I/36).

◾Hadirkan Niat Ikhlash Saat Beramal

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin berkata, “Dan wajib atas seseorang mengikhlaskan niat kepada Alloh ﷻ dalam seluruh ibadahnya dan hendaklah meniatkan ibadahnya semata-mata untuk mengharap wajah Alloh ﷻ dan negeri akhirat. Inilah yang diperintahkan oleh Alloh ﷻ ldalam firman-Nya, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Alloh ﷻ dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (QS. al-Bayyinah: 5)

Yakni, mengikhlaskan niat setiap amalan hanya kepada-Nya. Hendaknya kita menghadirkan niat dalam semua ibadah, misalnya ketika wudhu; kita niatkan berwudhu karena Alloh ﷻ dan untuk melaksanakan perintah Alloh ﷻ. "Tiga perkara berikut (yang harus dihadirkan dalam niat): (1). Berniat untuk beribadah, (2). Berniat beribadah tersebut karena Alloh ﷻ semata, dan (3). Berniat bahwa ia menunaikannya demi melaksanakan perintah Alloh ﷻ.” (Kitab Syarah Riyadhus Shalihin I/10).

◾Pahala Amalan Bergantung Pada Niat

Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya segala amalan itu tidak lain tergantung pada niat.” Imam An-Nawawi berkata, “Jumhur ulama berkata, ‘Menurut ahli bahasa, ahli ushul dan yang lain lafadz إِنَّمَا digunakan untuk membatasi, yaitu menetapkan sesuatu yang disebutkan dan menafikan selainnya. Jadi, makna hadits di atas adalah bahwa amalan seseorang akan dihisab (diperhitungkan) berdasarkan niatnya dan suatu amalan tidak akan dihisab bila tidak disertai niat.” (Kitab Syarah Shahih Muslim XIII/47).

Abdullah bin al-Mubarak berkata, “Bisa jadi amal shalih yang kecil dibesarkan nilainya oleh niat, dan bisa jadi amal shalih yang besar dikecilkan nilainya karena niat pula.” (Kitab Jami’ al-‘Ulum Wa al-Hikam 1/35).

◾Berniat Tapi Terhalang

Orang yang berniat melakukan amalan shalih namun terhalang melakukannya bisa dibagi menjadi dua: 

✓ Pertama, amalan yang dilakukan sudah menjadi kebiasaan atau rutinitas (rajin untuk dijaga). Lalu amalan ini ditinggalkan karena ada uzur, maka orang seperti ini dicatat mendapat pahala amalan tersebut secara sempurna. Sebagaimana Nabi bersabda, “Jika salah seorang sakit atau bersafar, maka ia dicatat mendapat pahala seperti ketika ia dalam keadaan mukim (tidak bersafar) atau ketika sehat.” (H.R. Bukhari,no.2996)

✓ Kedua,  jika amalan tersebut bukan menjadi kebiasaan, maka jika sudah berniat mengamalkannya namun terhalang, akan diperoleh pahala niatnya (saja).

Dalilnya adalah seperti hadits yang kita bahas kali ini. Begitu pula hadits  mengenai seseorang yang  diberikan harta lantas ia gunakan dalam hal kebaikan, di mana ada seorang miskin yang berkeinginan yang sama jika ia diberi harta. Orang miskin ini berkata bahwa jika ia diberi harta seperti si fulan, maka ia akan beramal baik semisal dia. Maka Nabi ` bersabda, “Ia sesuai niatannya dan akan sama dalam pahala niatnya.”
(HR. Tirmidzi no.2325. Syaikh  al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).  (Lihat pembahasan Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin dalam Syarh Riyadh Ash-Shalihin, 1:36-37).

Begitu pula ketika seseorang memakai gelar haji setelah pulang dari Makkah, hukumnya bisa wajib, bisa sunnat, bahkan haram. Tingkatannya sangat tergantung pada niat untuk apa ia memakai gelar haji tersebut. Niat dalam sudut pandang akhlak pengertiannya lebih menunjukkan getaran batin yang menentukan kuantitas sebuah amal. Shalat yang kita lakukan dengan jumlah raka'at yang sama, waktu yang sama, dan bacaan yang sama, penilaian bisa berbeda antara satu orang dengan yang lainnya tergantung kualitas niatnya.

Niat yang tertinggi kualitasnya disebut ikhlas; sedangkan niat yang paling rendah kualitasnya disebut riya' atau sum'ah, yaitu beribadah karena mengharapkan sesuatu selain keridhaan Alloh ﷻ. Rasulullah ﷺ pernah menyampaikan kekhawatiran tentang sesuatu yang di kemudian hari bisa menjangkiti umatnya. Beliau bersabda, "Sesungguhnya ada sesuatu yang aku takutkan di antara sesuatu yang paling aku takutkan menimpa umatku kelak, yaitu syirik kecil."

Para sahabat bertanya, 'Apakah syirik kecil itu?' Beliau menjawab, riya'. Dalam sebuah hadis diceritakan pula bahwa di akhirat kelak akan ada sekelompok orang yang mengeluh, merangkak, dan menangis. Mereka berkata, "Ya Alloh ﷻ di dunia kami rajin melakukan shalat, tapi kami dicatat sebagai orang yang tidak mau melakukan shalat."

Para malaikat menjawab, 'Tidakkah kalian ingat pada waktu kalian melakukan shalat kalian bukan mengharap ridha Alloh ﷻ, tapi kalian mengharap pujian dari manusia, kalau itu yang kalian cari, maka carilah manusia yang kau harapkan pujiannya itu." Jelaslah, bahwa kualitas sebuah amal berbanding lurus dengan kualitas niat yang melatarbelakanginya.

Bila niat kita lurus, maka lurus pula amal kita. Tetapi bila niat kita bengkok, maka amal kita pun akan bengkok. Agar niat kita senantiasa lurus dan ikhlas, alangkah baiknya apabila kita menghayati kembali janji-janji yang selalu kita ucapkan saat shalat, "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup, dan mati ku hanyalah untuk Alloh ﷻ seru sekalian alam."

#Sumber : Pusat Data Republika

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Kiki ~ Dumai
Ummi, jika kita beramal di hati niat karena Alloh ﷻ tetapi ada juga niatan untuk mendapatkan dunia, apakah tidak apa-apa ya ummi?

🌸Jawab:
Kembali luruskan niat, beramal hanya karena Alloh ﷻ. Masalah nanti dapat dunia biar menjadi urusan Alloh ﷻ. 

Kita akan jatuh bangun dalam beramal ikhlas karena syaitan akan berusaha untuk membelokkan niat kita. 
Maka ketika berbelok luruskan, belok luruskan lagi. Demikian seterusnya. 
Semoga Alloh ﷻ mudahkan kita semua untuk beramal ikhlas.

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Devi ~ Balikpapan
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh bun Yuli.

1. Bagaimana membedakan niat berbuat kebaikan dengan riya'?

2. Apakah ODOJ termasuk riya'?

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam warohmatullah wabaarokatuh. 

1. Apabila kita mengerjakan suatu perbuatan karena ingin dipuji manusia.

2. Kembali lagi kepada niat masing-masing. Bergabung ODOJ nya karena Alloh ﷻ atau karena ingin dipuji manusia. 

Untuk memulai suatu kebiasaan baik, perlu pembiasaan yang terkadang perlu dengan sedikit memaksakan diri sampai akhirnya menjadi kebiasaan. 

Nah, kalau kita gabung di ODOJ ada yang mengingatkan untuk baca al Quran. Ada yang nagih-nagih laporan. 
Awalnya terpaksa baca al Quran nya, lama kelamaan jadi kebiasaan.

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Nick ~ Cilegon 
Ustadzah, apakah amalan berdzikir menggunakan tasbih biasa lebih bagus pahalanya dibandingkan dengan tasbih digital? 

Terus satu lagi, kemarin sempat dengar juga katanya kita hanya harus punya satu Al-Qur'an yang biasa kita pakai untuk mengaji jangan dipakai oleh orang lain karena nanti di akhirat Al-Qur'an itu yang akan menjadi hisab kita di akhirat, jadi apakah benar gak boleh Al Qur'an kita dipakai oleh orang lain? 
Mohon pencerahannya ustadzah.

🌸Jawab:
Malah memakai buku-buku (garis-garis) jari kita lebih baik. Tapi kalau memang ada alat yang lebih memudahkan, ya tidak masalah menggunakannya juga. 

Saya belum pernah mendengar hal tersebut. Hanya kalau untuk menghafal, kita jangan berganti-ganti Qur'an nya, karena hal tersebut akan menyulitkan proses menghafal. 

Jadi boleh saja kita meminjamkan Al Quran kepada orang lain. Atau kalau misalnya Al Qur'an kita sudah jelek, lecek karena sering dibaca, kita boleh mengganti. Jangan khawatir, Alloh ﷻ punya rekam jejak kita dalam membaca ayat.

Wallahu a'lam

0️⃣4️⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum,

Um, bagaimana jika dalam hati mempunyai niat baik tetapi dalam kenyataan dan realitanya ternyata sebaiknya dan bagaimana juga dalam hati berniat buruk ternyata dalam kenyataan dan realitanya malah berbuat baik. Apakah keduanya sama mendapatkan pahala yang kebaikan?

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Betapa Alloh ﷻ sangat sayang kepada hamba-Nya. Ketika kita berniat baik, Alloh ﷻ berikan pahala, meski belum melakukannya, bahkan ketika akhirnya yang dikerjakan malah keburukan, niat berbuat baik tetap diberikan pahala. 

Sebaliknya ketika berniat buruk, tidak dicatat sebagai keburukan sebelum dikerjakan. Tapi kalau niat buruk itu tidak dikerjakan malah berbuat kebaikan, maka itu dicatat sebagai kebaikan dan mendapatkan pahala.

Wallahu a'lam

0️⃣5️⃣ Aisya ~ Riyadh
Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Bunda, bagaimana ketika kita ingin berniat mencontoh  berbuat baik ke hamba yang lain. Tapi seperti di pandang riya' oleh orang lain, yang sebenarnya niatnya ingin mengedukasi kepada yang lain?

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam warohmatullah wabaarokatuh. 

Tetap lakukan kebaikan tersebut. Jangan pedulikan apa kata manusia. The show must go on. Fokus pada niat  mengedukasi karena Allah.

🔹Masyaallah. Okay bunda.
The show must go on.

Cuma tingkat baper nya belum bisa okay.
Jadi suka over thingking.

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Inti hidup itu adalah kombinasi niat, ikhlas, kerja keras, doa dan tawakal.

Semoga Alloh ﷻ mudahkan kita untuk beramal ikhlas.

Wallahu a'lam

ADAB MUNAFFASAH

 


OLeH: apt. Wahyu Tusy Wardhani, S.Si, M.Farm.

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

Segala puji bagi Alloh ﷻ yang telah memberi nikmat iman dan Islam kepada kita semua.  

Semoga kehadiran kita di kajian malam ini, menjadi amal yang bisa memperberat amal kita di yaumil Hisab kelak.

🌸PRINSIP ADAB MUNAFASAH (ETIKA KOMPETISI)

Tantangan kita dalam hidup ini adalah memecahkan rekor kita sendiri. Untuk memastikan bahwa hari ini lebih baik dari hari kemarin.(Tusy Wardhani)

◾Berkompetisi Dalam Kebaikan Dan Amal Sholih Merupakan Mathlab Syar'iy (Tuntutan Syar'i).

Sebagaimana Alloh ﷻ memerintahkan hal ini dalam banyak ayat, diantaranya:

"Berlomba-lombalah kamu untuk mendapatkan ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Alloh ﷻ dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Alloh ﷻ, yang diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Alloh ﷻ mempunyai karunia yang besar."
(QS. Al-Hadid: 21)

"Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba."
(QS. Al-Muthaffifiin: 26)

"Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Alloh ﷻ akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Alloh ﷻ Maha Kuasa atas segala sesuatu."
(QS. Al-Baqarah: 148)

Ibnu Sa'di mengatakan, "Barangsiapa yang berkompetisi di dunia menuju akhirat maka dialah yang dahulu menuju surga di akhirat. Untuk itu orang-orang yang mendahului (As Saabiqun) adalah makhluk yang paling tinggi derajatnya."
(Ibnu Sa'di, Taysir Al Karim Al Rahman halaman 73)

 ◾Berkompetisi Dalam Kebaikan Itu Merupakan Tuntunan Syar'i

~ Rasulullah ﷺ menanamkan dalam diri sahabat, Ruh At Tanaafus (semangat berkompetisi) dalam kebaikan. 

~ Contohnya adalah kompetisi yang ditunjukkan Umar bin Khaththab RA yang ingin mengalahkan Abu Bakar Ash Shiddiq RA dalam berjihad dengan harta (bersedekah).

~ Termasuk kompetisi dalam kebaikan, adalah berkompetisi dalam 
 Kasbu'ts Tsawab (meraih pahala).

◾Prinsip Etika Kompetensi

1) Harus dipastikan bahwa kompetensi itu benar-benar dalam kebaikan.

2) Hendaknya Al Munafasah (kompetensi) itu di jalan Alloh ﷻ, bukan untuk kepentingan diri sendiri, harta rampasan perang, jabatan, kedudukan, dan popularitas atau penampilan.

~ Untuk itu harus diwaspadai kompetensi dan persaingan dalam urusan dunia, jabatan, kedudukan, harta, dan sejenisnya. 

~ Betapa bahayanya masalah ini. Imam Bukhari sampai perlu membuat satu bab khusus dalam kitab shahihnya yaitu "Bab yang Perlu Diwaspadai dari Gemerlap Dunia berkompetisi dalam urusan ini." Kemudian beliau meriwayatkan hadist Nabi ketika memberi arahan kepada para sahabatnya seraya bersabda:

"Maka demi Alloh ﷻ, bukanlah kefakiran yang aku lakukan atas kalian. Akan tetapi yang aku takutkan atas kalian adalah ketika dibentangkan atas kalian dunia, sebagai dibentangkan dunia ini atas orang-orang sebelum kalian. Lalu kalian saling berkompetisi untuk memperebutkan dunia itu seperti mereka dulu juga berkompetisi dalam memperebutkannya. Akhirnya dunia itu menghancurkan kalian sebagaimana mereka."

◾Hendaknya Kompetitor Itu Orang Yang Memiliki Kapabilitas Dan Kredibiltas Serta Memiliki Kafa'ah (Kemampuan dan Kompetisi), Baik Kemampuan Tarbiyah (Kematangan Tarbiyah) Dakwah dan Sosial. 

"Apabila suatu urusan itu diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah hari kiamat."

Dari Abu Dzar RA bercerita, "Aku pernah bicara dengan Nabi, wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak tugasi aku dengan tugas atau jabatan? Lalu beliau menepuk pundakku dengan tangannya kemudian bersabda, 'Hai Abu Dzar, sesungguhnya engkau orang yang lemah, dan sungguh jabatan itu amanah dan jabatan itu benar-benar pada hari kiamat merupakan satu kehinaan dan penyesalan kecuali orang yang mengambilnya dengan benar dan menggunakan haknya dengan baik."

◾Menerima Dengan Lapang Dada Karunia Alloh ﷻ Yang Dianugerahkan Kepada Orang Lain. Baik Karunia Itu Berupa Kelebihan Harta, Kepercayaan Masyarakat Terhadapnya, atau Kecintaan Mereka Terhadapnya.

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••

0️⃣1️⃣ Ummu YASMiNA ~ Sleman
Bunda, mohon penjelasan dari poin ketiga. Saya masih merasa gelap. Maturnwun.

🌸Jawab :
Dalam masalah berlomba dalam kebaikan, hendaklah selalu memandang orang yang berada di atasnya. 

Jadi kompetitor atau orang yang kita ajak berlomba itu, orang yang memiliki kapabilitas dan kredibiltas di atas kita, serta memiliki kafa'ah (kemampuan dan kompetensi) yang bagus. 

Wahib bin Al Warid mengatakan,

إن استطعت أن لا يسبقك إلى الله أحد فافعل

 “Jika kamu mampu untuk mengungguli seseorang dalam perlombaan menggapai ridho Alloh ﷻ, lakukanlah.”

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Ummu YASMiNA ~ Sleman
Adakah etika khusus dalam bab kompetisi kebaikan Bun.

Yang disampaikan bunda tersebut, etika umum, dan normatif. Adakah etika khusus?

🌸Jawab :
★ ADAB BERSEGERA DALAM KEBAIKAN 

✓ 1. Bersegera Atau Tidak Menunda-nunda Dalam Kebaikan 

Dengan segala daya yang dimiliki, berpaculah dalam amal kebaikan sehingga diri kita akan meraih kemuliaan, baik di dunia maupun akhirat kelak.

Berlomba dalam kebaikan bermakna, kita tidak menyia-nyiakan waktu untuk berbuat kebajikan. 

✓ 2. Tingkatkan Kualitas dan Kuantitas 

Hari ini lebih baik dari hari kemarin.

Semangat fastabiqul khairat juga dapat mengejawantah dalam komitmen untuk meningkatkan kualitas amalan. Perbuatan-perbuatan baik hari ini seyogyanya lebih baik dan bermakna daripada waktu kemarin.

Begitu pula, amalan yang ditarget besok semestinya lebih berkualitas daripada hari ini. Amalan-amalan itu hendaknya selalu dievaluasi, diperbaiki, dan ditingkatkan kualitas serta kuantitasnya.

✓ 3. Kejar Keutamaan

Dalam beribadah, seorang Muslim hendaknya mengambil yang paling utama. Sebagai contoh, shalat wajib dapat dilakukan di mana saja. Akan tetapi, shalat berjamaah di masjid memiliki keutamaan daripada shalat yang dilakukan sendirian di rumah.

Contoh lainnya, Islam menganjurkan umatnya untuk bersedekah. Sementara, sedekah pada bulan suci Ramadhan sangat disukai Nabi Muhammad ﷺ.

✓ 4. Meluaskan Jangkauan Kebaikan

Meluaskan jangkauan kebaikan juga termasuk semangat fastabiqul khairat. Dengan begitu, dampak positifnya dirasakan tidak hanya umat Islam, tetapi juga seluruh manusia. Hal itu mungkin terjadi bila kebaikan benar-benar diorganisasi secara baik.

Jangan lupa, syarat utama sebuah amal disebut ibadah:
1) Motivasi utama beramal adalah untuk mencari Ridho Alloh ﷻ.
2) Melaksanakan amal sesuai dengan syariat Alloh ﷻ.

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Aisya ~ Riyadh
Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh bunda.

Apa hukumnya menyebarkan berita abu-abu (belum jelas kebenarannya),
supaya saingan kompetisi berkurang?

🌸Jawab :
Wa'alaikumussalam warohmatullah wabaarokatuh.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui fatwanya nomor No. 24 tahun 2017 tentang hukum dan pedoman bermuamalah melalui media sosial, MUI memutuskan hukum haram dalam penyebaran hoaks serta informasi bohong meskipun bertujuan baik.

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Barangsiapa yang terdepan dalam kebaikan, kelak di akhirat, ia yang lebih terdahulu masuk ke surga.

Wallahu a'lam